NovelToon NovelToon
SUAMI TAK PERNAH KENYANG

SUAMI TAK PERNAH KENYANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Angst / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Euis Setiawati

Judul: Suamiku Tak Pernah Kenyang
Genre: Drama Rumah Tangga | Realistis | Emosional

Laila Andini tak pernah membayangkan bahwa kehidupan rumah tangganya akan menjadi penjara tanpa pintu keluar. Menikah dengan Arfan Nugraha, pria mapan dan tampak bertanggung jawab di mata orang luar, ternyata justru menyeretnya ke dalam pusaran lelah yang tak berkesudahan.

Arfan bukan suami biasa. Ia memiliki hasrat yang tak terkendali—seakan Laila hanyalah tubuh, bukan hati, bukan jiwa, bukan manusia. Tiap malam adalah medan perang, bukan pelukan cinta. Tiap pagi dimulai dengan luka yang tak terlihat. Laila mencoba bertahan, karena “istri harus melayani suami,” begitu kata orang-orang.

Tapi sampai kapan perempuan harus diam demi mempertahankan rumah tangga yang hanya menguras

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Euis Setiawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rahasia di balik senyum bi ratmi

Laila menarik tangan Rani masuk ke dalam rumah. Aroma wangi ruangan yang berpadu dengan semerbak parfum lembut menyambut kedatangan Rani. Sejenak, Rani melirik ke arah ruang tamu yang tampak rapi, meja kaca di tengahnya penuh dengan kue kering, minuman dingin, dan cemilan yang sudah disiapkan Laila.

“Waduh, kamu ini luar biasa, Lail! Kayak tahu banget kalau aku kelaparan,” goda Rani sambil tertawa renyah.

Laila ikut tertawa kecil, meskipun wajahnya terlihat sedikit murung. Ia segera menutup pintu, lalu menggandeng sahabatnya menuju kamar.

Pikirannya kalut, ada sesuatu yang ingin ia keluarkan sejak lama.

Sesampainya di kamar, Laila langsung menutup pintu rapat-rapat. Rani yang melihat tingkah sahabatnya jadi semakin penasaran.

“Eh, ini serius banget nih kelihatannya,” ucap Rani sambil duduk di pinggir ranjang. Ia menatap Laila lekat-lekat, mencoba menebak apa yang akan keluar dari bibir wanita itu.

Laila duduk di samping Rani, memegang tangan sahabatnya erat-erat. Nafasnya terdengar berat, seperti seseorang yang menyimpan rahasia besar.

“Ran… kamu tahu nggak, dari kemarin aku tuh nggak tenang,” kata Laila pelan.

“Kenapa lagi? Kamu masih mikirin soal Arfan dan Bi Ratmi itu?” Rani mengangkat alis, penuh rasa ingin tahu.

Laila mengangguk pelan. “Iya, Ran… aku nggak bisa berhenti mikir. Sejak aku pulang dari kampung, ada sesuatu yang bikin hati aku nggak enak.”

Rani mencondongkan tubuhnya, memasang telinga baik-baik.

“Ceritain, Lail. Kamu nggak boleh pendam sendiri. Aku siap dengerin sampai tuntas.”

Laila menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bercerita.

“Jadi tadi, waktu Arfan berangkat kerja, aku sengaja duduk santai di ruang tamu sambil ngemil. Aku pengen lihat tingkah si Bi Ratmi itu. Terus aku panggil dia… kamu tahu nggak, dia datang sambil jalannya itu, Ran…”

“Jalannya gimana?” potong Rani cepat.

“Lenggak-lenggok kayak model, Ran! Badannya digerak-gerakin, pinggulnya itu lho…” Laila menggerakkan tangannya menirukan gaya Bi Ratmi.

Rani langsung membelalakkan mata.

“Astaga… seriusan? Berarti dia emang niat godain, Lail!”

