Ikuti aturan. Dibawah 21 jangan baca.
Zhen Xi, salah satu putri kembar Dewi Angin yang hilang di langit ke enam itu harus bertahan hidup setelah kabur dari rumah orang tua angkatnya. Setelah bertahun-tahun menahan penderitaan seorang anak yang ditirikan oleh ibu angkatnya, akhirnya ia bisa keluar dari rumah itu. Yap tepatnya setelah ia membuat masalah dengan Pangeran Petinggi Hujan Wen Hua hingga toko pedang ayah dan ibunya itu menjadi sepi mendadak.
Dari situlah perjalanannya dimulai. Ia akan hidup dengan kekuatannya sendiri dengan sedikit bantuan dari pemuda-pemuda tampan berkedudukan tinggi yang tertarik padanya, bahkan melindunginya dari belakang maupun secara diam-diam.
Siapa yang akan memenangkan pertandingan cinta ini pada akhirnya? Bagaimana nasib putri hebat yang hilang ini?
Setelah berhasil mendapatkan salah satu diantaranya pun, masalah cinta masih belum lelah mengujinya. Mengembalikannya ke posisi bangsawan yang hidup di istana justru menambah masalahnya.
Kare
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon souzouzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murid Kesayanganku Mundur Dari Promosi Hanya Karena Seorang Gadis
"E... Tuan tolong jangan emosi hahaha... Apa dia adalah kekasihmu?" ejeknya.
Tawa pedagang itu seketika terhenti, tergantikan dengan cekatan tenggorokan begitu melihat pin pegawai bangsawan di pakaiannya.
Zhen Xi tersenyum puas melihat perubahan ekspresi pedagang sombong itu. "Kalau aku adalah kekasihnya, memangnya kenapa??" Zhen Xi memanfaatkan situasi ini untuk mengungkapkan rasa tertariknya pada Ming Wei.
Ming Wei jadi salah tingkah seakan ingin mengelak kalimat itu tetapi tidak mampu bicara.
"T-tuan maafkan saya, s-saya hanya-"
Seorang laki-laki dengan pakaian khas Akademi Dao tiba-tiba datang menghampiri Ming Wei. "Ming Wei, sedang apa kau disini?"
"Pak Lie?" Ming Wei menoleh ke sebelah kanannya.
"Cepat, aku ingin pesan pakaian pendekar wanita seukuranku ini. Aku pesan dua belas potong yah!"
"B-baik Nona. Ah ukuran Anda tidak perlu diukur lagi, ini ukuran ideal seorang gadis. S-saya pastikan akan jadi dalam satu minggu, pekerja kami sangat banyak."
Pak Lie melirik ke sumber suara, lalu melirik kembali ke arah Ming Wei. "Kau cepat punya kekasih juga rupanya." Matanya menyipit.
Ming Wei terperanjat lalu menggeleng. "Eh- eh bukan... ini salah pa-"
Tapi Pak Lie tidak memberi Ming Wei kesempatan bicara, ia langsung menepuk lengan Ming Wei. "Hahaha jangan malu begitu. Sudah lama tidak bertemu, bagaimana magangnya? Apa pekerjaannya sulit?"
"T-tidak."
"Sebenarnya..." Ming Wei kesusahan mengungkapkan keinginannya.
"Pak Lie, bisakah aku kembali mengajar di Akademi Dao?" tanyanya akhirnya.
"Mengajar lagi??" Mata Pak Lie yang mendelik itu membuat Ming Wei ikut melebarkan matanya takut.
Pak Lie menghela nafas panjang. "Hah... ada apa? Kau tidak suka dengan pekerjaanmu ya? Apa bangsawan ke tujuh itu galak?"
"Nak, menjadi pegawai mereka itu hal yang langka dan diimpi-impikan banyak orang. Tapi kenapa kau mundur begitu? Bukannya kau ingin ibumu itu bahagia?" tuturnya.
Raut Ming Wei berubah menjadi sedih.
"Kak Ming Wei, ada apa ini?" Zhen Xi menghampiri Ming Wei dan berdiri tepat di sampingnya dengan pertanyaan polos.
"Zhen Xi, kenalkan. Dia adalah pemilik Akademi Dao. Dia cukup dekat denganku." sambut Ming Wei.
Zhen Xi langsung mengubah ekspresi juteknya itu menjadi senyuman manis. "Ah Tuan Pemilik Akademi Dao, selamat siang..." sapanya.
Pak Lie tersenyum membalas salam Zhen Xi. "Selamat siang." jawabnya.
Sementara pedagang sombong tadi nyaris terlonjak kaget begitu mendengar ucapan Ming Wei. "P-pemilik Akademi Dao??" desisnya dari belakang sana dengan mata mencuat.
"Ahh aku sudah mengerti maksud permintaanmu." ucap Pak Lie kepada Ming Wei tiba-tiba.
