Cinta Setelah Benci

Dalam salah satu kamar mewah di dalam villa keluarga Caesar, Ruella mulai membuka matanya yang terasa berat.

“Dimana aku?” Tanyanya dengan suara parau, dia duduk dengan kepala berdenyut-denyut. Pusing sekali. Matanya menatap sekelilingnya, ia menyipitkan matanya ketika melihat sebuah kotak misterius dekat pintu.

Sambil memegangi kepalanya, Ruella turun dari tempat tidur. Kakinya yang telanjang menginjak lantai keramik yang dingin membuatnya menggigil kedinginan.

“Dingin banget disini,” gumamnya tidak nyaman. Dia mengambil kotak tersebut dengan cepat kemudian kembali ke tempat tidur.

Ruella merobek kotak dengan kasar, dia bingung saat melihat sebuah rekaman dan secarik kertas dalam kotak tersebut.

...Rekaman ini adalah bukti malam panas itu, kalau kamu berani mengganggu istriku lagi, rekaman ini akan tersebar ke seluruh dunia. Aku memiliki ribuan rekaman serupa di komputer....

Tangan Ruella gemetaran hebat membaca isi surat. Dia meremas kertas tersebut menjadi bulatan lalu melemparkan ke dinding.

“T-tidak Nando! Tidak! Kamu tidak boleh melakukan ini,” Ruella memutar rekaman dengan panik. Wajahnya memucat melihat isi rekaman.

Dalam rekaman itu dia sedang melakukan hubungan badan dengan dua orang preman yang dia sewa untuk menghancurkan Nicole. Dia tampak agresif dan menikmatinya.

“Nggakkkk! Ini nggak benar!” Ruella berteriak seraya menjambak rambutnya. Matanya memerah saat melemparkan rekaman ke dinding.

PRANG!

Rekaman langsung pecah dan pecahannya berhamburan di lantai.

“Aku nggak terima diginiin.” Ruella mengepalkan tangannya, dia tahu ancaman Nando adalah ancaman serius. Tetapi dia masih memiliki pendukung yang kuat yang bisa membantunya keluar dari masalah ini.

“Aku harus pergi menemui Bibi Sylvia, dia akan menolongku.” Kata Ruella. Dia merapikan rambutnya yang berantakan kemudian meninggalkan tempat itu dengan cepat.

\=\=\=\=

Cindy sedang menikmati uang yang dia dapatkan dari Erlan. Saat ini dia sedang berpesta di sebuah klub malam kelas atas di Limerick.

“Ah! Akhir-akhir ini mendapatkan uang menjadi lebih mudah.” Gumamnya seraya menghisap rokoknya. Dia menghembuskan asap rokok ke depan. “Besok aku harus menemui Thomas Calliope untuk memberikan informasi serupa dan meminta imbalan hotel mewah di pinggir Limerick.”

Dia sudah minum banyak anggur hingga pikirannya sedikit mabuk.

“Ah! Sialan! Nando, kenapa kamu menikah dengan orang lain?” Monolog Cindy meletakkan kepalanya diatas meja. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba sesak.

“Aku beneran cinta sama kamu, sayang sama kamu dan aku cuma mau kamu…” Racaunya sambil kembali mengambil sebotol anggur dan menenggaknya sampai habis.

“Mari kita bertemu,” Cindy bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar dari klub. Dia menyetop taksi yang kebetulan lewat dan masuk kedalamnya dalam keadaan setengah sadar.

“perumahan mewah Balyellan west,” Cindy menyebutkan alamat rumah Nando.

Supir taksi itu hanya mengangguk dan melajukan mobilnya menuju kawasan perumahan mewah Balyellan west.

Dalam keadaan mabuk Cindy meminta sang supir taksi mengantarkannya ke rumah Nando. Setengah jam kemudian Taksi berhenti di depan gerbang sebuah rumah besar, Cindy menyerahkan beberapa lembar uang lalu keluar dari dalam taksi dan berjalan sempoyongan ke gerbang rumah.

"Maaf Nona, anda siapa dan ada keperluan apa?" Tanya satpam rumah yang berjaga malam itu. Dia dan teman penjaganya saling bertatapan.

"Aku pacar Nando, cepat bukakan pintu kalau tidak aku akan memecat kalian! Kalian mau dipecat?." Cindy memaksa matanya yang berat untuk melotot. Dia sangat terganggu dengan kerja lamban pria-pria tua ini, lihat saja nanti kalau dia sudah menikah dengan Nando, dia akan mengganti mereka semua dengan yang masih muda.

