[Di sarankan membaca Transmigrasi Istri Pemburu Season 1 terlebih dahulu]
↓↓
Sesama Reinkarnasi yang mencari misteri kisah kehidupan masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
deeptalk
Sampai di rumah, Serena di temani Yuwen menjemur pakaian di halaman depan. Mereka terlihat sangat romantis, hanya mereka berdua yang terlihat sangat intim dan terkesan tidak tau malu.
Di zaman ini bermesraan adalah hal yang harus di rahasiakan, merasa itu hal tidak senonoh dan tidak boleh di umbar-umbar. Untunglah Yuwen tidak kolot, meskipun pola pikirnya tentu saja kuno dan keras kepala.
Masih ada jejak patriarki di otak Yuwen, hanya saja karena dia juga hidup sebatang kara sejak kecil. Dia pun cukup bisa membantu pekerjaan rumah tangga tanpa sewot, hanya saja dia cukup keberatan jika Serena memiliki pemikiran lebih dominan.
"Ngga bisa kalo gini terus, gue harus mulai cari ide bisnis dan keluar dari jeratan kemiskinan." Batin Serena.
"Yue." Panggil Yuwen.
"Eh.. ya?." Kaget Serena.
"Lagi-lagi kau melamun, apa yang kau pikirkan sebenarnya?." Tanya Yuwen.
"Ada banyak, apa kau punya waktu untuk bicara hari ini?." Tanya Serena.
"Tentu saja." Yuwen mengangguk.
Selesai menjemur pakaian, mereka masuk ke dalam rumah. Hari ini Yuwen membawa buruan kelinci dan babi, Serena tidak suka babi karena babi hutan berbeda dengan babi ternak.
"Yuwen, apa jika daging babi ini di jual akan ada yang membeli disini?." Tanya Serena.
"Tentu saja, kau berniat menjualnya?." Ujar Yuwen.
"Maaf ya, tapi babi hutan itu rawan cacing pita dan bakteri dalam daging. Kecuali jika dia babi ternak yang makanannya terjamin bersih dan bagus, aku merasa takut untuk memakan babi hutan. Apa kau keberatan jika kita jual saja?." Tanya Serena sopan.
"Apa itu cacing pita?." Bingung Yuwen.
"Di dalam daging babi hutan, terlihat seperti serat halus tapi aslinya itu adalah cacing. Cacing itu bahkan tidak mati jika di siram air panas, dia bisa tumbuh dan bergerak di tubuh kita bahkan sampai keluar dari pori-pori. Aku tidak berbohong, aku akan membuktikannya." Ucap Serena tegas.
Seketika Yuwen langsung mual dan merinding, ucapan Serena terdengar sangat menakutkan dan membuatnya geli. Dia merasa ingin muntah rasanya, dia menatap babi di depannya dan langsung pusing.
"Kita jual saja." Putus Yuwen, mungkin mulai hari ini dia tidak akan mau makan babi hutan lagi.
"Sungguh?." Serena merasa senang.
"Ya, tunggu saja di rumah aku akan menjualnya ke penjagal." Ucap Yuwen bergegas pergi.
Serena tersenyum senang, dia mulai mengolah daging kelinci untuk di masak sup asam manis. Daging kelinci lumayan amis dan menyengat, karena itu Serena merebusnya dua kali dengan nanas dan sedikit kunyit. Setelah daging empuk dan tidak amis, Serena membuat sup dengan aneka macam sayur dan lobak.
"Wah beras di zaman ini jelek banget kualitas nya, tapi gapapa lah daripada ngga ada." Gumam Serena, mulai mencuci beras dan menanak nasi.
Sambil menunggu nasi dan sup matang, Serena duduk termenung di depan perapian. Dia menerawang jauh, mencari ide bisnis yang cukup menguntungkan dan bisa untuk jangka panjang.
"Gimana kalo jual nugget? ihhh lucu juga, pasti anak-anak pada suka dan tertarik. Boleh deh gue simpen dulu idenya." Gumam Serena merasa senang.
Setelah makan sore matang, Serena menyajikan di atas dipan reyot samping tungku. Menunggu Yuwen kembali dan makan bersama, Serena memilih mandi lebih dulu agar lebih fresh.
Tidak lama berselang Yuwen kembali membawa kantong kain berisi koin, Serena menatap itu dengan penuh binar cerah. Ini adalah rezeki uang pertama mereka setelah menikah.
"Berapa yang di dapat?." Tanya Serena excited.
"Semuanya berebut untuk membeli, aku menjualnya pada penjagal pasar kota dengan harga 500 koin tembaga. Ini sangat murah karena jika di kota harganya bisa sampai 1 koin perak." Ucap Yuwen.
"Tentu saja berbeda, untuk sampai di kota harus naik perahu dengan jarak tempuh yang jauh. Tenaga dan biaya perjalanan kan mahal, karena itu harganya juga lebih mahal." Ucap Serena menjelaskan.
