NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:24.6k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlakuan Manis 2

Larast meremas selimutnya kuat-kuat. "Astaga, kenapa pakai cium pipinya segala," batinnya menjerit. Perasaan canggung kini lebih kentara, mewarnai pipinya dengan semburat merah setelah melakukan hal gila itu.

Sementara Agatha, tanpa sadar menyentuh pipinya, tempat kecupan Larast mendarat. Senyum malu-malu menghiasi wajahnya, kepalanya tertunduk. Perasaan aneh menjalar, menghangatkan pipinya hingga merona.

"Ma-maaf..." Kalimat itu menggantung di udara. Larast kehilangan kata-kata. Apakah ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya? "Ries, itu... itu ucapan terima kasih karena sudah menolongku kemarin." Hanya kalimat itu yang berhasil lolos dari bibirnya.

Agatha mengangkat kepalanya, menatap Larast dengan lembut.

Cup

Satu kecupan lembut mendarat di kening Larast. Agatha membalas perasaan itu dengan cara yang tak terduga. Ia tahu Larast menyukainya, namun tak ingin membuatnya merasa tertekan. Ia ingin Larast mengungkapkannya dengan caranya sendiri, saat ia benar-benar siap.

"Istirahat ya, aku keluar dulu," ucap Agatha, lalu bangkit dan meninggalkan ruangan.

Agatha meremas ujung kausnya, menggigit bibirnya, dan melangkah cepat keluar.

Ceklek!

Begitu pintu tertutup, senyumnya merekah sempurna. Seolah ada kupu-kupu yang berhamburan keluar dari dalam dirinya. Jantungnya berdebar tak karuan, membuatnya ingin melayang dan berteriak kegirangan. Ia menyentuh pipi bekas kecupan Larast, tersenyum sendiri seperti orang gila.

"Dasar gadis aneh, kenapa menciumku tiba-tiba seperti ini? Seharusnya bilang dulu, kan aku juga butuh persiapan," gumam Agatha, pipinya semakin merona.

Langkahnya terasa ringan, seolah mengapung di atas awan. Agatha menuju kafe di rumah sakit.

Sesampainya di kafe, ia memesan kopi dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Lagi dan lagi, ia tersenyum sendiri. Bayangan senyum Larast dan kecupan singkat itu terus berputar di benaknya. Jantungnya berdegup kencang seperti drum yang terus berdentum di dadanya.

Sementara Larast, masih memukul-mukul kepalanya dengan lembut, berulang kali. "Aih... kenapa harus aku cium pipinya." Kilatan saat dia mencium pipi Agatha secara spontan membuatnya benar-benar salah tingkah.

****

Di tempat lain, Inge, ibu Agatha, baru saja tiba di rumah. Ia bertemu dengan suaminya, Haris, dan segera membahas keinginannya untuk mengadopsi Larast.

"Ayah, duduk dulu. Ibu ingin bicara," ucap Inge, menarik tangan suaminya yang hendak pergi bekerja.

"Ada apa, Bu?" Pak Haris duduk di sofa.

"Pak, Bapak setuju kan kalau kita mengadopsi Larast?" Inge bertanya dengan nada yang terdengar seperti sebuah paksaan.

"Hah, adopsi?" Haris mengerutkan keningnya, terkejut mendengar keinginan istrinya yang tiba-tiba.

"Ibu dari awal ketemu Larast sudah suka, Pak. Mendengar hidupnya berat, apalagi ditambah kakaknya berandal yang selalu membuat masalah, Ibu jadi kasihan," jelas Inge.

"Tapi adopsi anak tidak semudah itu, Bu. Larast masih punya ibu. Prosesnya panjang, Ibu ini aneh-aneh saja." Haris hendak berdiri, namun Inge dengan cepat menarik tangannya hingga ia kembali duduk.

"Ayah, ibunya seorang tunawicara. Dia pasti juga kesulitan mengurus Larast. Ibu mana yang tidak akan setuju jika putrinya dirawat dengan baik, disekolahkan hingga pendidikan tinggi?"

"Tapi tidak semudah kita mengadopsi kucing tetangga yang tinggal ambil terus kita rawat dan kasih makan, ada prosedurnya, Bu. Lagipula... ibu sudah tanya Agatha soal ini?" Haris menunjukkan bahwa ia belum siap menerima Larast sebagai putri adopsi di keluarganya.

"Pasti Agatha setuju, tadi saja di rumah sakit dia bilang sudah sayang Larast seperti adiknya sendiri, dia pasti setuju, Ibu yakin." Inge mengangguk mantap, menatap suaminya agar ikut menyetujui keinginannya.

"Ibu yakin? Sayangnya ke Agatha sama Larast sebagai adik. Ibu ini seperti tidak pernah muda saja," keluh Haris.

"Maksud Ayah apa?" Inge, yang seumur hidup hanya pernah jatuh cinta sekali pada Pak Haris, bingung dengan maksud ucapan itu.

Pak Haris mengusap wajahnya dengan kasar. Istrinya terlalu lugu untuk mengartikan cinta seorang pria. Ia melihat bagaimana putranya hampir kehilangan akal sehat saat Larast diculik, bahkan berteriak histeris dan mengigau menyebut dirinya dokter saat Larast tak sadarkan diri.

