SUAMI TAK PERNAH KENYANG

SUAMI TAK PERNAH KENYANG

bab 1 :aku ingin tidur,mas

Pagi itu, cahaya matahari baru menyusup malu-malu melalui celah gorden kamar. Di atas ranjang, tubuh Laila masih terasa lemas. Seluruh persendiannya seperti remuk, tulangnya ngilu, dan matanya berat. Ia baru saja memejamkan mata sekitar tiga puluh menit lalu, setelah semalaman Arfan memintanya “melayani”—tiga ronde tanpa jeda. Padahal, sehari sebelumnya Laila sudah kelelahan mengurus rumah, mencuci baju, memasak, dan membersihkan dapur yang penuh piring kotor.

Arfan tak pernah peduli. Baginya, malam adalah waktunya sebagai raja, dan Laila adalah budaknya yang harus siap kapan pun ia mau. Tak ada ruang untuk penolakan, tak ada batas yang dianggapnya wajar.

Laila menarik selimut hingga ke lehernya, berusaha mencuri waktu tidur barang setengah jam lagi. Tapi belum genap sepuluh menit, tangan Arfan kembali bergerak di bawah selimut. Ia menyentuh paha Laila, mengusap pelan tapi penuh maksud. Laila menggeliat pelan, mencoba berpaling ke arah lain.

“Mas, aku lelah... beri aku istirahat sebentar saja, ya...” bisik Laila dengan suara parau dan penuh kantuk.

Namun Arfan seakan tuli. Ia justru mendekat, menciumi leher istrinya perlahan, membisikkan kalimat-kalimat rayuan yang dulu terasa manis, tapi kini hanya membuat tubuh Laila mual. Tangannya terus meraba, cumbuan di leher itu bukan lagi bentuk cinta, tapi tekanan.

“Mas masih pengen, Lay... Bentar aja... kamu manis banget pagi-pagi gini...” ujarnya sambil menarik tubuh Laila lebih dekat.

Laila memejamkan matanya erat-erat. Hatinya menjerit. Ia ingin menolak, ingin marah, ingin berteriak. Tapi mulutnya terkunci oleh ketakutan dan rasa bersalah yang terlalu lama dipelihara.

Kewajiban istri.

Kalimat itu terus bergema di kepalanya.

Bukankah istri memang harus melayani suami? Bukankah menolak berarti dosa? Bukankah perempuan yang baik harus patuh di ranjang?

Tapi... apakah sampai begini?

Tubuhnya mulai menangis. Bukan karena air mata, tapi karena rasa sakit yang datang sebelum waktunya. Luka yang belum kering dipaksa dibuka lagi.

Dan pagi itu pun, untuk keempat kalinya dalam 12 jam terakhir, Laila menyerahkan tubuhnya—bukan karena cinta, tapi karena tak punya pilihan lain.

Usai Arfan pergi ke kantor, Laila hanya duduk di lantai kamar mandi, membiarkan air pancuran membasahi tubuhnya yang kaku dan lelah. Matanya menatap kosong ke keramik yang sudah mulai retak di beberapa sisi.

Tubuhnya bersih, tapi batinnya terasa kotor. Bukan karena suaminya najis. Tapi karena ia merasa seperti benda, dipakai lalu ditinggalkan. Tak ada pelukan setelahnya, tak ada ucapan terima kasih. Hanya perintah dan nafsu.

Setelah mandi, Laila mencoba makan sedikit nasi. Tapi perutnya menolak. Ia hanya meminum teh manis dan duduk di ruang tamu, menyalakan televisi yang suaranya kecil saja, cukup untuk mengusir sepi.

Lalu, handphonenya bergetar. Pesan masuk dari Rani, sahabat lamanya saat kuliah dulu.

“Lail, minggu depan ada reuni kecil di kafe langganan kita. Datang ya. Kangen kamu.”

Laila tersenyum kecil. Sudah lama ia tak bertemu siapa pun. Sejak menikah, Arfan tak suka jika Laila terlalu sering keluar rumah, apalagi bertemu teman lama.

