Harga Sebuah KEHORMATAN

"Al ada yang nyariin tuh." Kata limin, teman kerja Alan.

"Siapa Li?"

"Cewek cakep, udah sana temuin, daripada ntar digebet orang lain."

Al jadi penasaran, siapa kira kira cewek yang dimaksud Limin. Ghania, tiba tiba bayangan gadis itu muncul dibenaknya. Al buru buru kedepan, biarpun sudah berniat melupakan, namun kenyataannya Al masih sangat berharap bisa bersama gadis itu.

Alan mengedarkan pandangannya ke seluruh cafe. Tapi dia tak menemukan sosok yang dicarinya.

"Al." Tiba tiba terdengar suara seorang wanita memanggilnya. "Lagi nyariin gue ya?" Goda Amaira sambil menyenggol lengan Alan. "Sory gue barusan ke toilet."

Alan menghela nafas, ada perasaan kecewa dihatinya. Dia terlalu berharap jika Ghania yang datang.

"Lo nyariin gue Ra?"

"He em, gue mau balikin jaket lo."

"Oh... "

"Kok Oh doang?"

"Emang harus gimana?"

"Basa basi dikit napa. Terimakasih kek, gak usah repot repot kek. Atau ambil aja gitu."

"Huft." Alan membuang nafas perlahan. "Mana jaketnya Ra, gue lagi kerja jadi gak bisa lama lama ngobrol." Alan menengadahkan tangannya.

"Dimobil gue."

"Lo niat balikin gak sih? kalau mau balikin ya bawa sini, ngapain ditinggal dimobil?"

"Mas." Seorang pelanggan melambaikan tangan kearah Al.

"Iya Mbak." Jawab Al pada pelanggan yang memanggilnya. "Gue tinggal dulu Ra."

Amaira berdecak kesal karena ditinggal Alan. Apalagi melihat pelanggan yang memanggilnya adalah wanita cantik. Dari jauh Al terlihat sangat ramah pada pelanggan itu. Karena tak ingin makin kesal, Amaira keluar dari cafe.

"Al." Teriak seorang gadis saat Al mau mau pulang.

"Astaga, lo masih disini Ra." Al terkejut melihat Amaira masih ada di parkiran cafe. Ternyata sejak tadi gadis itu menunggu Al pulang didalam mobil.

"Gue nungguin lo, gue mau balikin jaket." Ucapnya sambil memberikan paper bag berisi jaket pada Alan.

"Ya udah thanks ya Ra." Jawab Alan sambil mengambil papar bag dari tangan Amaira.

"Gue boleh ngomong sebentar gak sama lo?"

"Ngomong aja, perasaan dari tadi juga ngomong."

"Lo mau gak jadi cowok gue?" Kata Amaira dengan percaya diri. Selama ini banyak sekali cowok yang mengantri untuknya. Dan menurutnya tak mungkin seoarang Alan yang hanya pelayan cafe akan menolaknya.

Alan melongo mendengar perkataan Amaira.

Menurutnya sangat aneh seorang gadis cantik dan kaya tiba tiba memintanya menjadi pacarnya.

"Lo gak lagi demam kan Ra? Atau lo lagi belajar akting ya?" tebak Alan.

Amaira menggeleng. "Gue serius Al. Gue suka sama Lo."

Alan hanya tersenyum mendengar pernyataan cinta Amaira.

"Mendingan lo pulang Ra. Lo tenangin diri, lo pikirkan baik baik apa yang barusan lo ucapin."

Alan memakai helm nya dan bersiap melajukan motornya. "Sory ya Ra, gue buru buru. Gue harus jemput kakak gue."

Amaira hanya terdiam menatap kepergian Alan. Seumur hidupnya baru pertama kali dia menyatakan cinta pada pria. Dan sialnya, dia ditolak dengan senyuman.

Sakit sih, tapi Amaira pantang menyerah. Baginya apapun yang dia mau harus dia dapatkan. Amaira memang selalu dimanja sejak kecil. Apapun yang dia mau pasti dituruti oleh kedua orang tua serta abangnya.

