Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kitab Kuno-2
Andi Enre memasuki rumah Ambo Uleng, wajahnya terlihat sangat pucat, ia masih dalam rasa tak percaya, jika apa yang dikatakan oleh keluarganya adalah benar.
Wajahnya terlihat pucat, tetapi ada juga rasa ganjalan dihatinya, entah apa.
Sedangkan Andi Anni menghubungi Sanro Tungke, lalu mengabarkan untuk memberitahu tentang penemuan yang didapatkan oleh sang kakak lelakinya.
Ia terlihat sedang membicarakan sesuatu didepan teras rumah dengan begitu serius.
Sesaat kemudian, panggilan berakhir, dan ia masuk ke dalam rumah, lalu menghampiri Enre yang terlihat sangat gelisah.
"Bang, kata Sanro Tungke, kita ke rumahnya saja," ucap Andi Anni saat setelah dari teras depan.
"Baiklah, kita gerak sekarang," jawab Abdi Enre, dab tak ingin membuang waktu lebih lama, sebab ia takutnya Daeng Cening akan tiba dirumah dan mencurigainya.
"Ayo." ajal Enre, dan bergegas masuk ke dalam mobil.
Sedangkan Andi Anni terpaksa membawa Kassi beserta Bombang.
Sementara itu, Daeng Cening yang masih dalam perjalanan menuju Mall, merasakan dahaga dan lapar yang sangat kuat, namun sesuatu yang tak lazim seperti sedang menekannya.
Ia duduk dijok tengah bersama dua orang asisten rumah tangga yang menemaninya pergi berbelanja. Ia melirik salah satunya yang berada disisi kiri, dimana tubuh gadis itu terlihat sangat berisi.
Tatapannya mengandung rasa tak sabar ingin segera mencicipi darah segar yang ada ditubuh sang asisten rumah tangganya.
Bayangan akan organ tubuh yang ukurannya juga lumayan besar, membuat Daeng Cening berbinar.
Sedangkan sang sopir, tanpa disadari oleh sang wanita, sedang memperhatikan apa yang dilakukan oleh Daeng Cening.
Pria itu terus berdzikir didalam hatinya, mencoba mengendalikan rasa dahaga yang saat ini sedang menggebu dari dalam tubuh Daeng Cening.
Setibanya didepan Mall, Daeng Cening semakin gelisah. Ini masih siang hari, dan ia harus menahan rasa laparnya, sebab malam nanti baru akan beraksi.
Ia keluar dari dalam mobil dengan perasaannya yang tak nyaman, merasakan sesuatu yang kembali menekannya.
Dua orang asisten rumah tangganya ikut mendampinginya, sedangkan sang sopir terus mengekori dari arah belakang, memantau Daeng Cening seolah seperti target yang harus dijaga dan tidak boleh lengah.
Sementara itu, Andi Anni dan juga Enre sudah tiba didepan rumah Sanro Tungke. Hal ini membuat hati Daeng Cening merasakan sesuatu tekanan yang semakin kuat, dan ia mencoba menembus pandangan mata bathinnya untuk melihat suaminya yang tercinta.
Akan tetapi, bayangan wajah Enre tak lagi dapat ditembusnya, seperti sebuah cahaya keperakan yang menghalangi penerawangannya.
"Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku tidak dapat menembus wajah Enre?" Darng Cening bergumam gelisah, sembari berjalan menyusuri Mall dilantai satu.
Fikirannya mulai tak fokus untuk berbelanja, dan hatinya merasakan kejanggalan yang cukup kuat, dan membuatnya semakin gelisah.
Hal itu tak luput dari pantauan sang sopir yang terus saja menjaganya dari arah belakang.
Sedangkan Enre sendiri, ia sudah menapaki anak tangga milik rumah Sanro Tungke.
Didepan pintu, terlihat seorang pria yang mengenakan pakaian serba putih dan juga ikat kepala yang sama berwarna putih, sebagai lambang jika ia adalah sanro Tungke yang disegani.
"Masuklah, ucap pria paruh baya itu dengan tenang. Ketiganya memasuki rumah saat Sanro Tungke mmeberikan jalan pada mereka.
Kemudian, pintu ditutup rapat, dan membuat suasana semakin terasa sedikit menegangkan.
"Sanro, aku menemukan ini." Andi Enre bergegas memberikan sebuah kutab kuno beserta foto dirinya dengan rapal mantra dibagian belakangnya, dan tertulis namanya.
Sanro Tungke mengambilnya, lalu memeriksa foto tersebut, beserta rapal mantra yang sudah digunakan untuk mengikat jiwa Andi Enre.
Pria itu merasakan nafasnya begitu sesak, seolah ada ganjalan yang cukup besar menghimpitnya.
