Dua orang sahabat dekat. Letnan satu Raden Erlangga Sabda Langit terpaksa harus menjadi presiden dalam usia muda karena sang ayah yang merupakan presiden sebelumnya, tutup usia. Rakyat mulai resah sebab presiden belum memiliki pasangan hidup.
Disisi lain presiden muda tetap ingin mengabdi pada bangsa dan negara. Sebab desakan para pejabat negara, ia harus mencari pendamping. Sahabat dekatnya pun sampai harus terkena imbas permasalahan hingga menjadi ajudan resmi utama kepresidenan.
Nasib seorang ajudan pun tak kalah miris. Letnan dua Ningrat Lugas Musadiq pun di tuntut memiliki pendamping disaat dirinya dan sang presiden masih ingin menikmati masa muda, apalagi kedua perwira muda memang begitu terkenal akan banyak hitam dan putih nya.
Harap perhatian, sebagian besar cerita keluar dari kenyataan. Harap bijaksana dalam membaca. SKIP bagi yang tidak tahan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Sempurna.
Proses persalinan Nindy tidak begitu menyulitkan, normal seperti kebanyakan proses persalinan. Sebenarnya Bang Erlang sudah meminta persalinan secara tindakan SC namun Nindy menolaknya. Malam itu, ramailah rumah sakit dengan kelahiran putra seorang presiden.
Disatu sisi, kehamilan Dena sudah bisa di kondisikan, demamnya juga sudah mulai mereda. Barulah saat itu Bang Lugas bisa bernafas lega, hanya saja tubuhnya sampai ikut lemas merasakan drama rumah tangganya. Belum lagi ia teringat putranya yang sedang berada dalam asuhan perawat, salah satu team kesehatan milik pengawalan presiden.
Tapi, di sisi lain Bang Decky pun nyaris mati berdiri. Jantungnya berdebar, denyut nadinya berantakan merasakan bayinya akan terlahir di hari ini.
"Sayang, mau kemana?? Kalau jalan kesana kemari, Abang takut anak kita meluncur di sembarang tempat." Kata Bang Decky sambil membawa tabung infus dan berjalan wira wiri mengikuti langkah kaki sang istri.
"Abang jangan bicara terus??? Abang mau gantikan Anne????" Omel Anne.
Jelas saja hal tersebut tidak mungkin terjadi, terpaksa Bang Decky menutup mulutnya rapat tanpa banyak berkomentar.
Dari ruang rawat masing-masing, Bang Erlang dan Bang Lugas tertawa sendiri melihat bagaimana beratnya Bang Decky menjalani hidup saat ini.
"Ada apa, Bang?" Tanya Dena penasaran.
"Itu.. Si Decky kocar-kacir momong Anne. Kasihan sih, tapi lucu. Lagian, kenapa pula sampai kena tendang." Jawab Bang Lugas.
"Abang jangan tertawa, Dena juga belum melahirkan lho. Bagaimana kalau kepanikan Bang Decky nular di Abang?" Kata Dena mengingatkan.
"Abang mah nggak panikan, Neng. Kalau Decky memang orangnya selalu waspada. Ngomong-ngomong, sebenarnya kasihan lho si Decky. Pernikahannya belum di restui karena orang tua Anne, tidak satu kepercayaan. Pada akhirnya, Anne mengikuti Decky dan bisa menikah. Tapi ya begitu, rumah tangganya masih berkonflik." Ujar Bang Lugas sedikit bercerita.
"Kasihan sekali ya, Bang. Tapi Anne terlihat kuat, dia ceria."
"Dalamnya hati siapa yang tau, dek. Terkadang Abang memergoki Decky yang sedang menangis sendirian. Dia pernah mencoba memohon pada keluarga Anne agar di beri restu, tapi yang terjadi.. Decky di siram air bekas cuci piring, pernah juga di hajar habis-habisan, semua tanpa Anne tau dan dia menelannya sendiri dengan sabar."
