Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangkit Dan Memulai Hidup Baru
Rio datang menemui Yumna di rumah sakit ketika dia mendengar kabar tentang keadaan Yumna. Sebenarnya dia cukup terkejut mendengar berita ini, tidak menyangka Yumna akan sampai keguguran.
Ketika masuk ke dalam ruangan, Rio sudah mendapatkan teriakan keras dari Yumna yang menginginkannya pergi. Ibu dan Irena langsung menenangkan Yumna, mengingat kondisinya yang belum stabil.
"Untuk apa datang kesini? Puas kamu karena sudah membuat anakku pergi, dan hidupku hancur? Hah?"
Rio menghela napas pelan, saat ini dia sedikit lemah dan membiarkan Yumna memakinya sesuka hati. "Aku juga tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, lagian kenapa juga kamu harus bertingkah tanpa berpikir kemarin, sehingga sekarang anak kita yang harus jadi korban"
Air mata Yumna mengalir begitu saja, matanya terpejam untuk menenangkan dirinya sendiri, karena dia pun sadar, mau memaki atau marah seperti apapun, semuanya tidak akan kembali. Anaknya tidak akan kembali lagi.
"Aku menunggu surat cerai darimu, Mas. Setelah itu, jangan pernah muncul lagi di hadapanku"
Rio terlihat menghela napas pelan, dia menatap wanita yang menjadi istrinya selama dua tahun lebih. Penampilannya sekarang yang sangat pucat dengan pakaian pasien, lingkaran hitam di sekitar mata juga semakin medominan penampilannya.
"Yum, sebenarnya aku tidak pernah berniat untuk menceraikan kamu"
Yumna mengerutkan keningnya, menatap tidak percaya pada Rio. "Haha, jadi ingin punya dua istri? Jangan harap! Sampai mati pun aku tidak akan pernah mau di madu! Sekarang pergi dari sini dan urus perceraian kita!"
"Nak Rio, sebaiknya Nak Rio pergi dari sini" ucap Ibu.
Yumna beralih memeluk Ibu, menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit di hatinya masih begitu sama, bahkan terasa semakin sakit. Mengikhlaskan satu hal yang sangat berat bagi Yumna, ketika dia harus mengikhlaskan anak yang sudah dua tahun dia menantikan kehadirannya.
"Hancur sudah hidupku ini, Bu.. Hiks.. Apa yang harus aku lakukan?"
"Yum, kamu jangan menyerah seperti ini. Hidup kamu masih panjang, bangkit dan berubah menjadi Yumna yang lebih kuat" ucap Irena.
"Iya Nak, kamu pasti bisa bangkit dan memperbaiki hidupmu lebih baik lagi"
Kehancuran memang hampir membuatnya ingin mengakhiri hidup. Luka terlalu besar, kecewa menambah luka itu sendiri, dan membuat Yumna takut akan sebuah cinta kembali.
*
Tok..tok..tok... Palu dari Hakim sudah terdengar di dalam ruangan sidang. Rio dan Yumna sudah resmi berpisah. Yumna sama sekali tidak menuntut apapun, karena memang selama menikah dengan Rio yang baru dua tahun lebih ini, tidak mempunyai aset apapun selain rumah peninggalan orang tua Rio sendiri.
Yumna keluar dari ruang sidang, penampilannya masih lusuh, kacau dan terlihat kehilangan semangat hidup. Satu bulan sejak kejadian yang menghancurkan hidupnya, namun belum cukup untuk mengusir segala sakit yang Yumna rasakan.
Yumna kembali ke rumah orang tuanya yang dulu dia tinggalkan setelah menikah dengan Rio. Dia kembali tinggal disana, menikmati waktu sendiri dengan melamun dan menatap foto hasil USG calon anaknya yang sudah pergi. Dia hanya menangis setiap kali melihat foto USG calon bayinya itu, rasanya hancur sekali bagi seorang Ibu yang kehilangan bayinya dalam waktu bersamaan dia mengetahui suaminya telah punya istri lain.
Hari-hari Yumna hanya berdiam di dalam rumah, makan seingatnya saja. Bahkan bisa tahan tidak makan seharian, tubuh semakin kurus, wajah pucat dan lingkaran hitam di sekitar mata semakin terlihat jelas. Irena lebih sering berkunjung kesana, dia sudah mengajak Yumna untuk tinggal bersama dia dan Ibunya, tapi Yumna menolak.
Sudah satu tahun, hidupnya hanya di habiskan di rumah. Irena bahkan sudah membawa seorang Dokter Psikolog untuk memeriksa keadaan Yumna. Dan trauma itu perlahan bisa teratasi setelah Yumna di tangani oleh Dokter.
