Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Ratih terdiam di kamarnya.
Ada isak tangis yang mau keluar tapi di tahan, gadis ini sama sekali tak mengerti mengapa dengan hatinya.
Logikanya ingin sekali terbebas dari Naga Seta dan alam siluman, tapi amat cemburu saat Naga Seta bersama dua wanita itu.
Ratih tidak tahu dua wanita itu siluman apa, tapi yang ratih perhatikan keduanya memiliki sisik di punggung dan di lengannya seperti Naga Seta.
Ratih terduduk di depan meja rias, dirinya sudah mengenakan kemben warna putih tapi dengan hiasan batu permata warna biru.
Rok batiknya berwarna hitam, sebenarnya apa yang di rencanakan Naga Seta.
Ratih melamun----dalam lamunannya dia memikirkan soal hatinya. Sungguh dirinya amat bingung pada dirinya sendiri.
Para Dayang di belakang tengah mengeringkan rambutnya dengan wewangian cendana, bunga Cendana yang di keringkan lalu di gunakan menjadi arang untuk mengeringkan rambut---di taruh diatas wadah yang terbuat dari tanah liat.
Dayang yang lain sibuk memilihkan perhiasan untuk Ratih----Ratih masih melamun memikirkan Naga Seta, dirinya ingin sekali menjadi manusia lagi, tapi entah mengapa dirinya merasa berat saat Naga Seta bersama wanita lain.
"Gusti...," panggil Dayang dengan lirih.
Ratih masih dalam lamunannya, Dayang yang memanggil saling menoleh satu sama lain. Lalu dengan anggukan kepala Dayang yang memanggil Ratih langsung menyentuh pelan bahu Ratih.
"Gusti?" sapanya, sambil menyentuh bahu Ratih.
Ratih yang tersadar dari lamunannya nampak kikuk, mengedipkan mata tiga kali.
"Eh iya?" ujar Ratih.
"Melamun apa anda?" tanya salah satu Dayang.
Ratih yang menyembunyikan perihal hati dan rumah tangganya, agar para Dayang tak bergosip soal rumah tangga apalagi soal hal pribadinya.
"Aku hanya memikirkan apa nanti malam Kanda Prabu ke kamarku?" ujar Ratih yang langsung pura-pura sibuk, dirinya memakaikan gelang emas di kedua lengannya.
"Kenapa Gusti Ratu memikirkan seperti itu?" tanya salah satu Dayang.
Ratih menghela napas lalu dirinya menatap kedua Dayang itu.
"Aku ini permaisuri, sedangkan Kanda Prabu sudah memiliki dua orang selir---aku tak tahu namanya," jawab Ratih yang pura-pura cuek, dan memakaikan anting berwarna emas dengan berlian putih di telinganya.
"Sudahlah, kalian sudah selesai belum?" tanya Ratih.
"Mohon ampun Gusti Ratu, saya tadi mau menanyakan hari ini mahkota mau yang mana, dan rambutnya di sanggul mau mengenakan sirkam bunga atau mengenakan sirkam emas?" tanya Dayang itu.
Entah darimana hati Ratih langsung menunjuk sirkam emas dengan butiran berlian, seolah nalurinya ingin menunjukkan bahwa dia adalah istri utama.
"Apa bisa rambutku di gerai saja?" tanya Ratih.
"Maaf kanjeng Ratu, tapi anda sudah menikah...jika wanita yang sudah menikah rambutnya harus di sanggul---itu peraturan keraton," jelas Dayang yang sibuk menggelung rambut Ratih dengan sirkam emas bertabur berlian.
"Iya Gusti, kecuali Rakyat kerajaan keraton. Kami tak wajib melakukan itu jika bukan siluman bangsawan," jelas salah satu Dayang yang tengah ikut menyanggul rambut Ratih.
Ratih masih terdiam membenarkan gelang di tangannya, matanya menatap cermin lalu dirinya akan menemui Mbah Suti.