Ia kemudian membuka lembaran demi lembaran kitab kuno tersebut, memperhatikan setiap kalimat yang dituliskan.
Sesaat ia menutup kitab tersebut, sebab getaran energi ghaib yang cukup kuat datang menghampirinya dan mencoba menyerangnya.
Braaaaak
Kitab itu terlepas dari tangannya dan menghempas lantai kayu rumahnya.
Deguban dijantungnya terasa begitu sangat kencang, dan ia melihat jika kitab itu seorang bergetar cukup kuat.
"Hah!" Abdi Enre, Andi Crning dan juga Bombang tersentak kaget secara bersamaan, sedangkan Kassi terlihat merengek, seolah meresakan energi negatif yang cukup kuat.
Sementara itu, Daeng Cening yang sedang berbelanja, merasakan tubuhnya seolah begitu panas. Seolah ada yang sedang mengirimkan energi penekanan kepadanya.
Hal itu membuat Daeng Cening merasa gelisah dan tidak fokus dengan berbelanjanya.
Wanita itu tak ingin tinggal diam. Ia mencoba melawan serangan yang datang, sehingga membuat wajahnya semakin pucat, dan kulit tubuhnya tampak membiru.
Sedangkan ditempat berbeda, pria paruh baya yang merasa mendapatkan serangan balasan, membuat Sanro Tungke harus merapalkan mantra untuk berusaha mengendalikannya.
Wajahnya bergetar, dan perlahan kitab kuno itu mulai melambat getarannya, dan perlahan berhenti.
Kemudian, ia bergegas mengambil kitab tersebut, lalu memasukkannya ke dalam sebuah kotak kayu dan menyegelnya, agar tidak ada orang yang membukanya.
Perlahan ia mengatur nafasnya yang tersengal, dan ia cukup banyak mengeluarkan energi untuk menekan kekuatan tersebut.
Pria itu kembali memejamkan kedua matanya, mencoba mengembalikan energinya yang terkuras, dan setelah merasakan cukup segar, ia kembali membuka matanya,.
Hal itu sempat membuat ketakutan pada ketiganya, dan sesaat Kassi mulai mereda dari tangisannya.
Perlahan, Sanro Tungke meraih foto milik Andi Enre, lalu menatapnya dengan dalam. Ia melihat hal yang sangat begitu miris didalamnya.
"Cinta butanya, membuat ia menempuh jalan yang salah, dan kamu adalah tujuan hidupnya. Ia mengikat jiwamu, dan kau berusaha dikendalikannya. Istrimu adalah parakang." Sanro Tungke menatap Andi Enre yang saat ini tersentak kaget mendengar ucapan pria tersebut.
Selama ini ia membantah ucapan ammaknya, dan juga Andi Anni yang mengatakan jika istrinya adalah Parakang. Ia tidak dapat mempercayainya.
"Jika kau ingin membuktikannya, maka malam nanti, kau berpura-puralah untuk tidur. Saat ini, sedang merasakan lapar dan haus yang cukup kuat. Ia berusaha mencari mangsa, dan lihatlah apa yang dilakukan oleh istrimu," pesan Sanro Tungke kepada Andi Enre.
Pria itu mendadak gemetar. Bagaimana mungkin selama ini ia hidup dengan sosok wanita jelmaan parakang, dan pastinya sudah banyak memakan korban.
"A-apakah korban pembunuhan didepan rumah kami itu adalah ulahnya? Wanita hamil yang kehilangan organ tubuhnya dan mati mengenaskan bersama janinnya yang hilang," tanya Andi Enre dengan nada terbata. Seluruh tubuhnya tremor, dan ia sangat begitu takut.
"Ya, ia yang melakukannya, dan bahkan suaminya yang mencoba memperkosa istrimu malam itu, juga menjadi korbannya, dan jasadnya yang kau temukan dimesin penghisap air tambang emasmu," jawab Sanro Tungke dengan begitu gamblang.
Andi Enre membeliakkan kedua matanya. Bahkan ia belum menceritakan tentang penemuan mayat dipipa penghisap tersebut pada sang Sanro Tungke, tetapi pria itu sudah mengetahuinya lebih dulu.
sukurin..
mudah-mudahan diampuni ya Cening .. karena kamu selama ini sudah menyekutukan Allah ..
benar-benar iblis tuh si Welang 😤😤
ooaalaah .... ternyata polisi Andre itu adalah kk nya si Ella toch istrinya si Takko 😱😱
jahat bgt tuh si welang 🤬🤬
kini Enre pun sdh terkena Ditinggal itu 😱
siapa pula yg mau mencuri Kitab Kuno dan Abu Parakang itu ,, psti orang jahat lg ajah 😡😡
Tp baru juga Daeng lepas dri ilmu hitam itu, ada lagi parakang baru hadehhh. 😇