“Aku bukan gadis bebas lagi,” begitu katanya.

Laila menghela napas. Jari-jarinya mengetik balasan pendek.

“InsyaAllah, Ran. Kalau suami izinkan.”

Tak butuh waktu lama, Rani langsung membalas.

“Kalau gak diizinin, kabur aja. Aku culik kamu.”

Laila tertawa kecil, lalu cepat-cepat menghapus chat itu. Takut kalau Arfan melihat dan salah paham. Ia tahu persis, suaminya sangat mudah terbakar cemburu dan curiga.

Hari itu berjalan lambat. Laila membersihkan dapur, mencuci sprei, dan menjemur pakaian. Tubuhnya seperti boneka yang dipaksa bergerak walau nyaris tumbang. Sore hari, ia sempat tertidur di sofa selama setengah jam sebelum suara motor Arfan masuk ke halaman.

Langkah masuk rumah tergesa. Ia langsung menuju kulkas, mengambil air dingin, lalu duduk di kursi makan sambil memainkan HP-nya.

“Gimana hari ini, Mas?” tanya Laila sambil menyuguhkan teh hangat.

Arfan hanya mengangguk. Tidak melihat wajah Laila. Tidak bertanya kabar. Tidak mengatakan “terima kasih”. Semua terasa dingin dan mekanis.

Dan saat malam mulai turun, jantung Laila berdegup lebih kencang.

Ia tahu... malam ini akan terulang lagi.

Pukul sembilan malam, Arfan sudah mulai membuka-buka Youtube, menonton video yang membuat Laila risih. Ia tertawa-tawa sendiri sambil memanggil Laila yang sedang mencuci piring.

“Cepet dong, masuk kamar. Aku nungguin,” ujarnya dari ruang tengah.

Laila menahan diri untuk tidak membanting piring. Tangannya gemetar. Kepalanya sakit.

“Aku haid, Mas,” ucap Laila sambil masuk kamar perlahan.

Arfan memelototinya. “Bohong. Gak ada tuh darah. Kamu lagi cari-cari alasan aja!”

Laila terpaku. Arfan benar-benar tak percaya. Ia membuka lemari, mencari pembalut, bahkan berusaha membuktikan sendiri. Laila bergetar, malu, marah, dan muak.

“Mas, aku capek. Aku manusia. Aku bukan mainan,” ucap Laila lirih.

Arfan hanya menatapnya tajam. “Kalau kamu gak bisa ngelayanin aku, jangan nyalahin aku kalau nanti cari di luar.”

Kalimat itu... lagi. Seperti cambuk yang mencabik-cabik harga dirinya.

Laila masuk ke kamar mandi, mengunci pintu, dan menangis diam-diam. Di balik pintu itu, ia bertanya pada dirinya sendiri: “Ini yang disebut pernikahan suci? Ini yang disebut istri salehah?”

Tubuhnya lelah. Jiwanya hancur. Tapi ia masih bertahan. Karena belum tahu ke mana harus pergi. Karena takut dianggap durhaka. Karena masih berharap—entah pada apa.

