NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BELUM MENIKAH

Setelah hampir satu jam Aurora berada di kantor, nampak William sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.

Dia pulang dengan tangan hampa, sebelum pulang kerumah Aurora mencari panti asuhan Mutiara Hati tempat Alvero dirawat dan tinggal.

Namun mengingat sudah lama Aurora pergi, dia berniat untuk pulang agar Hamida tak lagi cemas menunggunya.

Sesampainya dirumah, Aurora melihat Hamida di depan pintu menunggunya, Aurora merasa bersalah lalu meminta maaf.

"Maafin Aurora ya nek" Ucap Aurora sambil memeluk tubuh Hamida yang nampak lemah.

Bibir Hamida melengkung kebawah menahan air matanya, lalu memeluk Aurora.

Saat diruang tamu, Hamida melihat Aurora dengan tatapan ingin bertanya namun dia bingung apakah ini waktu yang tepat atau tidak.

Melihat ekspresi Hamida, Aurora nampak mengerti bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan padanya.

Aurora berdehem lalu membuka suara.

"Emmmmm,,, nek aku ingin kerja disini agar bisa kumpul sama nenek, jadi nenek tenang aja ya" ucap Aurora sambil menulis lamaran pekerjaan.

Hamida mengangguk lalu tersenyum lega.

"Doain Aurora agar bisa diterima kerja, ini Aurora sudah nulis lamarannya" ucap Aurora sambil memasukkan berkas persyaratan didalam amplop bewarna coklat.

"Malam ini, nenek pengen tidur sama kamu Ra," Pinta Hamida yang selama ini menahan rindu.

Aurora mengangguk, lalu menggandeng tangan Hamida untuk masuk ke kamar.

Aurora memeluk Hamida dengan erat, terlihat Hamida tertidur nyenyak dengan wajah yang tenang.

***

Waktu pagi telah tiba terdengar suara ayam berkokok saling menyahut.

Aurora memakai baju kemeja berlengan pendek dengan celana hitam berbahan kain dan bersepatu bersiap untuk pergi menuju ke kantor yang akan dia lamar.

Aurora merias wajahnya dengan tipis, memberi kesan natural dan segar, ditambah dengan pewarna bibir bewarna pink alami.

Selepas dia keluar dari penjara, Aurora sudah tidak berani lagi menyetir baik mobil maupun sepeda motor sehingga saat dia keluar, dia akan selalu memakai kendaraan umum atau ojek online.

Untuk menghemat biaya hidupnya, Aurora menunggu angkutan umum untuk menuju ke kantor tersebut. Perjalanan yang ditempuh hampir tiga puluh menitan jauh lebih lama dari bayangannya karena angkutan tersebut mancari penumpang dalam perjalanannya.

Sesampainya dikantor, Aurora menyerahkan amplop bewarna coklat ke bagian resepsionis.

"Mbak saya ingin melamar kerja sebagai cleaning service, dan ini lamaran saya," Ucap Aurora dengan sopan dan menyerahkan berkas tersebut.

"Pengumumannya nanti sore ya mbak, karena besok langsung interview" Jawab resepsionis tersebut sambil mengambil berkas yang diberikan oleh Aurora.

Aurora mengangguk dan berlalu pergi sambil matanya menjelajah area sekitarnya berharap bertemu dengan William.

Namun dia tidak menjumpai apa yang dia cari.

Aurora pergi dengan harapan besar agar dapat diterima kerja, namun dia juga sadar diri bahwa dia adalah mantan narapidana.

Hari ini, Aurora berniat untuk mencari alamat panti asuhan tersebut, dia menunggu ojek online dengan duduk dibawah pohon yang rindang didepan kantor tersebut.

Bertepatan dengan Devandra yang akan masuk ke kantor, lalu Devandra menyuruh John untuk berhenti dan memperhatikan Aurora.

"Stop,,, aku mau membuntutinya" ucap Devandra masih memperhatikan Aurora yang lagi mengipas wajahnya karena merasa panas dan berkeringat.

"Pak nanti kita ada rapat dengan PT Abimana pukul,,,,,," John tidak jadi meneruskan kata katanya karena Devandra langsung memicingkan matanya dengan tajam seakan akan ingin menerkam dan memakan John bulat bulat.

"Maaf pak Devan, saya mengerti" Jawab Devandra mengangguk tanda mengerti.

