NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar (Aisha)

Di Balik Cadar (Aisha)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:18.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”

“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."

Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bi Yani

Zayn kembali melajukan kendaraannya masih dengan hati yang berbunga karena bahagia, sesekali dia melirik plester di tangannya sambil tersenyum-senyum sendiri.

Dia lalu melirik Lela yang termenung melihat ke arah luar jendela, tatapannya kosong seolah ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

Disaat hatinya senang, mengingat ini adalah kali pertama untuk mereka bersentuhan, tapi rupanya Lela tak merasakan hal serupa, sikapnya biasa saja seolah itu adalah bukan sesuatu yang istimewa.

Senyum Zayn meredup. Dia lupa, mungkin ini adalah sentuhan pertama baginya dengan seorang wanita, tapi bukan bagi istrinya. Lela seorang janda, dia sudah melakukan sesuatu yang bahkan lebih dari bersentuhan dengan suaminya terdahulu, jadi wajar jika istrinya bersikap biasa saja.

Zayn tersenyum sendiri lagi. Biarpun begitu dia tetap merasa bahagia, ini tetap akan menjadi momen berharga dan istimewa bagi dirinya. Lela berani memegang tangannya adalah suatu kemajuan yang berarti bagi hubungan keduanya, semoga ini awal yang baik dan semoga kedepannya Lela bisa lebih menerima dirinya.

Sejenak Zayn bisa melupakan peristiwa di toilet tadi. Sebelum akhirnya dia kembali merasa geram mengingat jika seandainya saja dirinya tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi saat ini. Sambil kembali melirik Lela, Zayn sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada istrinya saat ini.

***

Di apartemen Zaidan dan Anita.

Aisha dan Anita terkesiap mendengar Zayn yang memberi tahu kejadian di Rumah Sakit tadi siang.

"Maafkan aku," Aisha terlihat merasa bersalah.

"Seharusnya aku tidak membiarkan kakakku pergi sendiri tadi."

"Tidak apa-apa. Untung saja Zayn datang tepat waktu." Anita menenangkannya

Alvian dan Zaidan tertegun.

"Kita harus lebih berhati-hati lagi," ucap Alvian melihat Zayn dan Zaidan.

Keduanya mengangguk.

"Ammar pasti akan terus berusaha untuk menemui Lela." Aisha tampak geram.

"Iya. Dia tidak akan menyerah." Anita mengiyakan.

Semuanya terdiam beberapa saat.

"Sekarang bisa saja dia nekad dan mendatangi rumah kalian," ucap Alvian melihat Zayn.

Semua kaget.

"Benar. Bisa saja seperti itu, apalagi dia sudah merasa di tantang olehmu." Zaidan melihat adiknya.

Zayn tertegun.

Aisha panik.

"Bagaimana kalau dia kesini saat kamu kerja?" Anita melihat Zayn.

Aisha terlihat semakin panik.

Zayn memegang kepalanya sambil menunduk.

"Bagaimana kalau seperti itu?" tanya Aisha yang sudah tidak bisa menahan kekhawatirannya.

Semuanya terdiam. Nampak berpikir mencari jalan keluar.

"Mungkin untuk sementara, Lela lebih baik tinggal di rumah kalian dulu." Zayn melihat Aisha dan Alvian.

Semuanya langsung melihat ke arahnya.

"Sampai kita menemukan jalan keluar dari permasalahan ini. Lela sebaiknya diamankan dulu di rumah kalian," ucap Zayn lagi.

Aisha langsung terlihat senang.

"Iya. Kak Lela akan aman jika ada di rumah kami."

Semua orang menyetujui.

"Sebaiknya bukan hanya istrimu saja, kamu juga harus ikut tinggal disana." Zaidan melihat adiknya.

"Iya. Lela masih dalam masa terapi untuk membiasakan diri berada di dekatmu, jika kalian berjauhan itu tak bagus untuk pengobatannya." Anita bersuara.

