Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpa Sengaja
" Gendhis hati hati nanti kamu jatuh" pekik Putri kawatir temanya jatuh dari atas tangga karena saat ini Gendhis sedang membersihkan kaca jendela bagian atas sendiri. Sebenarnya tugas mengelap kaca bagian atas adalah tugas OB laki laki namun karena semua sibuk dengan kerjaan masing masing Gendhis berinisiatif melakukan sendiri dengan mengunakan tangga lipat. Sedangkan Putri dibawah bagian menyapu dan mengepel lantai sesekali mengawasi Gendhis yang masih sibuk membersihkan kaca. Saat Gendhis sudah selesai dengan kerjaannya ia berniat segera turun dari tangga namun karena kurang hati hati kaki sebelah kanannya kepleset dan Gendhis kehilangan keseimbangan tubuhnya dan "Aaaagghh" teriak Gendhis spontan diikuti Putri berteriak histeris "Astaghfirullah Gendhis!!??" pekik Putri langsung melempar sapu yang sejak tadi ia pegang. Gendhis sudah pasrah jika ia harus terjatuh tangga sudah roboh "Brak" terdengar bunyi tangga ambruk cukup nyaring sehingga mengalihkan perhatian semua karyawan kantor yang sejak tadi sibuk dengan kerjaan mereka. Hap, tubuh ramping Gendhis berhasil ditangkap oleh seseorang yang dengan cepat menolong Gendhis. Gendhis yang tadinya sudah pasrah dan takut patah tulang tiba tiba ia merasa tidak merasakan sakitnya terjatuh ke lantai. Justru tubuhnya melayang digendongan seseorang dalam dekapan hangat seseorang. Saat Gendhis melihat kesamping ternyata seorang pria tampan yang beberapa hari lalu sempat berkenalan dengannya yang tak lain Ega Manager Pemasaran. "Kamu enggak papa?" tanya Ega dengan suara lembut apalagi tatapan matanya tajam namun teduh membuat Gendhis salah tingkah. Gendhis langsung turun dari gendongan Ega, karena merasa tidak nyaman saat semua mata tertuju padanya. "Maaf pak tolong turunkan saya, saya baik baik saja" ucap Gendhis berusaha turun dari gendongan Ega. Namun Ega seolah enggan menuruti keinginannya tapi Ega sadar saat ini mereka berdua menjadi pusat perhatian banyak orang. Dari arah pintu Kenzo baru datang diikuti Sean dibelakangnya, saat masuk tatapan mata tajamnya menyorot ke arah Gendhis yang masih berada digendongan seseorang. "Apa apaan kalian berdua hah" bentak Kenzo dengan nada marah sorot matanya begitu tajam sehingga semua orang ikut menggigil ketakutan melihat expresi wajah bos mereka. "Pak Ega apa anda sudah bosan dengan jabatan anda jika ia maka anda boleh mengundurkan diri hari ini juga!" hardik Kenzo dengan tatapan tajam apalagi saat melihat Gendhis masih dalam gendongan Ega. Entah kenapa hatinya tidak menyukainya dan ada perasaan enggak rela Gendhis disentuh pria lain. "Maaf pak Kenzo anda salah paham, saya hanya..," belum sempat Ega menjelaskan kronologi kejadian tadi Kenzo langsung mengangkat sebelah tangannya pertanda Ega berhenti berbicara. "Kalian berdua ikut keruangan saya sekarang juga!" ucap Kenzo dengan menunjuk Ega dan Gendhis. Gendhis yang sudah turun dari gendongan Ega langsung berjalan mengikuti bosnya dengan jantung berdebar kencang takut jika ia dipecat secara tidak hormat. Sedangkan Ega tidak berbeda jauh dengan perasaan Gendhis, Ega masih ingin bekerja di perusahaan raksasa tersebut tidak ingin dipecat secara tidak hormat.
"Brak" Kenzo mengebrak meja diruangannya dengan nafas memburu teringat kejadian barusan. "Gendhis kamu sudah membuat saya marah hari ini, kamu harus terima hukuman dariku" geram Kenzo mengepalkan kedua tangannya. Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar " tok tok... permisi pak saya.." dari dalam terdengar suara datar " Masuk". Gendhis membuka pintu perlahan dan masuk diikuti Ega dibelakangnya " Permisi pak" ucap Ega sopan namun hatinya berdebar bertalu talu. "Jelaskan" ucap Kenzo dingin. Awalnya Gendhis ingin menjawab namun tangan kanan Kenzo terangkat " Pak Ega jelaskan tentang kejadian tadi" perintah Kenzo tegas. "Maaf pak, sebenarnya tadi hanya tidak sengaja menolong Gendhis yang saat itu akan terjatuh dari atas tangga. Kebetulan saya dari ruangan pak Haikal mengantarkan berkas dan tidak sengaja melihat Gendhis terpeleset dari atas tangga spontan saya berlari menyelamatkan Gendhis syukur tidak sampai terjadi sesuatu dengan Gendhis tadi" jelas Ega apa adanya. Sedangkan Gendhis hanya diam dengan kepala menunduk takut. "Baiklah kamu boleh keluar pak Ega" usir Kenzo dengan mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir ayam. Ega merasa kesal dengan sikap bosnya tapi ada perasaan lega karena ia tidak sampai dipecat oleh bosnya. Sedangkan Gendhis awalnya mau melangkah pergi tiba tiba terdengar suara bariton Kenzo "Mau kemana kamu, saya belum menyuruhmu pergi, duduk!" sentak Kenzo dengan mata melotot tajam. Gendhis semakin bergidik ngeri melihat expresi wajah seram bosnya. "Kenapa kamu yang naik tangga, kemana para OB pria, kamu tau pekerjaan tadi sangat berbahaya bagi perempuan. Peraturannya OB perempuan membersihkan area bawah yang bisa dijangkau perempuan sedangkan OB pria bagian area atas yang tidak bisa dijangkau perempuan, paham. Kalau sampai terjadi sesuatu denganmu tadi bagaimana seandainya kamu sampai terjatuh pasti kamu yang rugi, sudah sakit enggak bisa kerja enggak dapat gaji pula dan hukuman dari saya otomatis bertambah semakin lama selesainya" ejek Kenzo dengan tatapan sinis. Gendhis merasa bersalah pada dirinya sendiri karena tidak mau mendengar nasehat temannya. Putri sudah berulang kali mewanti-wanti dirinya agar tidak nekat naik tangga kebersihan kaca jendela bagian atas sendiri. "Maaf pak saya tidak akan mengulangi kesalahan saya" ucap Gendhis. "Bagus kalau kamu sadar dengan kesalahan kamu, sekarang keluar lah jangan lupa datang ke apartemen saya" ucap Kenzo langsung duduk dikursi kerjanya. Sedangkan Gendhis berjalan keluar dari dalam ruangan bosnya dengan langkah gontai. Saat akan membuka handel pintu terdengar suara Kenzo menyuruhnya membuatkan kopi seperti biasanya. Gendhis segera membuatkan kopi untuk bosnya dan setelah itu mengantarkan keruangan bosnya.