Tubuh Jiwa Semesta

Anul duduk tenang di sebuah kedai teh. Sebuah teko panas yang terbuat dari porselen duduk manis ditemani cangkir-cangkir yang tak kalah bagusnya. Uap panas mengepul dari cangkir yang berada di genggamannya. Ronald yang juga menggenggam cangkir teh, duduk santai di meja yang sama. Saat ini, hanya ada mereka berdua, sementara Arum dan Biro, pergi terpisah mencari tempat yang sesuai dengan minat mereka. Pertarungan di Arena Pemecah Ombak waktu itu sudah membuat kantung mereka penuh.

Pada pertandingan pertama mereka menghasilkan sembilan ribu koin emas, tujuh ribu dua ratus koin perak, dan dua puluh ribu koin tembaga. Sebelum pertandingan kedua dimulai, Arum bertaruh sekali lagi dengan semua uang itu. Perbandingan hadiah di pertandingan kedua meningkat hingga lima kali lipat dari yang awalnya satu banding seratus menjadi satu banding lima ratus.

Setelah dikonversi, uang yang  dihasilkan tepat sebanyak empat ratus delapan puluh tujuh ribu koin emas. Jumlah sebanyak itu mungkin bisa untuk membangun dua puluh desa yang sama persis dengan desa Lembah Tiga Gunung.

Sistem uang di seluruh dunia ini sama, dengan tiga jenis mata uang yang semuanya dalam bentuk koin—koin emas, koin perak, dan koin tembaga. Nilai dari ketiga jenis mata uang ini sudah disepakati sejak awal uang diperkenalkan, entah berapa ribu tahun yang lalu. Satu koin emas setara dengan seratus koin perak, dan satu koin perak setara dengan seratus koin perunggu.

"Aku butuh bantuanmu."

Anul membuka percakapan sambil menyeruput teh di tangannya.

Ronald meletakkan cangkirnya dan mencondongkan tubuhnya sedikit,

"Katakan saja, kita bukanlah orang asing."

Anul ikut meletakan cangkirnya, "Baiklah, kalau begitu aku tidak akan segan."

Hening

"Aku ingin mengetahui beberapa informasi tentang Akademi Militer milik kerajaan." lanjut Anul datar.

"Informasi apa?" Ronald mengernyit.

"Seseorang yang bernama Ramzi, aku butuh info detailnya."

...****************...

Selembar kertas tekembang di atas meja, Anul dengan serius membaca informasi yang tertuang rapi di dalam kertas itu. Kamar Dagang Apel Emas benar-benar hidup sesuai dengan reputasinya, info lengkap yang di minta Anul bisa didapatkan hanya dalam waktu tiga hari. Satu-satunya yang membuat kepalanya sakit, biaya dari informasi itu tidaklah sedikit. Untuk mendapatkan informasi lengkap tentang Ramzi dan Akademi Militer, Ronald mengeluarkan tagihan sebesar seribu koin emas.

Ramzi, seorang pemuda yang berasal dari desa kecil bernama Lembah Tiga Gunung. Ia datang dua puluh lima tahun lalu, saat umurnya baru menyentuh angka lima belas. Ia, mengganti namanya ketika mendaftar untuk masuk ke Akademi Militer. Nama barunya adalah Ferdi. Lolos tes yang diberikan sebagai syarat memasuki akademi, ia pun secara resmi menjadi murid Akademi Militer. Bakatnya dalam beladiri sangat biasa, tapi ketekunan dan kegigihannya menarik perhatian salah satu guru besar sekaligus Jendral berpengaruh di kerajaan—Samsu. Dengan kegigihannya, dua tahun lalu ia akhirnya bisa mencapai tahap Luar Biasa. Walaupun jalan bela dirinya tidak berjalan baik, tapi kemampuannya dalam militer bisa di anggap gemilang. Banyak pertempuran yang ia lewati di medan perang berakhir dengan kemenangan, kekalahannya bisa dibilang sangat sedikit. Karena itulah karirnya juga melesat dengan sangat cepat. Beberapa bulan yang lalu Ferdi menghilang dan tidak pernah muncul lagi sampai sekarang.

"Jendral besar Samsu...." Gumam Anul pelan.

Jendral Besar, sebuah keberadaan tertinggi dalam struktur militer di kerajaan Awan Petir. Di seluruh Kerajaan, hanya ada dua orang yang mendapatkan jabatan tertinggi ini, Jendral Besar Samsu dan Jendral Besar Ardi. Mereka berdua adalah pahlawan yang namanya menggema di seluruh kerajaan.