"Itu benar. Lagi pula akan aman jika kamu tetap ada di sisinya." Alvian melihat Zayn.

Zayn mengangguk.

Tak berapa lama, ketika mereka masih berbincang. Lela datang dengan membawa cemilan buatannya.

Semuanya langsung mengalihkan pembicaraannya.

"Oh iya kakak. Aku sudah meminta izin suami kakak untuk sementara mengajak kakak tinggal di rumahku. Persalinanku semakin dekat. Suamiku masih sibuk bekerja. Walaupun ada yang bekerja di rumah, tapi aku tetap ingin ada keluargaku yang menemaniku."

Lela langsung melirik suaminya.

"Iya. Sebaiknya memang kamu menemani adikmu yang sebentar lagi akan melahirkan."

Lela mengangguk senang sambil melihat Aisha. Dia lalu melirik suaminya lagi.

"Tapi kamu?"

"Iya. Aku juga."

Lela tersenyum.

***

Keesokan harinya.

Pagi hari.

Zayn tertegun melihat Lela dengan telaten memasukkan baju-baju miliknya ke dalam koper. Dia tersenyum, tak perlu diberi tahu Lela seakan sudah tahu baju mana yang akan dibawanya dan tidak, barang apa saja dan keperluan apa saja istrinya itu bahkan sudah tahu. Dia merasa beruntung, sebagai istri, Lela telah berusaha cukup baik untuk memahami suaminya, dari selera berpakaian dan makanan, Lela telah dengan cepat mengetahui semuanya.

"Sudah siap?" tanya Zayn sambil menarik koper yang telah disiapkan istrinya.

"Iya."

Keduanya lantas berangkat meninggalkan rumah.

Di perjalanan.

"Boleh aku meminta ponselku lagi?" tanya Lela tiba-tiba.

Zayn setengah kaget melihat istrinya. Dia lalu melihat laci dashboard mobilnya, dimana dia sudah meletakkan ponsel milik istrinya beberapa hari disana.

"Tentu saja." Zayn mengambil ponsel milik istrinya.

Lela menerimanya.

"Itu nomor baru." Zayn terlihat ragu mengatakannya. Dia takut istrinya marah karena telah mengganti nomornya tanpa izin darinya.

"Iya. Tidak apa-apa." Tanpa diduga, Lela malah tersenyum.

Zayn merasa tenang. Ketakutannya ternyata salah, Lela ternyata tidak marah.

"Berikan nomornya pada keluarga saja." Zayn melihat istrinya yang sedang mengotak-atik ponselnya.

"Iya," jawabnya pelan sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Keduanya terdiam.

Zayn berharap Lela mengerti kenapa dia melakukan hal itu. Sebagai suami dia akan melakukan apapun asalkan istrinya terlindungi dari siapapun yang akan mengusiknya.

Sementara Lela tentu saja mengerti, dia tahu persis niat baik suaminya, apapun yang dilakukan oleh suaminya dia tahu jika itu untuk kebaikannya.

***

"Alhamdulillah Nak. Ummi senang mendengarnya," ucap Ummi bersyukur mengetahui jika Lela untuk sementara menginap di rumah Aisha untuk menemaninya hingga melahirkan.

"Ummi menjadi sedikit tenang jika ada saudarimu yang akan menemanimu hingga melahirkan nanti."

"Iya Ummi. Aku juga senang. Aku tidak akan merasa bosan lagi diam di rumah."

Aisha lalu memberikan ponselnya kepada Lela yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

"Ummi tenang saja. Aku akan menjaga Aisha dengan baik."

"Terima kasih Nak. Ummi menjadi lebih tenang. Tapi segera beritahu Ummi jika adikmu akan melahirkan nanti. Insya Allah Ummi pasti segera kesana."

"Iya Ummi."

Mereka terus berbincang lewat telepon.

Setelah selesai berteleponan dengan Ummi mereka, keduanya kembali mengobrol di sore hari yang cerah itu.

Tak berapa lama Zayn datang, Lela heran melihat suaminya sudah pulang di jam segini.