“Makanya aku langsung mikir… apa iya suami aku kuat nahan godaan kayak gitu selama empat hari aku di kampung? Ran, aku nggak mau suudzon, tapi Bi Ratmi itu… cantik, montok, dan genit.”

Rani menghela napas panjang. Ia tahu kekhawatiran sahabatnya ini masuk akal. Apalagi ia juga pernah memperingatkan Laila sebelumnya agar hati-hati kalau mempekerjakan orang di rumah.

“Terus kamu tanya apa ke dia?” Rani semakin kepo.

“Aku tanya, selama aku nggak ada, Arfan kemana aja. Dia jawabnya santai, katanya nggak kemana-mana. Pulang kerja ya istirahat. Tapi Ran…”

“Apa?”

“Jawaban dia tenang banget, kayak udah disiapin,” ucap Laila dengan nada penuh kecurigaan.

Rani mengusap dagunya.

“Hmm… bisa jadi dia jago akting. Tapi kita nggak bisa nuduh tanpa bukti, Lail. Kamu tahu sendiri, cowok kalau udah tergoda sama pembantu yang cantik dan agresif, bisa kebablasan.”

Laila menunduk, rasa was-was itu semakin besar.

“Itu yang aku takutkan, Ran. Kamu tahu sendiri kan, Arfan itu… ya, dia punya sifat yang nggak bisa jauh dari hal-hal begituan. Aku sampai ikut konseling diam-diam waktu itu.”

Rani menatap Laila dengan tatapan prihatin.

“Aku ingat, Lail. Kamu cerita ke aku soal itu. Ya ampun… kalau sampai Arfan main belakang sama Bi Ratmi, aku nggak bisa bayangin gimana rasanya jadi kamu.”

Air mata Laila mulai menggenang. Ia memegang tangan Rani lebih erat lagi. “Ran, aku takut… aku nggak sanggup kalau suami aku ternyata nggak setia.”

Rani langsung memeluk sahabatnya.

“Ssst… jangan nangis dulu. Kita selesaikan ini sama-sama. Aku nggak akan tinggal diam kalau kamu disakitin.”

Pelukan itu cukup menenangkan Laila sejenak. Namun, di dalam hatinya, ketakutan itu tetap menggerogoti

Setelah beberapa menit, Laila mulai sedikit tenang. Mereka berdua pindah duduk ke lantai, menikmati cemilan sambil membicarakan rencana.

“Ran, menurut kamu… apa aku harus tanya langsung ke Arfan?” ucap Laila ragu.

“Jangan!” potong Rani cepat. “Kalau kamu tanya sekarang tanpa bukti, dia bisa marah. Bahkan kalaupun benar dia selingkuh, dia pasti nggak ngaku.”

“Terus aku harus gimana?”

Rani tersenyum licik.

“Serahin sama aku. Aku punya ide.”

Laila melotot. “Ide apa?”

“Aku bakal pura-pura ngobrol sama Bi Ratmi nanti. Aku kepo sama cara dia ngomong. Biasanya, orang yang punya rahasia kelihatan dari matanya.”

Laila mengangguk pelan.

“Kamu yakin bisa?”

“Percaya sama aku, Lail. Aku ini punya insting yang tajam. Nggak akan ada yang lolos dari mata elang aku.”

Mereka pun tertawa kecil, meski dalam hati Laila tetap gelisah.

Ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.

“Bu… saya boleh masuk sebentar?”

Itu suara Bi Ratmi. Laila dan Rani saling pandang. Jantung Laila berdegup kencang. Rani memberi kode dengan mengangguk pelan.

“Iya, masuk aja Bi,” jawab Laila berusaha terdengar santai.

Pintu terbuka, dan muncullah Bi Ratmi dengan senyum menawan di bibirnya. Hari itu ia mengenakan baju seragam ketat warna merah muda yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Rambutnya terurai rapi, wajahnya berhias lipstik merah menyala.

“Maaf ganggu, Bu… saya mau nanya, nanti siang mau dimasakin apa?” ucapnya sambil berjalan lenggak-lenggok mendekat.

