KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 4
KETOS ALAY DAN BAD BOY - Titik Awal, Belum Berakhir
Hari Pertama
Mungkin benar cinta sulit dimengerti. Tetapi terkadang bukan pengertian yang diinginkan, melainkan kehadiranmu dan juga seberapa banyak kamu hadir serta berkorban untuk cintamu. Maka niscaya, permasalahan cinta dapat diungkapkan dengan kiasan makna menggunakan metafora.
"Nih Farel, buat lo. Gue buatin sendiri jusnya," ujar Hanifa memberi jus jeruk buatannya sendiri ke Farel. Rasanya hari ini hari yang sangat sempurna bagi Hanifa, karena hari ini merupakan hari pertama gadis itu menjadi pacar Farel.
"Gue enggak mau minum jus buatan lo," tolak Farel dengan tegas.
"Please, minum dulu," Hanifa tidak akan semudah itu menerima penolakan dari Farel. Dia akan memohon sebisa mungkin, agar Farel meminum jus buatannya.
"Gue enggak suka," Farel pun membuangnya lagi-lagi ke tong sampah. Rasanya Hanifa berkali-kali dibuat kecewa oleh Farel.
"Farel, kok dibuang sih, gue sudah capek buatnya!" ucap Nifa dengan sedikit berteriak, namun pria itu tidak menggubrisnya sedikit pun. Nifa lagi-lagi mencuci botol minumnya itu. Rasanya Hanifa ingin sekali menampar pria itu. Namun hanya saja dia sangat mencintai Farel, maka sulit baginya melakukan itu, bahkan bukan Farel saja, sepertinya Hanifa tidak akan tega menampar orang.
"Hanifa, Hanifah, Hanifah!" teriak Sarah dengan lebay, seperti Hanifa kedua.
"Apaan sih lo teriak-teriak, alay banget!" ujar Hanifa kesal. Ngaca, woi, Hanifah! Elu juga gitu, hahaha.
"Kayak lo biasanya," ucap Sarah bercanda ke Hanifa.
"Lo lagi dekat sama Farel ya?" tanya Sarah to the point. What? Kenapa Sarah tiba-tiba bertanya begini? What happened?
"Hmmm," jawab Hanifa singkat. Dia kelihatannya malas untuk membahasnya, namun kelihatannya gadis ini ingin mendengar hal yang ingin disampaikan Sarah.
"Yah ampun, Nifa, bahkan minuman lo dibuang, lo diejek melulu, lo bisa suka sama kayak dia? Coba lo lihat Agung, yang sudah ganteng, baik, pintar enggak lo terima-terima," ucap Sarah tidak habis pikir.
"Agung itu terlalu baik buat gue, dia itu cocoknya buat lo, sama-sama baik," ucap Nifa menyarankan. Lagipula Agung kenapa harus suka ke Hanifa sih? Kan ada Sarah yang sama-sama anak PMR.
"Masalahnya dia enggak suka sama gue," ujar Sarah kesal kepada Hanifah.
"Itu mah derita lo," ucap Nifa sambil tertawa. Yah, Hanifa tahu kalau Agung suka kepadanya namun dia tidak tertarik kepada Agung.
"Iya, dan derita lo itu enggak dihargai sama Farel." Kini yang tertawa Sarah. Hanifa pun ikut tertawa, sepertinya mereka sedang menertawakan kebodohan mereka.
"Tangan lo kenapa? Jangan bilang karena lo ceroboh lagi? Kenapa sih akhir-akhir ini lo ceroboh banget sih?" tanya Sarah yang baru sadar tangan Hanifa diperban.
"Entahlah, Sar, gue juga bingung," jawab Hanifa sembarang. Yah, memang gadis ini alay, namun untuk menjaga diri dia sangat teliti.
"Lo kenapa sih enggak mau minum jusnya Nifa? Cuma sebagai hargai saja," ucap Agung bertanya pada Farel. Di sisi lain, Agung merasa kesal ke Farel. Dia menyukai Hanifa malah tidak dihargai perasaannya, sedangkan orang yang Hanifa cintai menyia-nyiakan cintanya. Sialan.
"Entahlah, Rel, semakin lo diami dia, dia semakin mendekati elu tahu," sahut Refan yang entah dari mana asalnya. Namun, Farel tidak menjawab pertanyaan mereka. Dia lebih memilih untuk diam menikmati isi pikirannya.