Para Dayang sudah menyanggul rambut Ratih dengan sirkam emas lalu memakaikan mahkota, setelah semua selesai Ratih ingin menemui Mbah Suti yang ada di kamarnya.
"Gusti Ratu mau kemana?" tanya salah seorang Dayang saat Ratih berdiri.
"Aku mau menemui Suti, karena ada keperluan...kalo kalian mau ikut ayo," ajak Ratih yang berjalan berlalu meninggalkan kamarnya.
Para Dayang hanya saling menatap lalu tiga orang Dayang mengikuti Ratih seperti mengawal berjalan keluar, menuju kamar Suti.
Di lorong-lorong istana Ratih melihat para prajurit memberikannya hormat saat dirinya mulai melangkah, langkahnya sampai juga di depan kamar Mbah Suti.
Ratih berteriak-teriak mencari Mbah Suti ternyata tak ada disana, dirinya hanya bisa menghela napas saat Mbah Suti tak ada disana.
"Mbah!" panggil Ratih.
"Kanjeng Ratu apa mencari Suti?" tanya Prajurit yang mengenakan hiasan kain kepala dan bertelanjang dada, di tangannya membawa pedang.
"Iya, Prajurit apa kamu tahu kemana Suti pergi?" tanya Ratih.
"Lapor Kanjeng, Suti sudah di aula istana."
Ratih mengerutkan keningnya dirinya amat tak tahu, jika Naga Seta sudah memanggil Mbah Suti menghadap dan mengambil keputusan.
Ratih segera ke ruang singgasana menemui suaminya, dan saat lewat dirinya bertemu Sanca Kirana, hari ini dirinya mengenakan kemben warna coklat dengan bordiran hitam yang menonjolkan lekuk pundaknya sebagai bangsawan sanca, dan bawahnya mengenakan kain batik legam bermotif emas.
Rambutnya nampak di gerai setengah dan atasnya mengenakan sanggul besar dengan dihiasi mahkota, dan kalung dengan berlian merah delima di keningnya.
Matanya mendelik menatap Ratih, "salam hormat permaisuri?" ujar Kirana menatap Ratih.
"Apa yang anda cari?" tanya Kirana pada Ratih.
"Aku mencari tamu kerajaan dimana dia?" ucap Ratih.
"Dia tidak disini---dia di ruang singgasana dan dia mengambil keputusan bersama Nyai Ambarwati...Yah dia bangsawan kobra dari hutan alas roban," ucap Kirana mau melihat reaksi Ratih.
Ratih hanya tersenyum setengah, dan dirinya pamit permisi kepada Selir Kirana agar segera pergi ke kamarnya lagi.
"Kenapa Kanda Prabu melakukan ini? Bukankah katanya aku ini juga berhak atas kerajaan ini sesuai apa yang dia katakan," ucap Ratih dengan berbisik berjalan menuju kamarnya.
Hari ini Ratih amat kecewa, dan Kirana memperhatikan punggung Ratih yang pergi menjauh. Lalu dari mulutnya mendesis mengeluarkan lidah ular sanca.
"SSSSTTT, Raka Sanca Kama...Aku sudah melakukan tugas sesuai yang kamu suruh," ucap Kirana seolah dirinya menjalan tugas sesuai instruksi saudaranya.
Setelah membujuk Ratih untuk mau memiliki keturunan dari Naga Seta----Prabu Naga Seta berjanji akan memberikan suatu wilayah yang nanti akan di pimpin oleh kawanan Sanca.
Lalu bagaimana dengan Kobra Ambarwati, dirinya disini apa tujuannya----padahal Romonya sendiri sudah melarang untuk mendekati Naga Seta.
Karena Prabu Naga brahma Wisesa sudah memilihkan calon suami untuknya----Prabu Naga brahma tahu, jika Prabu Naga Seta hanya menginginkan manusia sebagai istrinya, tapi Ambarwati yang keras kepala tetap datang ke keraton ini demi memenuhi rasa egonya.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.