Rani langsung memperhatikan setiap gerakan wanita itu. Dalam hati, ia berkata: Astaga… ini pembantu apa model iklan sabun? Pantas Laila curiga.

Laila mencoba bersikap biasa.

“Masak yang gampang aja, Bi. Sayur asem sama ikan goreng juga nggak apa-apa.”

“Siap, Bu,” jawab Bi Ratmi manis sambil melirik sekilas ke arah Rani.

“gimana kabar nya bu rani?" tanya bi ratmi

Rani tersenyum tipis.

“Hai, Bi Ratmi, kabar ku sangat baik."jawab rani

“Oh gitu, ya. Senang mendengar nya bu,” jawab Bi Ratmi dengan suara lembut namun ada nada menggoda yang sulit dijelaskan.

“Senang melihat bi ratmi juga…” Rani menatap dalam, mencoba membaca gerak-gerik Bi Ratmi. Namun wanita itu pandai menyembunyikan ekspresi.

Setelah beberapa menit ngobrol basa-basi, Bi Ratmi pamit ke dapur. Begitu pintu tertutup, Rani langsung menoleh ke Laila dengan mata melebar.

“Gila, Lail! Aura dia tuh… wah, nggak main-main. Aku ngerti sekarang kenapa kamu gelisah. Kalau aku jadi Arfan… aduh, susah nolak godaan kayak gitu.”

Laila menelan ludah.

“Makanya aku takut, Ran…”

“Tenang. Aku akan cari cara buat ungkap kebenaran ini,” jawab Rani penuh tekad.

Setelah makan siang, Rani mengajak Laila ngobrol lagi di kamar.

“Lail, kamu mau bukti kan?”

“Iya, Ran. Aku pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Oke, gini aja. Nanti malam, kamu pura-pura bilang ke Arfan kalau kamu mau nginep di rumah orang tua sebentar. Padahal kamu tetap di sini sama aku. Kita bakal intip, gimana tingkah mereka kalau nggak ada kamu.”

Laila tercengang.

“Serius, Ran?”

“Ya iyalah! Ini cara paling jitu buat tahu kebenarannya. Kalau mereka ada main, pasti kelihatan.”

Laila menggigit bibir, pikirannya campur aduk. Namun demi kebenaran, ia mengangguk pelan.

“Baiklah, Ran… aku ikut rencana kamu.”

Rani tersenyum puas.

“Sip. Malam ini kita bongkar semuanya!”

1
Agnes Gulo
semoga Laila pisah dgn arfan, arfan tuh gak tegas, alasan takut tapi dibaliknya nafsu
Agnes Gulo
terimakasih sdh up kk, semangat terus utk menulis, ceritanya bener2 buat penasaran 😍
Agnes Gulo
semangat terus utk up tiap hari kakak
Euis Setiawati: semangat....💪💪
total 1 replies
Agnes Gulo
semangat kakak utk UP, alur cerita nya bagus, semoga Laila mendapatkan yg terbaik ☺
Euis Setiawati: terimakasih say....😍😊
total 1 replies
I Love you,
emang kamujuga sundal ardhan! KLO istri diruma di buat kayak pemuas" nafsu! giliran gada, karna ada sesuatu mendadak..BKN Brati senaknnya kamu main tidurin perempuan lain ; mbantu lgi OMG aku bik no!! oond
Vanni Sr
ini laila ny terlalu bodoh sib klo kt aku mah ya, udh tiap mlm d gempur terus apa² d pendem, gada ketegsan jg, laki ny jg seenk ny sndri, crta ny kek yg udh² suami main sm pembatu. tnggl cari org but rawat ibu ny yg skit ini malah lama2 d kampung , mending dah pisah aja. krn g cm sekali berhubungn psti tuh mereka
Zoe Medrano
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Euis Setiawati: terimakasih ka....😍
total 1 replies
Mepica_Elano
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!