"Tadi kayaknya tangannya diperban gitu deh," ucap Refan pada Agung.
"Entahlah, bahkan tadi aku enggak sengaja memegang tangannya yang luka hingga keluar darah. Gue jadi merasa bersalah," ujar Farel merasa bersalah, dia sungguh mengakui kesalahannya.
"Dia kayaknya suka beneran deh sama elu, Rel," ujar Refan yang menggunakan logikanya. Yah, logikanya, mana ada orang sudah dicelakai tapi tetap suka.
"Lo enggak ada hati sedikit pun buat dia?" tanya Agung yang mulai kesal melihat Farel. Dia dulu kalah gerak cepat sama Rendi, sekarang dia harus bersaing sama anak baru. Sialan!
"Yah, kali gue suka sama orang kayak gitu, Gung, lo tahu kan alasan gue pindah gara-gara apa? Gara-gara Silvi," ujar Farel kepada Agung. Itu artinya Farel memang benar-benar tidak suka Hanifa. Tapi alasan dia pindah karena Silvi maksudnya apa?
"Lo cinta banget sama Silvi, sampai lo enggak hargai orang yang memperjuangkan lo," ujar Agung miris. Dia rasanya muak dengan Silvi, kenapa harus Silvi yang Farel suka. Agung yakin kalau gadis yang dia sukai itu mendengar bahwa orang yang disukai Farel Silvi, pasti Hanifa semakin sakit hati.
"Silvi sudah ada yang punya, Rel, dia enggak kayak elu kenal waktu kelas 3 SMP dulu, semuanya sudah berubah, Rel," ucap Refan mengingatkan Farel selaku abangnya itu.
"Tuh, adik lo lebih bijak dari lo," ujar Agung sinis. Namun, Farel seperti menyadari bahwa ada yang tidak beres pada Agung.
Pulang sekolah tiba. Hari ini Nifa harus pulang jalan kaki, karena sepedanya rusak dan dia juga harus menghemat uang jajannya bulan ini. Karena dia harus memberi hadiah ulang tahun kepada Farel. Padahal masih lama lagi. Gadis ini memang sangat memperhitungkan semuanya, dia hanya kurang di kealayannya saja.
"Lo Nifa, lo pulang jalan kaki?" tanya Agung pada Hanifa, melihat Hanifa sudah berjalan sejauh sepuluh meter dari sekolah.
"Yah," jawab Hanifa singkat namun sopan.
"Sini gue antar," ujar Agung menawarkan diri. Kenapa Agung selalu baik ke Hanifa?
"Enggak usah, Gung, merepotkan kamu nanti, kita kan beda arah," ucap Nifa dengan senyuman tulus. Yah, Hanifa rumahnya dengan Agung beda arah, Hanifa dari kompleks sebelah kiri sedangkan dia kompleks sebelah kanan.
"Sama gue saja, kita satu arah, gue sekalian mau ke Coffee Bar, buat nongkrong," tawar Refan, sedangkan Farel hanya diam tak memberi tawaran. Padahal mereka sebelahan motornya. Farel hanya menatap setang motornya yang dihentikan.
"Bagaimana kalau gue sama Farel saja?" ujar Hanifa mencari kesempatan. Refan langsung memutar bola matanya malas.
"Gue enggak bisa, gue harus cepat, gue mau les musik," ucap Farel menolak dan menggas motornya.
"Ya sudah deh, gue jalan saja," ujar Hanifa menolak tawaran Agung dan Refan.
"Hai semuanya, lagi apa?" Tiba-tiba Sarah juga ikut memberhentikan motornya dan nimbrung ke kami. Dasar para manusia aneh.
"Hai, guys, lo pada mau pulang? Hanifanya bareng gue saja ya?" tawar Sarah mengambil win-win solution.
"Boleh," ucap Agung dengan senang. Di balik itu ada raut gadis menatapnya.
"Baru lo bilang Agung cocok ke gue, tapi dia sudah gencar banget untuk mengejar lo, Nif," ucap Sarah lirih.
"Loh, jahat banget sih, Rel, bahkan bonceng dia saja lo enggak mau!" Di sisi lain, Refan kesal kepada kakaknya itu, yang semakin lama semakin jahat ke Hanifa.
"Emangnya lo mau kalau gue ngasih harapan palsu ke dia? Enggak kan?" ujar Farel membela dirinya.
"Entahlah," jawab Refan malas berdebat.