"Pekerjaanku sedang sedikit jadi aku bisa pulang lebih cepat hari ini." Zayn ikut duduk di sofa untuk beristirahat sejenak.

Aisha langsung meminta Bi Yani untuk membawakan minuman buat kakak iparnya.

"Tidak usah. Biar aku saja." Lela berdiri berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minuman buat Zayn suaminya.

Tak berapa lama Lela membawa nampan, diikuti oleh bi Yani di belakangnya.

Lela langsung memberikan minuman itu untuk suaminya.

"Ini den, cemilannya," ucap Bi Yani sambil menyimpan piring di meja.

Lela langsung mengambil piring itu dan mendekatkannya pada Zayn.

"Terima kasih Bi."

Bi Yani tertegun takjub melihat bagaimana cara Lela melayani suaminya. Persis sama seperti dia melihat Aisha memperlakukan suaminya.

Kedua pasangan suami-istri yang cocok dan serasi menurutnya. Selain sama-sama cantik dan shalihah, mereka juga mendapatkan suami yang juga sama-sama tampan juga shalih.

"Apa neng belum isi juga?" tanya Yani melihat Lela.

Lela kaget dengan pertanyaan Yani, begitu juga dengan Aisha dan Zayn.

"Belum bi." Lela menjawab pelan sambil melirik suaminya.

"Bibi doakan agar Neng juga cepat hamil seperti adik neng," ucap Yani lagi sambil menunjuk Aisha.

Lela mengangguk sambil tersenyum, melirik Zayn yang juga sedang memaksakan senyum di bibirnya.

Aisha menjadi merasa bersalah.

"Atau jangan-jangan neng KB ya? Jangan loh neng, kaya orang kalau pakai KB nanti malah jadi susah kalau mau punya anak."

"Tidak bi. Saya tidak KB." Lela terus menjawab walaupun sangat terpaksa.

Zayn hanya terus terdiam.

Sementara Aisha semakin merasa bersalah dan tak enak hati.

"Syukurlah kalau begitu neng. Mungkin belum saja ya. Semoga tak lama lagi neng bisa secepatnya hamil. Punya anak yang lucu-lucu, cantik seperti mamanya dan ganteng seperti papanya." Yani menunjuk Lela dan Zayn bergantian.

Lela tersenyum. Begitu juga dengan Zayn. Keduanya lalu saling melirik satu sama lain dengan kikuk.

1
Imam Mutakin
Luar biasa
Marlina Prasasty
di tunggu kelanjutannya
Desi Hernawati
ko aki yg salting yak..wkwkw
Desi Hernawati
weh..d dunia nyata ada gk yg kaya gtu....😭
Ummi Warni Ani
ditunggu kelanjutannya ya Thor.smoga sehat selalu dan dapat lanjut menulis ceritanya.penasaean dgn operasi siti.dan apa yg akan terjadi dgn Anita & indira.pasti lagi² Indira malu
julia sorong
ternyata...
julia sorong
Luar biasa
Siti Ss
Lepas yg baik hati
Siti Ss
hatinya berbunga bahagia
Siti Ss
leha berhati berlian
Siti Ss
hmmmm/Smirk/
Siti Ss
/Facepalm/
Siti Ss: bibik..bibik.. /Facepalm/
total 1 replies
Siti Ss
manusia berhati batu
Siti Ss
Allahuakbar Alhamdulillah
Siti Ss
Allah bayar cash
Siti Ss
Allah Maha Adil
Siti Ss
aku geram dgn si misiya
Siti Ss
mesti ula si m
Nyonya Rai
see Lela msih boleh simpan aib mu Ammar...jika dri awal kau jujur akan kelemahanmu xkan terjdi bgini..Namun yaa ujian mu juga ujian lela sdh tertulia juga kmu memang tdk berjdoh dgn lela...maka insyaf laa beralik pd Allah
Siti Ss
untung saja dlm novel klau tidak pasti aku tinju2 si miesya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!