Saat melihat Aurora berdiri dan akan menaiki ojek, Devandra langsung memberikan perintah John untuk mengikutinya.

"Ikuti dia jangan sampai ketinggalan atau kehilangan jejaknya lagi" perintah John dan jari jari tangannya terlihat mengetuk pahanya.

'Lagi,,, apa maksudnya lagi, apa tanpa sepengetahuanku pak Devan pernah mengikutinya' isi dari hati John yang tak mungkin untuk dia suarakan di depan bosnya.

John terlihat berfikir sampai sampai dia tidak sadar jika Devandra sejak tadi memperhatikannya.

"Apa yang kamu pikirkan sampai bengong seperti itu" Sinis Devandra.

"Maaf pak saya kurang fokus" Jawab John yang masih terlihat kaget.

Aurora berhenti di depan panti asuhan Mutiara Hati lalu dia masuk kedalam.

Devandra yakin, dia akan menjenguk anaknya yang telah dia titipkan ke panti asuhan tersebut.

"Maaf pak kita akan menunggu atau kembali ke kantor?, karena pak Abimana sekarang sedang menuju kantor" Tanya John sambil memegang ponsel karena mendapat kabar dari sekretaris Abimana.

"Tunda saja"Jawab Devandra dengan enteng.

Mata John nampak terbelalak tajam dan menelan ludah.

"Bapak bisa kehilangan proyek puluhan milyaran pak," Ucap John mencoba mengingatkan.

Devandra hanya diam lalu melihat Aurora yang keluar dari panti asuhan tersebut sambil membawa secarik kertas.

Aurora terlihat berjalan sempoyongan dan wajahnya basah dibanjiri dengan tangisan.

"Kenapa dia menangis?, coba nanti cari tau" perintah Devandra lagi dan mulai mengikuti Aurora yang sedang berjalan.

Aurora berjalan dengan tatapan yang kosong, dia terus berjalan dan berjalan tanpa arah bahkan saat hujan lebat pun tak ada niatan untuk dia berteduh.

"Sepertinya Bu Aurora pergi ke makam pak" ucap John setelah membuka ponsel, dengan waktu lima menit saja John berhasil mendapatkan informasi bahwa Alvero anak Aurora telah meninggal satu tahun yang lalu.

"Lihat John, tanpa aku membunuh orang tercintanya, Tuhan telah merenggutnya dan aku tidak perlu repot repot mengotori tanganku," ucap Devandra sambil meremas remas kedua tangannya.

Dari kejauhan, Aurora terlihat bersimpuh mengusap batu nisan yang basah karena air hujan.

"Maafkan Ibu nak, Ibu sama sekali tidak menyangka bahwa kamu secepat itu ninggalin Ibu, sekarang ibu harus bagaimana?" Rintih Aurora yang sudah beralih posisi sedang tidur disebelah makam Alvero dalam keadaan hujan lebat.

Aurora menangis sejadi jadinya merasa semua ini hanyalah mimpi.

"Izinkan ibu menumpahkan semuanya hari ini nak, setelah ini Ibu janji akan lebih kuat dan tegar" ucap Aurora sambil terisak.

Melihat hal tersebut membuat perasaan John sangat tidak nyaman sementara Devandra hanya diam menyaksikan dan tak bergeming.

"Balik kekantor sekarang juga" Perintah Devandra yang membuat John kaget karena sedari tadi John menatap nanar Aurora, ada rasa ingin menolong namun tak mungkin dia lakukan.

John sama sekali tak menjawab perintah Devandra namun dia segera menyalakan mobil dan melaju dengan kencang karena mereka sudah terlambat selama hampir lima belas menit.

John mencuri curi pandang ke arah Devandra yang terlihat gelisah.

'Mungkin pak Devan galau karena takut kehilangan uang puluhan milyar itu' bisik John dalam hati, kemudian John menambah kecepatannya agar sampai di kantor lebih cepat.

Pertemuan antara Devandra dengan Abimana nampak berjalan dengan lancar.

Senyum sumringah terlihat jelas di mata Devandra.

'Aku sudah gak sabar melihat bagaimana ekspresimu jika kamu tahu bahwa kamu kerja di perusahaan ku' ucap Devandra dalam hati sambil melihat berkas lamaran milik Aurora.

Yang lebih membuat Devandra dan John terkejut adalah status Aurora yang tertulis belum menikah.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!