Rasa cemas, rasa takut ditinggalkan, pengkhianatan yang membuatnya hancur. Hingga dalam dirinya tumbuh trauma yang begitu besar. Pikiran Yumna adalah hidup sendiri lebih baik, sampai dia mati. Namun, Dokter sedikit demi sedikit memberikan terapi mental, memberikan pengertian baru tentang hidup yang harus terus berlanjut.
"Orang tuaku sudah tidak ada, aku tidak punya keluarga lagi. Anakku di ambil kembali oleh Tuhan, aku tidak punya siapa-siapa lagi untuk bertahan hidup"
"Semua orang pasti pernah berada dalam titik terendahnya, tapi hidup harus tetap berjalan. Orang yang menghancurkanmu, akan senang melihatmu terpuruk seperti ini. Seharusnya kamu bangkit, menunjukan pada mereka jika kamu bisa lebih kuat, kamu bisa hidup lebih baik di bandingkan mereka"
Perlahan Yumna mulai bisa mendapatkan semangat baru dalam hidupnya. Dia mulai bangkit, mulai mau keluar dari rumah setelah satu tahun hanya berdiam di dalam rumah. Untuk stok makanan saja, Irena yang membelikan. Selama satu tahun Yumna benar-benar tidak keluar rumah.
"Ren, carikan aku pekerjaan. Aku ingin memulai hidup baru lagi"
Irena tersenyum begitu lebar, setelah satu tahun akhirnya dia bisa kembali melihat binar semangat lagi di wajah Yumna. Irena langsung mengangguk dengan penuh semangat.
"Dengan pengalaman kamu yang dulu, aku yakin akan mudah mendapatkan pekerjaan. Aku akan mencarikan pekerjaan yang cocok untuk kamu ya. Yumna, pokoknya kamu harus bangkit. Kamu harus kuat dan tunjukan pada mereka jika kamu bisa lebih baik dari mereka. Hidupmu baik-baik saja tanpa mereka. Jang lemah, oke!"
Yumna mengangguk, binar semangat mulai terlihat kembali dari balik sorot matanya. Yumna memang harus bangkit, dia harus tetap melanjutkan hidupnya yang kacau ini. Sudah saatnya bangkit dan menjadi kuat.
Beberapa hari kemudian, Irena kembali menemui Yumna. Melihat sahabatnya yang baru pulang lari pagi dan wajahnya mulai terlihat segar kembali.
"Ini baru Yumna yang aku kenal, penuh semangat, ceria dan sangat cantik. Buktikan pada pria sialan itu, jika kamu akan kembali cantik. Bahkan lebih cantik dari kamu yang dulu"
Yumna tersenyum, dia mengelap keringat di keningnya menggunakan handuk kecil di tangannya. Mereka berjalan bersama menuju rumah.
"Ada apa datang kesini? Sudah mendapatkan pekerjaan untukku?"
"Ada sih, tapi aku tidak yakin ... soalnya Bosnya ini adalah teman Kak Andreas yang aku tahu dia seorang Cassanova"
"Coba lihat dulu, kan tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku? Memangnya kerjanya jadi apa?"
"Kamu tahu Davin Alveric?"
Yumna sedikit berpikir sebentar, lalu dia mengangguk. Pernah bekerja di dunia perkantoran juga, dan beberapa kali harus menghadiri rapat dengan beberapa Perusahaan besar termasuk Perusahaan keluarga Alveric.
"Tapi aku tahu hanya Tuan Reno saja"
"Sekarang Perusahaannya sudah ganti pimpinan oleh anaknya, yaitu Davin. Nah, masalahnya citra dia itu memang seorang pria cassanova. Benar-benar pemain wanita, dan aku sedikit ragu memberikan pekerjaan ini padamu"
"Memangnya aku jadi apa?"
"Sekretarisnya, karena memang kemampuan kamu di bidang ini kan. Sesuai dengan pengalaman kerja kamu sebelumnya juga"
Yumna tersenyum, dia memahami kekhawatiran sahabatnya ini. "Ren, aku sudah hampir tidak percaya lagi pada pria manapun. Hatiku sudah beku untuk sebuah cinta yang baru. Jadi, jangan khawatirkan aku soal ini, karena aku hanya akan profesional dengan pekerjaanku, tidak peduli dengan atasanku dan kehidupan pribadinya"
"Tapi, masalahnya bukan hanya jadi Sekretarisnya saja. Kamu juga harus mengawasi dia selama 24 jam"
"Hah? Cari Sekretaris atau pengasuh pribadi?"
Bersambung
Nah Nah.. Kalian udah bisa tebak..