Episodes
1 bab 1 :aku ingin tidur,mas
2 aku bukan alat pemuas
3 suara yang tak pernah di dengar
4 telepon pertama itu
5 tamu yang membawa luka lama
6 malam tanpa pilihan
7 campur tangan yang terbungkus kasih
8 saat aku di dengar
9 tuntutan yang terus bertambah
10 aroma cemburu di dapur sempit
11 aroma ketegangan di dapur
12 empati yang salah arti
13 satu kali saja tidak puas
14 ungkapan isi hati laila kepada rani
15 nyalon bersama rani
16 arfan mengajak laila ke kamar
17 tercium bahaya dalam rumah
18 khayalan ranjang bi ratmi
19 peluang di stengah malam
20 kabar dari kampung
21 malam sepi arfan
22 Godaan di meja makan
23 siang itu,di ruang arfan
24 Godaan di siang hari
25 malam yang penuh godaan
26 malam kemenangan bi ratmi
27 bayang bayang kesalahan
28 malam yang penuh rencana bi ratmi
29 malam yang membelenggu
30 kepulangan laila
31 godaan di tengah malam
32 dosa yang membayangi
33 laila dan rasa gelisah
34 rahasia di balik senyum bi ratmi
35 Godaan yang di tolak
36 malam penuh luka
37 strategi kotor
38 terbongkarnya rahasia
39 malam yang menghancurkan
40 malam penuh luka
41 perjalanan pulang arfan dari hotel
42 malam yang penuh dosa
43 Rahasia yang terbongkar
44 malam yang penuh rahasia
45 malam yang membakar rasa bersalah
46 api amarah dan kesombongan
47 rencana ratmi
48 malam yang membuka luka
49 rayuan beracun di balik gelas wine
50 pagi yang membawa malapetaka
51 luka hati yang membawa luka
52 jebakan yang semakin mengikat
53 siasat ratmi dan kegelisahan arfan
54 cinta dalam ancaman
55 gempa di malam dosa
56 nomor baru hidup baru
57 kabar yang mengguncang
58 kabar yang menghantam
59 tuntunan tes DNA
60 ratmi menggempur bu yani
61 tes DNA yang mengguncang
62 hari penentuan
63 tanggung jawab dan hati yang terkorban
64 jalan keluar yang membelenggu
65 tujuh bulanan dalam bayangan gelap
66 acara tujuh bulanan
67 rahasia yang di sembunyikan
68 awal baru untuk laila
Episodes

Updated 68 Episodes

1
bab 1 :aku ingin tidur,mas
2
aku bukan alat pemuas
3
suara yang tak pernah di dengar
4
telepon pertama itu
5
tamu yang membawa luka lama
6
malam tanpa pilihan
7
campur tangan yang terbungkus kasih
8
saat aku di dengar
9
tuntutan yang terus bertambah
10
aroma cemburu di dapur sempit
11
aroma ketegangan di dapur
12
empati yang salah arti
13
satu kali saja tidak puas
14
ungkapan isi hati laila kepada rani
15
nyalon bersama rani
16
arfan mengajak laila ke kamar
17
tercium bahaya dalam rumah
18
khayalan ranjang bi ratmi
19
peluang di stengah malam
20
kabar dari kampung
21
malam sepi arfan
22
Godaan di meja makan
23
siang itu,di ruang arfan
24
Godaan di siang hari
25
malam yang penuh godaan
26
malam kemenangan bi ratmi
27
bayang bayang kesalahan
28
malam yang penuh rencana bi ratmi
29
malam yang membelenggu
30
kepulangan laila
31
godaan di tengah malam
32
dosa yang membayangi
33
laila dan rasa gelisah
34
rahasia di balik senyum bi ratmi
35
Godaan yang di tolak
36
malam penuh luka
37
strategi kotor
38
terbongkarnya rahasia
39
malam yang menghancurkan
40
malam penuh luka
41
perjalanan pulang arfan dari hotel
42
malam yang penuh dosa
43
Rahasia yang terbongkar
44
malam yang penuh rahasia
45
malam yang membakar rasa bersalah
46
api amarah dan kesombongan
47
rencana ratmi
48
malam yang membuka luka
49
rayuan beracun di balik gelas wine
50
pagi yang membawa malapetaka
51
luka hati yang membawa luka
52
jebakan yang semakin mengikat
53
siasat ratmi dan kegelisahan arfan
54
cinta dalam ancaman
55
gempa di malam dosa
56
nomor baru hidup baru
57
kabar yang mengguncang
58
kabar yang menghantam
59
tuntunan tes DNA
60
ratmi menggempur bu yani
61
tes DNA yang mengguncang
62
hari penentuan
63
tanggung jawab dan hati yang terkorban
64
jalan keluar yang membelenggu
65
tujuh bulanan dalam bayangan gelap
66
acara tujuh bulanan
67
rahasia yang di sembunyikan
68
awal baru untuk laila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!