Dalam struktur militer di kerajaan Awan Petir, pangkat terendahnya adalah prajurit. Mereka dibagi berdasarkan keahliannya: prajurit darat, prajurit pemanah, dan prajurit berkuda.

Mereka akan dipisahkan dalam sebuah grup yang memiliki keahlian yang sama. Sebuah grup yang terdiri dari dua puluh orang akan dipimpin oleh seorang Kepala Regu. Di atas Kepala Regu, seorang Komandan akan memimpin tiga puluh regu, tiap sepuluh regu dari masing-masing keahlian. Jendral Kecil akan membawahi tiga puluh orang Komandan.

Di atas semua itu, jabatan puncak dan yang tertinggi, seorang Jendral Besar, tiap dari mereka akan memiliki kuasa penuh terhadap pasukan dari  Lima Puluh Jendral Kecil. Setiap Jendral Besar mempunyai kekuatan sebanyak hampir satu juta pasukan! Tentu saja itu hanyalah  jumlah dari prajurit reguler. Belum termasuk pasukan inteligen yang jumlahnya tidak pernah di umumkan ke publik.

Ramzi, sebelum menghilang, ia menduduki jabatan seorang komandan. Enam ratus prajurit kerajaan berada di genggamannya. Jika ia menggunakan kekuatan itu untuk menyerang desa, desa Lembah Tiga Gunung sudah dipastikan akan hancur dan binasa. Untungnya, aturan militer membuatnya tidak bisa menggunakan kekuatan itu.

"Umumnya seorang Komandan tidak akan bisa meninggalkan posnya, kecuali... Ada izin langsung dari orang yang berpangkat lebih tinggi."

Atasan langsung Ramzi, seorang Jendral Kecil bernama Dahri, tangan kanan kepercayaan Jendral Besar Samsu.

"Dari informasi ini, hanya ada dua orang yang berkemungkinan merupakan dalang besar dari konspirasi yang dilakukan Ramzi. Dahri sang Jendral Kecil, atau Samsu Sang Jendral Tertinggi."

Anul mencoba mencerna dan menyimpulkan informasi yang tertuang di kertas itu.

Melipat kembali lembar kertas yang ada di tangannya, lekuk tipis diantara kedua dahinya membuat ia tampak sedikit lebih tua. Sebuah pemikiran besar saat ini sedang berkecamuk di dalam otaknya, entah apa yang ia rencanakan.

Penginapan tempat ia tinggal bersama dengan Arum dan Biro merupakan aset ekslusif milik perkumpulan dagang Sayap Biru. Tentu saja terikat dengan Rumah Dagang Apel Emas. Di sana mereka mendapat perlakuan khusus, mereka bebas memilih kamar mana saja dan semuanya gratis.

Selain kamar, semua makanan dan minuman yang di suguhkan juga termasuk dalam pelayanan khusus untuk mereka. Penginapan itu bernama Penginapan Mimpi Indah, namanya sesuai dengan pelayanan mereka yang membuat pelanggan bisa beristirahat dengan nyaman.

Bosan, ia melangkah keluar dari penginapan. Sekedar menikmati hingar-bingar kota terbesar di kerajaan Awan Petir. Kehidupan kota terhampar di setiap sisi jalan, pemandangan yang tidak bisa ia temui di desanya, desa Lembah Tiga Gunung. Sebuah toko perhiasan di sisi jalan, menarik perhatian orang yang lewat. Langkah kecilnya terhenti, dan masuk. Berbagai jenis perhiasan, kalung, anting, gelang, bahkan ikat pinggang, tertata apik di etalase toko.

Penataan sempurna membuat kesan mewah dari setiap perhiasan semakin terasa, membuat tangan terasa gatal untuk memiliki mereka. Beberapa pengunjung melihat-lihat ke sekeliling toko, bersama pasangannya.

Batu dan logam mulia, bahan dasar dari perhiasan yang terpajang, semua berkualitas terbaik. Ukiran, tempaan dan teknik yang berpadu dalam proses pembuatannya, nampak anggun berpadu dengan bahan-bahan itu. Sebagian besar perhiasan di toko itu, hanyalah perhiasan biasa—murni untuk menunjukan status pemakainya. Sebuah etalase mewah, menarik perhatian semua pengunjung tepat saat mereka masuk. Posisinya mencolok, susunannya estetik, mengundang decak kagum. Di sana, sekumpulan perhiasan 'mistis' memamerkan pamor mereka.

"Perhiasan mistis..."