Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 25
Saka tidak memungkir jika kekuatan Yordan memang lumayan baik.
Dia hanya mengganggu mental Yordan saja agar anak itu mengeluarkan kemampuannya sekaligus tanpa membuang waktu, dengan mengatakan jika anak itu lebih buruk dibanding Andi Wiguna.
Dan Yordan benar-benar mengerahkan semua terdorong emosi.
“Gembel miskin kayak lu gak pantes gaul sama Liona!" Geraman Yordan seraya mengusap tetesan darah di ujung bibir hasil cipolan Saka. “Dia cuma punya gua!”
Ingatan video kebersamaan Saka dan Liona di minimarket, terbayang lagi. Perasaan buruk semakin menguasai. Setelah itu dia maju kembali membawa kepalan yang tidak lagi sekuat tadi. Tenaganya sudah melemah karena melawan habis-habisan di awal, sesuai keinginan Saka.
BUG!
Sampai akhir tendangan jejag Saka yang tidak terlalu keras mementalkan Yordan hingga punggungnya membentur pilar.
Saka mendekatinya lagi, namun tidak untuk menyerang. Dia berdiri di hadapan Yordan yang sudah terpuruk duduk seraya memegangi perut yang rasanya seperti habis ditimpa satu sak semen.
"Gua sama Liona cuma temen biasa. Gak ada yang patut gua pertanggungjawabkan sama lu. Justru elu yang harus bertanggung jawab, motor gua dibakar gara-gara lu, Sialan!” Saka memuncak emosi, namun berusaha ditekannya. Berusaha kembali mengatur diri dengan memaut napas dan mengembuskannya secara tenang.
“Yordan, serahin diri lu ke polisi! Lu penjual narkoba. Lu juga ....” Ragu Saka mengungkap. Namun ... “Gege Wangsa! Tebus nyawanya. Dengan diri lu sendiri, di hadapan hukum.”
Melebar mata Yordan mendengar itu. "A-pa lu bilang?"
"Gua bilang lu harus serahin diri lu ke polisi. Lu udah bunuh Gege. Lu udah bikin seorang adik kehilangan kakak satu-satunya, lu udah bikin Liona kehilangan teman baik. Dan lu ... lu akan bikin Liona ngerasa bersalah, karena salah satu alasan perginya Gege terjadi akibat rasa cemburu konyol lu atas pertemanan mereka."
"Jangan ngarang lu, Keparat!" sembur Yordan tidak terima, atau berkilah.
Saka mendengus kasar. "Gua tahu semua, Yordan," akunya. "Lu sosiopat, lu trouble maker lagi kecil, udah gede gini lu jadi pengedar, dan lu ... lu juga pembunuh." Lalu dia menggeleng untuk satu hal, "Gege bukan bunuh diri kayak yang digemborkan. Lu yang bikin dia kehilangan nyawa." Sekarang merunduk dan menatap ke arah pasang sepatu Yordan. "Pake kaki lu."
Yordan membeku dengan mata nyalak.
"Apa pun yang lu pikirin, lu tetep harus dihukum. Gak perlu lu tanya dari mana gua tahu semua itu. Gua punya cara sendiri dan lu gak bisa lari."
Jelas Yordan sangat tersengat sampai sulit berkata-kata. Hanya mata yang tak mengecil dan jakun naik dan turun. Detik berikutnya dia berdiri tertatih, lalu menegakkan badan.
"Saka Aksara." Dia berjalan hingga berada tepat di hadapan Saka. "Gua terkecoh sama tampang lu yang sok manis ini. Ternyata lu itu iblis ya?" Seringai muncul. Tiba-tiba tenang seperti tak ada beban setelah mendengar semua yang diungkapkan Saka tentang dirinya yang jelas bisa mendorong pada kubangan yang lebih besar.
Asli sosiopat!
Saka masih bergeming, mengamati gelagatnya melalui ekor mata yang bergulir-gulir.
"IYA!" teriak Yordan kemudian, tanpa diduga. "GUA EMANG ABISIN GEGE! GUA YANG UDAH BIKIN KEPARAT ITU MATI! PAKE KAKI GUA!" akunya lantang. Matanya memerah dan tajam bak iblis dari neraka.
"Salahnya sendiri sok manis di depan Liona, salahnya sendiri rebut kasih sayang orang tua gua! Salahnya sendiri kenapa harus datang ke kehidupan gua! SEMUA SALAHNYA DIA! SALAHNYA BAJINGAN ITU!" Yordan mengabsen semua keluhan hatinya atas Gege Wangsa dengan suara geram menekan, lalu berteriak di akhir. "Trus lu mau gua serahin diri ke polisi?"
Kerah baju Saka dicengkramnya dengan kedua tangan, lalu berteriak, "JANGAN MIMPI LU, ANJING!"
Brak!
Suara benda jatuh terdengar dari sebuah arah, tidak keras namun cukup jelas sampai ke telinga Saka da Yordan.