"Kau pintar?." Kaget Yuwen.
"Apa aku terlihat bodoh?." Serena tersenyum tersinggung.
"Bukan... hanya saja, tidak mungkin kau pernah ke kota sebelumnya. Dari mana kau tau semua itu?." Yuwen penasaran.
"Aku pintar dan pengalamanku banyak, hanya saja ini rahasia. Terlalu beresiko jika ada yang tau seorang wanita bisa pintar, apa kau bisa menjaga rahasia ini?." Ucap Serena beralasan.
"Apa kau pernah masuk akademi?." Tanya Yuwen.
"Hahaha mana mungkin, aku hanya pernah bertemu seorang pertapa dan dia menjadi guruku. Banyak hal yang dia ajarkan padaku, begitulah." Ucap Serena bohong.
"Begitu kah? dimana pertapa itu sekarang? ada dimana dia tinggal?." Yuwen sangat penasaran.
"Guru hanya datang memberikan ajaran dan tugas padaku setiap satu tahun sekali. Hingga di tahun terakhir, guru datang di tempat biasanya dalam wujud tengkorak. Guru sudah tewas saat bertapa, beliau memberikan surat wasiat padaku untuk membakar tulang belulangnya dan menaburkan abunya di sungai mengalir." Bohong Serena.
"Apa kau bisa bela diri?." Tanya Yuwen.
"Tentu saja, tapi aku tidak memiliki bakat dalam pedang." Jujur Serena.
"Itu luar biasa, padahal kau bisa menjadi ksatria wanita jika pergi ke kota." Yuwen merasa sangat di sayangkan.
"Aku tidak mau, aku memiliki sebuah mimpi yang jauh lebih hebat dari seorang ksatria." Ucap Serena.
"Memangnya ada yang lebih hebat dari Ksatria? apa kau ingin jadi permaisuri? mimpi saja." Yuwen berucap pedas.
"Hahahahah bukan." Serena tertawa.
"Lalu apa?." Heran Yuwen.
"Memiliki keluarga yang bahagia dan hangat, uang dan kekuasaan bisa di cari. Tapi, kebahagiaan sejati adalah rumah yang nyaman, dengan kehangatan dan ketulusan yang menyelimuti setiap sudut." Ucap Serena tersenyum manis.
Deg.
Yuwen menatap senyum indah Serena terpaku, dia merasa Serena sangat cantik dan manis lalu ucapannya juga menghangatkan hati. Yuwen jadi merasa lebih tenang, belum terlambat baginya untuk hidup lebih baik.
"Tapi sepertinya kau tidak bisa mewujudkan mimpi itu jika bersamaku." Ucap Yuwen, insecure nya kambuh.
"Kenapa?." Heran Serena.
"Aku miskin, sebatang kara, bodoh." Ucap Yuwen, dia berdiri tidak mau melanjutkan pembicaraan.
"Tunggu, kenapa kau selalu pergi saat sedang bicara." Serena menahan tangan Yuwen.
"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi." Ucap Yuwen.
"Kenapa? kau merasa malu atau merasa harga dirimu terluka?." Tanya Serena.
"Bertahan denganku hanya membuatmu menderita, bukankah aku sudah mengatakan itu sejak awal. Mustahil kau ingin mewujudkan mimpimu itu bersamaku." Ucap Yuwen menatap Serena dengan tatapan rumit.
"Tapi kau punya istri yang pintar dan kuat, bukankah hidupmu itu sangat di berkati?." Serena tersenyum manis.
"Kau.... dasar keras kepala." Yuwen tersipu.
"Yuwen, boleh aku bertanya sesuatu?." Ucap Serena.
"Tanyakan saja." Ucap Yuwen santai.
"Aku ingin tau tentang dirimu, seperti kehidupan masa kecilmu. Berapa usiamu saat ini, dan banyak hal lain tentangmu." Ucap Serena.
"Tidak ada yang menarik, aku hidup dengan tekad berburu dan mencari makan. Rumah ini adalah pemberian dari seorang nenek, yang menemukanmu saat hanyut di sungai. Aku berusia 18 tahun saat ini, ingatanku terputus sampai usia 7 tahun saja." Ucap Yuwen, mengatakan secara singkat.
"Kau bukan berasal dari sini?." Kaget Serena.
"Dulu aku di temukan hanyut di sungai, lalu seorang nenek merawatku seperti cucunya sendiri. Aku mengingat namaku, tapi tidak dengan margaku. Ya seperti itu lah, entah aku ini anak siapa dan berasal dari mana aku tidak ingat sama sekali." Jujur Yuwen.
"Wah kisahnya mirip sama yang ada di ingatan Serena Halim. Dia Pangeran terbuang, gue jadi punya ide brilian." Batin Serena tersenyum smirk.
yang pasti aku suka dengan cerita dan cara menulismu 😁