Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.
Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.
Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.
Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Suasana ruang rapat semakin menegang. Ketegangan di udara seolah bisa dirasakan dari setiap tatapan tajam yang saling bertukar di antara para pemegang saham. Luwis berdiri dari kursinya, kedua tangannya bertumpu di atas meja panjang dari kayu mahoni yang mengilap. Tatapannya menusuk ke arah Will yang duduk di sisi kiri ruangan, tampak gelisah namun berusaha mempertahankan ketenangannya.
“Will, apa pun alasan yang kau berikan, kau tetap salah karena menyebarkan rekaman itu. Apalagi Cole adalah kakakmu dan pemegang saham terbesar perusahaan kita. Kenapa kau dan ibumu melakukan hal ini?” suara Luwis tegas, dalam, dan bergema di seluruh ruangan.
“Alasannya sudah jelas!” kata Cole dengan nada tajam. “Ibu dan anak yang tidak tahu malu ini ingin mengusirku dari perusahaan. Kau mengira kau bisa melakukan itu padaku? Mengupah anggotaku agar mengkhianatiku?” Ia menggebrak meja, membuat beberapa dokumen bergetar. “Apa bedanya kau dan ibumu yang sengaja ingin menjatuhkanku?”
Beberapa pemegang saham saling pandang, suasana berubah semakin panas. Salah satu dari mereka, pria paruh baya bernama Tuan Zhang, akhirnya bersuara, mencoba menahan situasi agar tidak semakin meledak.
“Will, kali ini memang kau yang salah,” ujarnya dengan nada dingin. “Kenapa kau melakukan ini tanpa mempertimbangkan lagi? Perbuatanmu membahayakan saham perusahaan. Andaikan Cole terbukti melakukan kesalahan, maka saham kita akan jatuh, dan secara perlahan bisnis ini hancur. Proyek kita bisa berhenti, kerugian mencapai miliaran yuan. Apa kau ingin semua itu terjadi pada kita?”
“Ini adalah tujuanku mengadakan rapat hari ini,” kata Cole perlahan, namun dengan tekanan yang membuat semua orang di ruangan menunduk. “Aku tidak bisa menerima pengkhianat di antara kita. Kita berjuang keras, dengan setiap tetes keringat, untuk membangun bisnis ini.”
Ia berhenti sejenak, matanya menatap lurus ke arah Will.
“Tapi dia ... yang hanya pemegang saham kecil ... berani bertindak sesuka hati, merusak citra dan kepercayaan perusahaan.”
Cole menarik napas dalam, lalu melanjutkan dengan nada tegas, “Jadi, sebagai wakil direktur dan pemegang saham terbesar, aku memutuskan untuk mengeluarkan Will Han. Mulai hari ini, dia tidak lagi memiliki hak apa pun atas perusahaan ini.”
“Kau mengeluarkan aku?” tanya Will, suaranya dipenuhi kepanikan yang berusaha ia bungkam. Matanya menatap Cole dengan tajam, penuh tantangan sekaligus ketakutan.
Cole tetap tenang, namun matanya menyala dingin. “Kesalahan yang kau lakukan, atas dasar kesengajaan, kali ini bertujuan menjatuhkanku. Siapa tahu besok kau akan bekerja sama dengan musuh untuk menghancurkan perusahaan kita. Keputusanku ini demi masa depan perusahaan,” jawab Cole dengan nada tegas, tanpa memberi ruang untuk debat.
Will menoleh, suaranya tercekat, dan ia menatap ayahnya. “Direktur, apakah kau setuju dengan keputusan ini?” tanyanya, seperti mencari satu titik sandaran terakhir.
Luwis menghela napas berat. Ia menatap putranya yang lain, namun akhirnya berkata dengan suara serak namun penuh kewenangan: “Aku tidak bisa membantah keputusan Cole. Semua ini diputuskan demi perusahaan dan ketentuan staf. Tindakanmu telah menempatkan perusahaan dalam bahaya. Jika kita tidak bertindak sekarang, posisi perusahaan bisa runtuh.”
Ada desah di antara para pemegang saham. Will merasakan dunia seakan runtuh. Sebelum ia bisa membalas, Cole menambah: “Selain itu ... kartu kreditmu dan kartu ibumu akan diblokir. Mulai detik ini, kalian tidak lagi bisa menggunakan dana keluarga Han.”
Wajah Will memerah, campuran marah dan malu. “Walau aku melakukan kesalahan, setidaknya aku punya jasa bagi perusahaan ini. Berdasar apa kau berhak memblokir kartuku?” suaranya meninggi, namun nada itu kehilangan kekuatan ketika Luwis menatapnya tajam.
Cole menjatuhkan kata-kata terakhir seperti vonis. “Alasannya, kau dan ibumu dikeluarkan dari keluarga Han. Aku umumkan keputusan ini sekarang juga. Sampaikan pada ibumu ... segera angkat kaki dari rumah.” Suaranya dingin, tegas, tak ada ruang penyesalan.