Dua cowok itu sontak menoleh bersama ke arah yang juga sama lalu melebarkan mata.
"Liona!"
Cewek itu sedang membekap mulut dengan tampang syok di sisi sebuah tiang. Benda yang dijatuhkannya adalah ponsel. Dalam sekejap matanya sudah berair.
Saka menghampiri gegas dengan berlari. "Li, kamu gak apa-apa?!"
Namun Liona tidak menggubrisnya, malah melangkah kaku ke arah Yordan yang masih nampak terkejut dengan keberadaannya.
Saka berbalik ke arahnya dan terdiam, melihat Liona mendekati Yordan dengan wajah khawatir.
Sekarang cewek itu sudah berdiri tepat di hadapan Yordan. Mendongak menatap wajah yang lebih tinggi sekian senti dari wajahnya itu.
"Yordan ... kamu ... kamu beneran bunuh Gege? Kamu ...." Suaranya tersangkut di paru-paru, air mata terus berjatuhan hasil dari kolaborasi perasaan kacau yang hadir dalam sesaat.
Yordan menatap ke dalam mata cewek itu dengan sirat terkejut sekaligus bingung.
"Li ... akuー"
"BAJINGAN KAMU, YORDAN! PENJAHAT!"
Liona memukuli dada cowok itu dengan perasaan marah, lalu memerosotkan diri ke lantai dan meraung sejadi-jadinya.
Saat yang sama , suara sirine nyaring mobil polisi terdengar mendekat.
Yordan kelabakan, tatapannya kemudian tajam menatap Saka. "Lu telepon polisi, huh?"
"Kagak!"
"Jangan bohong lu, Bangsat!"
Dan ....
"AKU!" Liona berteriak. "Aku telepon polisi!" akunya sambil terus menangis. "Mau apa kamu, hah?"
Yordan kebali dibuat kacau perasaannya. Terkejut maksimal menatap Liona yang masih dalam posisi rendah.
"Li, kamu ...." Dia menggeleng-geleng, lalu mundur perlahan dan ... berbalik kemudian lari.
Namun tentu saja Saka tidak akan membiarkannya. Dikejarnya Yordan dengan segera.
GREB!
"Lepasin gua, Bangsatt!" Yordan meronta-ronta kasar saat Saka menarik baju lalu mengunci kedua tangannya dari belakang.
"Lu gak akan bisa lari kemana pun lagi. Lu gak ada waktu buat bikin manipulasi. Lu harus pertanggungjawabkan semua sekarang."
Liona melihat dua orang petugas dan berteriak, "PAK, DI SINI!"
...--...
...--...
"Dhis ... pembunuh kakak kamu ... udah berhasil aku temuin. Kamu bisa ke kantor polisi sekarang?"
Telepon ditutup saat Gendhis dengan semangat menjawab 'ya'. Saka bisa merasakan keterkejutan cewek itu hanya dari suara.
Dia menghubungi Gendhis di hadapan motornya yang sudah hangus. Liona ada di sampingnya, berdiri menatap nahas yang sama.
"Maaf aku terlambat, Sak," kata Liona menyesali.
Saka menolehnya lau tersenyum. "Gak apa-apa, Li," katanya, kemudian kembali menatap motornya. "Artinya aku harus naik angkot lagi. Hehe.”
Lain senyuman Saka, Liona justru menatapnya iba, namun juga ada perasaan kagum yang sangat besar dari sorotnya. Anak sesederhana Saka .... "Aku salut sama kamu, Sak. Kamu berani, low profil, juga ... menyenangkan."
Saka sempat tertegun dengan semua pujian itu, namun sikapnya dia kembalikan ke mode biasa. "Haha. Aku bisa bener-bener metik bintang kalo terus kamu puji kayak gini."
Liona tersenyum, tipis saja dan rapuh.
"Tapi makasih ya, Li, kamu udah bantu aku hari ini."
Sedikit flash back kenapa Liona sampai ada di tempat itu. Sesuai penjelasannya pada Saka.
Liona mengikuti Saka saat cowok itu menolak ditawari tumpangan pulang dan malah berlari mencari angkot.
Wajah aneh Saka yang tak biasa, Liona merasa cemas. Ditambah informasi bahwa Saka barus saja kehilangan motor.
Begitulah dia mengikuti Saka. Yang mula berpikir Saka akan ke kantor polisi atau langsung pulang ke rumah, tapi malah berakhir di tempat seperti ini.
Dia melihat Saka dikeroyok, lalu dengan cepat menghubungi polisi.
Sekarang ....
Selesai para berandal bawahan Yordan diamankan ke dalam mobil, seorang petugas datang mendekat pada Saka juga Liona.
"Adek berdua, ikut kami ke kantor polisi, untuk kepentingan pemeriksaan. Kalian saksi, jadi diharuskan hadir.”
“Baik, Pak.”
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