"Maaf Nona sepertinya anda sedang mabuk,"

"Aku tidak mabuk! Aku mau bertemu pacarku," bantah Cindy kemudian dia juga mengatakan keinginannya untuk bertemu dengan Nando. Dia menunjuk kedua penjaga rumah dengan jari tengah, “panggil pacarku! Dia akan menggendo-...”

“Huek!” Tiba-tiba saja Cindy membungkuk dan memuntahkan isi perutnya.

“Huwaaaa… aku hamil!!!! Ini anak Nando… huhuhu…” Cindy mengambil muntahannya dengan tangannya kemudian mendekap ke dadanya sambil menangis tersedu-sedu, seolah-olah dia baru saja kehilangan bayinya.

"Aku akan melaporkan pada Tuan," kata salah satu penjaga kemudian berlari ke dalam rumah.

"Nando, sayang, Aku di depan membawa anak kita!"

"Aku datang untuk menemuimu," Cindy terus berteriak.

“Diamlah Nona. Tuan akan segera datang,” kata satpam panik, dia khawatir ada tetangga yang mendengar dan dapat merusak nama baik Tuannya. Jadi untuk mengantisipasi hal itu, dia membuka gerbang dan menutup mulut Cindy agar tidak berteriak lagi.

Sementara itu Nando sedang berada di ruang kerjanya. Dia belum kembali ke kamar karena tidak mau melihat Nicole yang bahagia karena pria lain.

"Kenapa dia selalu mengambil wanitaku?" Gumam Nando penuh kebencian. Dia sangat membenci Erlan, benci semua tentang pria itu.

Nando bermain game di ruang kerjanya untuk menghilangkan beban pikiran. Permainan yang sedang Nando mainkan bernama Last mission - season terakhir dari game berbayar karya seorang hacker terkenal, Dark shines.

Saat dia hampir menang, salah satu penjaga rumah masuk dengan tergesa-gesa.

"Tuan," penjaga itu memanggilnya ragu-ragu.

"Ya," jawab Nando tanpa menoleh.

"Seorang wanita cantik mencari Tuan di gerbang depan,"

"Siapa?" Tanya Nando.

"Saya tidak tahu Tuan. Dia mengatakan kalau dia pacar Tuan,"

Nando mengerutkan dahinya, memberi tembakan terakhir di arena pertempuran. Dia berhasil memenangkan pertandingan. Nando berkata lagi. "Katakan wanita seperti apa yang mengaku-ngaku sebagai pacarku. "

"Wajahnya cantik, dia memakai pakaian ketat dan memiliki rambut merah panjang." Kata satpam menjelaskan ciri-ciri paling mencolok dari Cindy.

“Cindy?” Gumam Nando. Dia mematikan komputernya kemudian berlari keluar dengan terburu-buru.

Dan benar saja dia melihat Cindy yang sudah tertidur pulas di pangkuan satpam rumah. Nando menekan kepalanya yang mendadak sakit.

“Ada apa dengannya?” Tanya Nando berjalan mendekat.

“Sepertinya dia sedang mabuk Tuan. Ekhm… apa benar dia pacar Tuan?” Tanya Satpam dengan berani.

Nando melotot tajam padanya. “Jangan berbicara sembarangan.”

“Maaf Tuan,”

“Dia hanya seorang teman, bawa dia ke dalam.” Perintah Nando. Meskipun Cindy selalu mengejarnya, dan terkadang melakukan hal gila, setidaknya Cindy telah melakukan banyak hal untuknya masa lalu. Nando bukanlah orang yang sombong yang tidak tahu terimakasih, dia memiliki banyak hal bersama Cindy dan bisa dikatakan mereka sudah lama bersahabat.

Nando tidak mungkin membiarkannya Cindy tergeletak pingsan di depan rumahnya.

Mengikuti perintah Tuannya, Satpam rumah membawa Cindy ke kamar tamu di lantai satu.

Kepala pelayan, Deborah, membersihkan kekacauan di tubuh Cindy dan juga mengganti bajunya dengan piyama hangat.

Nando sudah kembali ke kamarnya. Dia berbaring di samping Nicole yang sudah tidur, dengan lembut dia menarik wanita itu ke dekatnya dan memeluknya erat.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💗💗💗...