Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Kecurigaan Bilqis (Season 2)
Bilqis pulang naik taksi, dia masih gak habis pikir kenapa Taqi bisa kenal dengan orang itu. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Loh, Taqi ke mana? kok kamu pulangnya naik taksi?" tanya Umma Marwah.
"Taqi pergi entah ke mana," sahut Bilqis.
"Maksud kamu apa, Nak?" tanya Umma Marwah kembali.
Bilqis duduk di sofa, Marwah pun ikut duduk di samping putrinya itu. "Tadi, ada laki-laki yang menyuruh Taqi untuk ikut dengannya dan anehnya, Taqi menurut saja. Kayanya itu bukan teman kampusnya deh, soalnya kelihatan banget kalau usianya di atas Taqi mungkin seumuran sama Bilqis," sahut Bilqis.
"Lah, siapa dia? terus Taqi juga tega ninggalin kamu sendirian," kesal Umma Marwah.
Tiba-tiba ponsel Bilqis bergetar, dan ternyata ada pesan dari Taqi. Dia memberitahukan kepada kakaknya kalau dia sudah sampai di kampus, tidak lupa dia juga menyertakan foto dia yang sedang di kampus untuk meyakinkan kakaknya. Taqi juga meminta maaf kepada kakaknya karena tadi sudah meninggalkan Bilqis.
"Dia sudah di kampus, Umma," ucap Bilqis sembari memperlihatkan foto yang dikirim oleh Taqi.
Marwah hanya bisa menghela napas. Taqi kuliah di sebuah universitas berbasis islam dan Namira menjadi salah satu dosen di sana juga. Universitas itu merupakan milik keluarga Nahyan dan yang mendirikannya adalah kedua orang tua Nahyan. "Umma, lusa Ustaz Husein pulang ke Indonesia dan akan langsung ke rumah katanya," ucap Bilqis bahagia.
"Alhamdulillah. Apa kamu bahagia, Nak?" tanya Umma Marwah.
"Alhamdulillah, bahagia sekali Umma. Mendapatkan calon suami yang bisa membimbing kita itu sungguh luar biasa, dan Bilqis sangat beruntung bisa bertemu dengan Ustaz Husein," sahut Bilqis dengan wajah memerah.
"Umma dan Baba memang sudah berniat ingin menjodohkan kamu dengan Husein itu sudah sejak kecil. Baba dan Kyai Hamzah sudah bersahabat lama, dan sejak kecil Husein memang anak yang sangat baik dan sholeh," ucap Umma Marwah.
"Umma do'akan saja semoga semuanya lancar, dan kita berdua berjodoh sampai maut memisahkan," seru Bilqis.
"Aamiin, Umma dan Baba selalu mendo'akan kamu, Taqi, dan juga Namira karena kalian adalah anak-anak Umma yang paling Umma sayangi," sahut Umma Marwah.
Bilqis pun memeluk Ummanya. Sementara itu, Edzar baru saja sampai di kampus dengan motor sportnya. Edzar jarang sekali masuk kuliah maka dari itu sampai sekarang dia belum juga wisuda padahal kedua orang tuanya berharap Edzar cepat wisuda supaya bisa membantu Daddynya di perusahaan.
Taqi duduk di taman kampus bersama sahabatnya. "Taq, aku dengar kakakmu sudah pulang ya, dari Mesir?" tanya Abdul.
"Iya, kemarin."
"Terus, bagaimana dengan balapan motornya? bukanya malam ini kamu bakalan balapan tuh?" seru Abdul.
"Nah, itu dia yang bikin aku bingung. Kalau Mbak Bilqis sudah pulang, aku gak bakalan bisa bebas lagi entah harus memberikan alasan apa supaya aku bisa keluar nanti malam," sahut Taqi lemas.
Taqi dan Abdul sudah sahabatan sejak lama, maka tidak aneh jika Abdul tahu semua tentang kehidupan Taqi. Bahkan Abdul selalu dijadikan tumbal jika ada acara balapan. Tapi, meskipun Taqi ikutan geng motor, dia tidak pernah mengabaikan pendidikan dan ibadah maka dari itu nilai kuliah dia masih sama tidak pernah berubah dan itu yang membuat kedua orangtuanya percaya kepada Taqi.