...******...

"Gimana yang, kamu udah resign kan?" Tanya Gaza yang malam ini sedang ada dirumah Rain. Pria itu belum bisa tenang sebelum Rain resign dari perusahaan Sean.

Rain menghela nafas panjang, dia tak ingin mengecewakan Gaza, tapi dia juga tak mungkin mengabaikan ancaman Sean.

"Belum Ga." Jawab Rain sambil menggeleng.

Benar dugaan Rain, Gaza terlihat kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, ancaman Sean begitu menakutkan.

"Tapi kenapa Rain?"

"Banyak proyek yang baru jalan Ga. Aku gak mungkin mundur tiba tiba. Selain itu aku juga masih harus nunggu sekretaris baru kalau mau resign. Aku harus ngajarin dulu, gak bisa langsung mendadak berhenti."

"Tapi kamu udah ngasih surat pengunduran dirinya kan?"

"Udah, tapi ditolak sama Pak Sean."

Gaza bisa mencium adanya sesuatu disini. Sean pasti merencanakan sesuatu yang buruk, batin Gaza. Gaza sangat mengenal Sean. 4 tahun bersama dibangku kuliah, membuatnya sedikit banyak tahu tentang Sean. Sean sudah mendapatkan julukan bad boy sejak kuliah.

"Aku gak tenang kalau kamu masih kerja sama Sean. Dia itu bukan orang baik." Gaza merasa jika Sean bisa mengancam hubungannya dengan Rain. Gaza bisa melihat dendam yang besar dimata Sean.

"Jangan terlalu over thingking. Gak akan lama kok, kamu kan bilang kalau 2 bulan lagi kita ke luar negeri. Aku pastikan sudah resign saat itu. Apa sebenarnya masalah kalian Ga. Jujur saja aku sangat penasaran. Aku penasaran apa yang membuat kalian berkelahi kemarin?"

Sean membuang pandangannya dari Rain. Dia tak ingin mengungkit masa lalu. Tapi Rain juga berhak tau masalahnya dengan Sean.

"Sebenarnya pernah terjadi kesalah pahaman antara aku dan Sean. Sean mengira aku merebut pacarnya yang bernama Delia. Padahal aku hanya dijebak."

"Dijebak seperti apa maksudmu?" Rain makin penasaran.

"Sean memergoki Aku dan Delia berada didalam kamar dalam kondisi setenang bugil."

Rain membelalakkan mata mendengarnya. "Apa yang kamu lakukan Ga?" Rain hampir saja menangis.

"Tenang Rain, gak seperti yang kamu bayangkan. Aku dan Delia gak ngelakuin apa apa. Aku memang menyukai Delia waktu itu. Tapi aku tahu Delia menyukai Sean. Waktu itu acara party kelulusan kami. Kami mengadakan acara di sebuah villa. Aku mendapatkan pesan dari nomor Delia yang mengatakan jika kakinya sedang sakit dan gak bisa jalan. Dia sudah coba menghubungi Sean tapi tak diangkat. Aku segera datang kekamar itu, aku melihat Delia tidur diranjang, saat aku ingin mendekat, ada yang memukulku dari belakang. Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi."

"Apa setelah itu Sean masuk ke dalam kamar?" tebak Rain.

"Benar, Sean masuk dan mendapati kami berdua tidur dengan kondisi setengah bugil."

Rain akhirnya paham masalah mereka. Jadi inilah yang membuat mereka terlihat saling tidak menyukai satu sama lain.

"Kenapa tidak kau jelaskan kejadian yang sebenarnya Ga."

"Sudah Rain, tapi aku gak punya bukti. Bahkan dalam rekaman cctv, hanya aku dan Delia yang terlihat masuk kedalam kamar itu. Tak ada ornag lain selain kami yang masuk. Padahal aku sangat yakin ada orang yang memukulku hingga pingsan."

"Apa mungkin ada yang menghapus rekaman cctv itu?"

"Dugaanku juga seperti itu. Tapi Sean, dia tak mau percaya padaku maupun Delia."