Dena sampai ternganga mendengarnya. Ia sampai mengusap perutnya dan menyadari, dunia memang tidak selamanya sesuai dengan keinginan, termasuk juga dengan pernikahannya. Banyak lika liku rumah tangga yang harus di hadapi.
Banyak rasa syukur dalam hati Dena atas semua yang telah terjadi. Demikian pula dengan Bang Lugas. Nadine sudah tidak ada lagi di dunia ini, sedih untuk di rasakan tapi itulah jalan hidup manusia. Kini mereka hanya tinggal menjalani ketetapan yang sudah Tuhan berikan.
Tak lama terdengar jeritan Anne. Bang Lugas pun kembali mengintip dari balik pintu kaca. Ia melihat Bang Decky mengangkat dan membawa Anne ke dalam ruang bersalin. Mungkin sudah waktunya jagoan kecil nan 'merepotkan' itu terlahir ke dunia.
//
"Waahh.. Sepertnya anak Letnan Decky harus lahir sekarang, dek." Kata Bang Erlang sambil menggendong jagoannya.
"Masa, Bang?" Tanya Nindy tidak percaya.
"Iya, sudah masuk ruang bersalin tuh." Jawab Bang Erlang.
Nindy nyengir kuda, kelahiran putranya dan putra Bang Decky akan berbeda satu hari saja namun dengan demikian, jagoan kecil Bang Decky akan terlahir secara prematur.
...
Para istri sudah tidur pulas. Kini Bang Lugas dan Bang Erlang ikut menunggu kelahiran jagoan kecil sahabatnya.
Baru saja tiba di ruang tunggu, terdengar suara bayi kecil menangis kencang. Bang Erlang dan Bang Lugas tertawa bersamaan.
"Akhirnya, jadi bapak juga si Decky."
:
Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruang tindakan. Disusul Bang Decky sambil menggendong bayi kecilnya.
"Lah, anakmu nggak masuk inkubator?? Bukannya prematur ya??" Tanya Bang Erlang.
"Eehh.. Tapi anakmu seperti bayi normal pada umumnya." Bang Lugas pun ikut penasaran.
Bang Decky menimang bayinya dengan mata memerah kemudian menatap kedua sahabatnya sembari menghela nafas panjang. Kini barulah kedua sahabatnya menyadari sesuatu yang terjadi.
"Yowes. Mau bagaimana lagi, ting. Sudah kejadian juga." Kata Bang Erlang menenangkan.
"Yang penting sekarang bagaimana caranya momong anak bojo, Kang." Imbuh Bang Lugas.
Seketika darah Bang Decky mendadak naik. "Sialaaaann.. Aku nggak nikah lewat jalur prestasi, tapi Anne belum sadar juga."
"Lah, ini.. Anakmu.........."
"Tiga kilo juga nggak genap, tapi masih dalam pantauan dokter spesialis anak." Jawab Bang Decky.
"Ooohhh.." Bang Erlang dan Bang Lugas saling lirik kemudian tersenyum salah tingkah karena sudah sempat berpikiran negatif.
Pintu ruang tindakan terbuka, seorang perawat menghampiri Bang Decky. "Mohon maaf Pak Decky, ini ibu sudah sadar. Tapi........"
"Tapi kenapa Mbak, istri saya kenapa??"
"Istri Bapak lapar, mau saya suapi tapi ibu minta...... Sambal terong sama seblak."
"Astaghfirullah.. Kok nggak nyebut istriku ini." Bang Decky segera masuk dan menangani istrinya.
Bang Erlang dan Bang Lugas kembali saling pandang.
"Lebih baik kita dzikir saja. Jangan sampai kelakuan Anne nular ke istri kita." Kata Bang Erlang.
"Kau yang dzikir. Anak ku belum lahir." Jawab Bang Lugas.
.
.
.
.
,
💪💪