Lagi pula, di kampus ada Namira yang selalu mengawasi Taqi jadi Taqi tidak bisa bertindak yang aneh-aneh. "Jangan bilang, mau jadikan aku tumbal lagi," ledek Abdul.
Taqi terkekeh sembari merangkul pundak Abdul. "Sahabat itu harus saling tolong menolong 'kan? masa sahabat sedang kesusahan, kamu mau diam saja," ucap Taqi dengan senyumannya.
"Bukanya gak mau nolong, tapi kamu sudah sering berbohong dosa loh bohong terus," nasihat Abdul.
Taqi menghela napasnya. "Iya, sih. Aku juga merasa bersalah karena selalu membohongi Umma dan Baba, tapi 'kan kamu juga tahu apa hobi aku dari dulu? susah payah aku masuk ke dalam gengnya Bang Edzar, masa sekarang aku harus keluar sih," sahut Taqi.
"Terserah kamu saja deh, tapi kalau sampai ketahuan sama kakak dan orang tua kamu, jangan bawa-bawa aku ya," ucap Abdul.
"Tenang saja, aku gak bakalan bawa-bawa nama kamu," sahut Taqi.
***
Malam pun tiba....
Sepulang kuliah, Taqi sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk menginap di rumah Abdul. Taqi juga memberikan bukti chat dari Abdul kepada Umma dan Babanya. Hanya Bilqis yang terlihat menatap penuh curiga kepada Taqi membuat Taqi merasa risih dan takut juga.
"Mbak Bilqis kenapa sih lihatin aku kaya gitu? aku gak bakalan ngapa-ngapain kok 'kan Mbak sudah lihat chat dari Abdul barusan," ucap Taqi.
Bilqis terus menatap adiknya itu. "Jangan macam-macam kamu Dek, Allah selalu melihat kamu. Seandainya kamu berbohong, kamu bisa membohongi kami tapi kamu tidak bisa membohongi Allah, semoga kamu tidak termasuk kepada golongan orang-orang yang seperti itu," ucap Bilqis dingin.
Deg....
Seketika jantung Taqi berdetak sangat kencang, ucapan kakaknya membuat dia ketakutan. Tapi dia juga gak bisa ingkar karena kalau malam ini dia gak datang maka hukuman dari Edzar sudah menunggu. Taqi hanya bisa mengangguk ragu.
"Taqi berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Taqi pun segera pergi dengan perasaan yang tidak enak. Ucapan kakaknya barusan sungguh sangat menusuk hati Taqi. "Maafkan Hamba ya, Allah karena selama ini Hamba sudah banyak berbohong," batin Taqi.
"Umma, Baba, jangan terlalu sering mengizinkan Taqi pergi," ucap Bilqis.
"Adikmu tidak pernah macam-macam kok sayang, kalau sampai macam-macam Baba akan menghukum dia sangat berat," sahut Baba Nahyan.
"Baba bilang kaya gitu karena Baba belum lihat Taqi, sebagai orang tua Baba gak boleh bilang anak kita baiklah, sholehlah, karena kita tidak tahu diluaran sana dia seperti apa. Jangan sampai ucapan yang keluar dari mulut kita menjadi boomerang pada diri sendiri," ucap Bilqis.
Marwah dan Nahyan terdiam bahkan keduanya saling pandang satu sama lain. "Bilqis istirahat dulu, soalnya besok Bilqis harus jemput Ustaz Husein ke Bandara," pamit Bilqis.
"Astaghfirullah, Umma lupa kalau besok dia pulang. Besok kita berangkat sama-sama saja ke Bandara," sahut Umma Marwah.
"Bil, maaf aku gak bisa ikut soalnya ada jadwal mengajar," seru Namira.
"Iya, tidak apa-apa Kak. Ya, sudah kalau begitu Bilqis istirahat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Bilqis pun segera masuk ke dalam kamarnya. Dia senyum-senyum sendiri membayangkan esok akan bertemu dengan sang pujaan hati. Pernikahan keduanya sebentar lagi, dan mereka memutuskan untuk akad terlebih dahulu dan resepsinya akan dilaksanakan beberapa bulan ke depan.
kasihan blm dpt jodoh nya