"Kau pasti tidak ingin jauh-jauh dari kekasihmu ini. Jadi kau memutuskan untuk berhenti menjadi asisten keamanan, lalu kembali mengajar di dunia langit ke enam." simpulnya tanpa meminta persetujuan lagi sambil menatap ke arah Zhen Xi. Zhen Xi yang diam-diam tertarik pada Ming Wei pun tak mengelak kalimat itu sedikutpun. Ia malah tersenyum malu.
Lagi-lagi Ming Wei gagal menyela. "A-ah astaga, Pak-"
Setelah melihat senyum manis Zhen Xi barusan, ia semakin meyakini kesimpulannya itu. "Aku mengerti, aku mengerti. Tidak perlu dijelaskan lagi. Baiklah... pada akhirnya hidup itu keputusan dari masing-masing orang. Kau boleh bekerja menjadi pelatih pedang lagi mulai besok. Jangan terlambat ya."
Ming Wei hanya menghela nafas dengan wajah kusut. Pak Lie selalu ceria dan cepat menyimpulkan, untuk bicara sepatah kata saja kepadanya akan sangat sulit.
"Ada apa? Apa aku salah? Hmmm aku harus membeli beberapa pedang di toko ini, kalian benar-benar mengalihkan perhatianku." kekehnya sambil memutar badannya ke arah pedagang sombong tadi.
"Aku lihat, kau membuat masalah dengan murid kesayanganku ini. Harusnya aku pergi membeli di tempat lain ya." gumamnya sambil menanti reaksi pedagang sombong barusan.
"T-tuan jangan begitu. Saya mengaku saya salah. T-ternyata Tuan yang selalu membeli barang-barang disini ini adalah pemilik Akademi Dao? Saya benar-benar merasa bersalah tidak mengetahuinya sejak awal..." pinta si pedagang sombong dengan gerak-gerik tunduk meminta pengampunan.
"Aku sudah memaafkannya." sahut Zhen Xi dengan cengirannya. Hihi. Tanpamu, tak ada yang mengira aku adalah kekasih Kak Ming Wei yang manis ini... Ups. Ah kenapa aku jadi tergila-gila pada lelaki seperti ini...! batin Zhen Xi meronta-ronta meminta setetes kesadaran dari mimpi panjangnya.
"Oh ya? Kau sudah memaafkannya? Itu bagus sekali. Pendekar harus punya ketrampilan dasar untuk memaafkan. Kekasihmu pasti mengajarimu banyak hal ya." ujar Pak Lie dengan dehaman tawa khasnya.
Wajah Ming Wei kembali menghangat, ia sampai berdeham untuk meredakan rasa malunya.
"Ekhem. Pak Lie..." panggil Ming Wei.
"Ya?" Pak Lie menghentikan acara memilih pedangnya.
"Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin Ming Wei bicarakan. Bisakah kita bicara di luar?"
Keduanya pun keluar dengan wajah serius. Zhen Xi juga mengikutinya dari belakang.
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Pak Lie dengan serius.
"Sebenarnya ini bukan masalah. Murid kesayanganmu ini masih ada permintaan." ujar Ming Wei takut-takut. Ia sudah banyak merepotkan Pak Lie hari ini.
"Katakan saja. Jangan sungkan. Aku pasti melakukan apapun untukmu, asal tidak melanggar etika." Ia malah menggurui Ming Wei.
"Jadi... Ming Wei ingin meminta bantuan Pak Lie untuk membantu gadis ini masuk ke Akademi Dao walaupun ia adalah seorang wanita."
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Ekspresi beku Pak Lie pun pecah, ia tertawa keras.
Zhen Xi yang menguping di balik pintu belakang toko itu memasang wajah cemas begitu mendengar tawa keras Pak Lie. Aku tahu, semua orang akan menertawakanku. Ayah juga pernah menertawakanku meski pada akhirnya ayah mendukungku dulu. batin Zhen Xi.
"Aku tidak tahu sejak kapan selera humormu naik begitu kau masuk ke pemagangan langit ke tujuh. Nak, kau tidak hanya ingin bercanda sampai-sampai menyuruhku keluar dari toko dan berbicara serius sejenak kan?" Salah satu alisnya meninggi.
"Gadis manismu barusan akan menjadi pendekar? Kau bercanda ya? Kau tidak ingin jauh darinya sampai sebegitunya? Katakan kalau ini bercanda Ming Wei..." Pak Lie tertawa lagi, kini sambil menepuk-nepuk lengan Ming Wei.
Ekspresi Ming Wei berubah tak enak. "Pak Lie, Ming Wei belum pernah meminta apapun. Bisakah Pak Lie membantu Ming Wei sekali ini saja?" pinta Ming Wei lagi.
Tawa Pak Lie benar-benar terhenti sekarang. "Jadi maksudmu... kau serius?"
Ming Wei mengangguk-angguk.
"Akademiku tidak menerima seorang gadis. Ini belum pernah ada. Dan kau tahu, semua murid juga akan berfikiran yang sama denganku. Maaf Ming Wei, ini tidak benar. Aku tidak bisa mengubah ketentuan sebesar ini hanya untuk seorang murid yang kusayangi..." jelas Pak Lie dengan raut yang tak kalah serius.
😎😎😎