"Nanti kita bahas lagi ya, Bu. Ayah ada pertemuan penting." Pak Haris bangkit, mengusap lembut kepala istrinya sebelum pergi.

"Ah, Ayah. Selalu menghindar kalau diajak musyawarah seperti anak kecil," keluh Inge, dengan langkah kesal menuju kamar.

"Orang seusia kita ini mencari calon menantu, Bu. Bukan anak lagi, heh..." cibir Pak Haris di belakang istrinya.

Inge di dalam kamar masih bergumam kesal dan mengerucutkan bibirnya karena suaminya seolah tidak setuju dengan keinginan baiknya.

"Padahal kan kalau ada anak gadis di rumah, Ibu tidak kesepian. Ada yang diajak ngobrol, belanja, ke salon," gumam Inge sambil melipat beberapa baju untuk dibawa ke rumah sakit nanti. Baju yang sudah kekecilan akan diberikan untuk Larast.

Setelah itu, Inge menyiapkan makan malam untuk putranya, Agatha. Ia juga memotong buah-buahan untuk Larast. "Padahal aku dengar sendiri tadi Agatha bilang sayang Larast seperti adik. Tidak mungkin kan dia suka sama Larast. Pasti dia sukanya sama Rena." Inge masih bergumam sendirian di dapur.

Kemudian Inge menyiapkan makanan di atas meja dan menyiapkan bekal makan siang untuk Larast agar bisa menikmati masakannya.

"Sudah beres," ucap Inge. "Kasihan juga Larast, ibunya kondisinya begitu, kakaknya kejam, ayahnya juga tidak ada. Malang sekali nasibmu, Nak. Jadi ingat diriku di masa muda yang sama-sama berjuang untuk bertahan." Kilatan saat melihat wajah Larast yang sayu membuat Inge kembali sedih.

Sementara di rumah sakit, dua remaja yang berada dalam satu ruangan saling canggung dalam keheningan. Agatha duduk di sudut, tidak berani mendekat seperti biasanya.

Sedangkan Larast, menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya. Ia juga merasa salah tingkah jika mata mereka bertemu. Ia meremas selimutnya, kali ini bukan hanya untuk menutupi rasa canggungnya, tapi juga untuk menahan keinginan untuk pergi ke toilet.

Set!

Larast membuka selimutnya, meringis sambil menahan perutnya yang sudah sakit karena tidak bisa lagi menahan buang air kecil. Ia duduk dan menurunkan pagar ranjang agar bisa turun.

"Mau ke mana?" Agatha akhirnya bangkit dan hendak membantu Larast.

"Em... Mau ke toilet," jawab Larast lirih, setengah berbisik.

Agatha mengangguk, lalu membantu Larast turun.

Larast mengambil infusnya yang tergantung dan berjalan perlahan menuju toilet. Sementara Agatha menunggu di luar, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

"Rast, bisa kan?" seru Agatha dari luar pintu.

"Iya, sudah sana kamu jangan menungguku," jawab Larast dari dalam.

Namun, Agatha tetap berdiri di depan pintu.

Setelah selesai, Larast membuka pintu dan terkejut melihat Agatha masih menunggunya, membuatnya terpeleset dan hampir terjungkal ke belakang. Dengan sigap, Agatha menarik pinggang Larast.

Mata mereka bertemu, waktu seolah berhenti. Jantung Larast berdegup kencang, seirama dengan degup jantung Agatha.

Apakah ini yang namanya cinta?

Entahlah, yang jelas, saat ini mereka berdua hanya ingin menikmati momen canggung yang manis ini.

Bersambung..

1
sunflow
emak2 kalo emank uda marah seremnya minta ampun
rokhatii
haha yang bener aja Timezone 🤭🤭
rokhatii
wow gila 14 hari beneran ries
Iqueena
Leo, kamu terlalu baik🥹. Sesekali gak maapin org gkppa kok, jangan sebaik itu jadi manusia
Dewi Ink
aku yakin pasti ketemu. polisi gitu loh😎
Dewi Ink
jahat bgt kamu jadi orang
Dewi Ink
emang dasar bocah 😂 jewer aja bu
Oksy_K
aku kira larast ini tipe yg kalem, wow di luar ekspektasi. bagus bgt thor😂🤭
Oksy_K
jgn terlena dulu agatha, pembalasanmu belum berakhir
Oksy_K
hajar terus jgn kasih kesempatan😂
Oksy_K
wkwk hajar sampe babak belur, dan putus hubungan juga. jgn mau punya temen yg nusuk dari belakang kek reza
Nuri_cha
hmm... gombal. bentar lagi larast bakal jd adik kamu. jd terbangnya jgn tinggi2 ya ries
Nuri_cha
hahaha... bisa jadi, ries
Nuri_cha
agtha nih, tangannya gak mau diem bgt ya
Nuri_cha
harus dipanggil bapaknya dulu, Agatha baru mau nurut
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
ngak benjol kan kepalamu agatha? 🥴🤣
Xlyzy
ah bos uang mu boleh banyak sekarang tapi liat aja nanti pas kau mati ga ada gunanya tu uang
sunflow
semangat ries..
sunflow
waduh .... jalan buntu. pinjem pintu doraemon ris
rokhatii
kasian ternyata reza😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!