"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Episode 31
***
Mobil Alexander melaju pelan melewati jalanan gelap yang diterangi lampu jalan yang berjarak jauh satu sama lain. Hujan mengguyur deras, membuat kaca depan mobil tertutup butiran air yang berlari turun tanpa henti.
Saat itulah Alexander mengerutkan keningnya.
Seseorang sedang berlari menembus hujan, tubuhnya kecil, rambutnya basah menempel di wajah, dan langkahnya terhuyung sedikit karena sebuah rasa sakit yang jelas terlihat…
"Apa itu…?"
Jantung Alexander berdegup lebih cepat tanpa alasan. Dia memperlambat mobil, mendekatkan pandangannya untuk memastikan siapa sosok itu.
Dan ketika wajah itu terlihat jelas di bawah cahaya lampu jalan.
Alexander menatap membelalak.
"Anna…?"
Suara itu nyaris meluncur keluar tanpa sadar.
Detik berikutnya, Alexander langsung membanting rem dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Hatinya tiba-tiba terasa seperti diserang sesuatu.
Marah, cemas, dan kesal dalam satu waktu.
"Apa yang dia lakukan di luar… kehujanan seperti ini?"
Alexander tidak menunggu. Dia segera membuka pintu mobil dan berlari kecil mendekat, mantel panjangnya langsung basah tersambar hujan malam.
"Anna!"
Suara berat Alexander mengiris suara hujan yang deras.
Anna yang sedang berlari menahan dingin itu terkejut, langkahnya terhenti begitu melihat Alexander berdiri di depannya, tubuh tinggi pria itu basah kuyup, rambutnya meneteskan air ke wajah dinginnya.
"T… Tuan Alexander?" Anna terbelalak, tidak menyangka pria itu ada di sana.
Alexander melangkah cepat mendekat, wajahnya gelap, bukan hanya karena hujan, tapi karena kemarahan yang sedang berusaha ia tahan.
"Apa yang kau lakukan di luar seperti ini?!" bentaknya, tapi suaranya terdengar lebih seperti… ketakutan.
"Aku… baru pulang," jawab Anna pelan sambil mengusap wajahnya yang basah oleh hujan. "Aku tidak membawa payung, jadi ..."
"Apa kau bodoh?" Alexander menunduk, menatap wajah Anna dengan mata biru yang menajam penuh emosi yang ia sendiri tidak mengerti.
"Kau bisa sakit. jalanan licin kau bisa jatuh dan kau tetap berlari seperti ini?!"
"Disini juga gelap sekali! Menyebalkan sekali!"
Hujan turun semakin deras, membuat pakaian Anna menempel pada tubuhnya hingga ia menggigil.
"Tuan, tapi aku baik-baik saja, aku tidak takut dan ... Aku sangat berhati-hati ..."
"Diam."
Alexander menarik tangan Anna dengan kasar namun bukan menyakitkan, hanya… panik.
"Kau masuk mobil sekarang."
"Tuan… aku bisa sendiri ..."
"Aku bilang masuk."
Nada itu tidak menerima penolakan.
Anna menggigit bibirnya dan menurut, Alexander melindungi kepala Anna dengan tangannya saat membawa gadis itu menuju mobil, gerakan refleks yang bahkan tidak disadari pria itu sendiri.
Setelah mereka masuk ke mobil, Alexander menutup pintu dengan keras.
"Hss… dingin sekali…" Anna memeluk tubuhnya sendiri, menggigil.
Alexander menatapnya beberapa detik—lalu tanpa berkata apa pun, dia melepas coat hitam panjangnya dan meletakkannya di atas tubuh Anna.
"Tuan… ini."
"Diam dan pakai."
Suara Alexander terdengar rendah dan gelap.
"Kau sudah membuatku kesal. Sangat kesal."
Entah bagaimana, hatinya sangat sakit, dia tidak suka melihat Ana berlari sendirian dan kedinginan seperti itu, dia tidak suka melihatnya tersenyum bahkan disaat dia berlari di tengah kegelapan.
Anna menunduk. "Maaf Tuan ..."
Alexander menatapnya lama.
Matanya bergerak ke wajah Anna yang pucat, rambutnya yang basah menempel di pipi, bibirnya yang sedikit bergetar karena kedinginan.
Sesuatu menusuk dadanya lagi, begitu keras dan terasa sakit.
"Kenapa aku harus merasa seperti ini… gara-gara dia?" gumam Alexander dalam hati.
Dia memalingkan wajah, menahan rasa tidak nyaman yang tidak ia pahami.
Setelah beberapa detik, Alexander mengusap rambutnya dengan kasar, berusaha kembali tenang.
"Nanti kita pulang. Setelah itu kau mandi air hangat dan pakai pakaian yang hangat."
"Baik, Tuan..." jawab Anna pelan.
Mobil kembali melaju.
Hanya suara hujan yang terdengar, tapi di antara keduanya ada perasaan baru yang tidak bisa mereka pahami…
Alexander melirik Anna diam-diam.
Ada berbagai perasaan yang tidak ia kenali, tapi dalam hatinya ada yang pasti, dia tidak ingin Anna tersenyum disaat seperti ini, dia ingin Anna menangis saja jika semuanya terasa sukar.
"Ah, apa yang sebenarnya aku inginkan?!"
"SATU YANG PASTI! AKU AKAN MENUNTUT PERUSAHAAN YANG MENGURUS LAMPU DI DAERAH INI!"
"LIHAT SAJA!"
Alexander benar-benar marah, dia juga marah pada dirinya sendiri karena dia tidak menyadari jika lampu jalan menuju kediamannya sangat jarang membuat tempat itu gelap dan menakutkan
Dia tidak ingin istrinya berjalan di tempat gelap seperti itu lagi.
***
Bersambung ...
Semangat Thor 🤗