Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keesokannya
Hari pun kini berganti. Di dalam sebuah kamar, anak muda yang tanpa sengaja mengenakan ramuan milik seorang dukun, baru saja membuka matanya setelah dia tertidur cukup lama. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang ketika anak muda itu terbangun dari tidurnya.
Namun, meskipun sudah bangun, anak muda itu masih merebahkan tubuhnya dia atas kasur yang tergeletak di lantai dan matanya fokus pada layar ponsel yang dia pegang. Sesekali anak muda itu tersenyum ketika pikirannya kembali teringat dengan kenikmatan semalam yang dia lakukan.
"Nanti malam, aku ke rumah mbak Rani lagi apa yah?" gumamnya. Pria itu menelentangkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar. Sesekali dia menghirup aroma ketiaknya sendiri hanya untuk memastikan baunya, yang sudah semakin asam.
"Kalau aku semalam nginap di rumah Mbk Rani, pasti hidung Mbak Rani bakalan tidak mau lepas dari ketiakku," gumam surya lagi. "Gila sih, ketiak sebau ini kok sangat disukai oleh wanita secantik dia."
Pikiran Surya terus berkelana hingga dia teringat dengan dua wanita yang juga tertarik dengann ketiaknya.
"Oh iya, masih ada Mbak Mila dan Fiza," ucapnya. "Mereka bakalan kaya Mbak Rani nggak ya?"
Hati dan pikiran Surya terus bergulat hingga dering suara ponsel mengusik telinga dan anak muda itu pun segera memberi respon. Ternyata panggilan dari sang bos yang meminta Surya untuk datang ke lokasi pernikahan kemarin.
Seketika Surya jadi teringat kalau dia harus turut merapikan dekorasi pengantin karena sudah tidak digunakan. Surya pun memutuskan untuk bangkit dan segera mandi sebelum berangkat ke lokasi.
Ketika waktu sudah menujukkan pukul satu siang lebih beberapa puluh menit, Surya sudah berada di lokasi dan dia langsung turun tangan bersama beberapa rekannya yang sudah datang terlebih dahulu.
Sama seperti Surya, rekan kerjanya juga datangnya di saat waktu sudah siang karena tenda pengantin dan yang lainnya sedang tidak terburu-buru untuk digunakan di tempat lain. Apa lagi sang bos juga memiliki beberapa set tenda pengantin cadangan, jadi semua bisa dikondisikan tanpa harus terburu-buru.
Dengan diiringi canda dan tawa khas para pria, Surya sesekali nampak serius merapikan semua benda ke dalam tenpatnya. Ada beberapa barang yang masih bisa digunakan dan ada pula barang yang harus dibuang, dan itu menjadi tugas Surya setiap kali ada orang yang menggunakan jasanya.
"Sur, penggemarmu datang tuh," celetuk rekan Surya tiba-tiba.
Surya agak terkejut dan dia langsung menoleh ke arah yang ditunjuk rekannya. Ternyata penggemar yang dimaksud adalah Mbak Mila. Wanita itu terlihat menarik meski hanya mengenakan daster dengan panjang selutut.
"Sepertinya dia suka sama kamu ya, Sur," terka Rekan yang sama.
Surya hanya membalasnya dengan senyuman meski dia tahu jawaban yang sebenarnya.
"Kenapa nggak kamu sikat aja sih, Sur, bukankah kamu lagi jomblo?" ucap rekannya lagi yang kebetulan saat ini berada paling dekat dengan Surya.
"Gampang kalau soal itu sih," jawab Surya. "Tapi, bukankah resikonya gede ya, kalau pacaran sama janda?"
"Gede gimana?" tanya rekan kerja sekilas menatap lawan bicaranya.
"Mereka kan berpengalaman tentang pernikahan dan rumah tangga. Kalau nanti aku buru-buru diajak menikah gimana?"
Sang rekan nampak tercenung beberapa saat, lalu tak lama setelahnya dia malah tertawa. "Ya udah kamu nikahin aja."
"Enak banget kalau ngomong," sungut Surya. "Mau ngasih nafkah dengan apa, kerjaan aja belum jelas."
Dang rekan sontak cengengesan. "Tapi kan enak pacaran sama janda, Sur," uajrnya. "Kalau kamu lagi pengin digoyang, kamu tinggal ngomong, fia pasti nggak bakalan jual mahal."
Bibir surya langsung mencebik meski dalam benak pria itu memiliki sebuah niat yang sudah dia siapkan untuk janda cantik bernama Mila.
Sementara itu di tempat lain.
"Gimana? Belum ketemu juga?" tanya seorang pria tua kepada dua pria yang usianya lebih muda. Dua pria itu kembali menemui pria tua yang berprofesi sebagai dukun dan mereka datang untuk meluapkan keluhan.
"Belum, Mbah," jawab salah satu pria, yang hari ini mengenakan kemeja batik. "Bingung kita, Mbah, benar-benar nggak ada petunjuk lain yang lebih akurat untuk menemui orang itu."
Pria yang dipanggil Mbah mengangguk paham. "Apa kalian nggak mencari anak muda itu di sekitar mini market?' ujar si Mbah. "Mungki saja rumah anak itu tak jauh dari mini market?"
"Sudah kami lakukan, Mbah, dan hasilnya mengecewakan," ujar pria berkemeja batik. "Apa lagi dia datang naik motor, pasti dia berasal dari tempat yang cukup jauh."
"Ya nggak jauh jauh banget sih kayanya," jawab pria lain yang mengenakan kaos putih. "Soalnya, kata kasir mini market, tak lama setelah kita pergi anak itu balik lagi dan mencari obat batuk miliknya. Tapi kan kita nggak tahu dia datang dari arah mana, sebab di sekitar daerah itu, ada empat kampung dan satu kampung terdiri dari sepuluh Rw lebih. Jadi akan sangat sulit kalau kita harus mendatangi satu persatu?"
Si Mbah kembali mengangguk. "Tapi bagaimanapun juga ramuan itu harus kalian temukan," ucap Si mbah. "Kalau ramuan itu nggak dipakai, mungkin kita akan tetap aman. Tapi kalau ramuan itu dipakai, kita juga akan terkena imbasnya nanti."
"Hah!" dua pria itu terkejut mendengarnya. "Kita terkena imbasnya? kok bisa, Mbah?" tanya pria berkaos putih.
"Karena sebenarnya ramuan itu dibuat khusus atas nama kalian," jawab si mbah. "Jika ramuan itu digunakan orang lain dan suatu saat pengaruh peletnya luntur akibat melanggar pantangan, kalian akan turut menerima efek sampingnya. Kalian bisa saja dibenci oleh orang orang yang sudah kalian targetkan."
"Walah, kok bisa begitu, Mbah?" tanya pria berkemeja batik. "kok aneh banget ya."
"Pakai pelet aja udah aneh, ya wajar kalau dampaknya juga akan aneh," balas Si mbah agak kesal. "Paling tidak pastikan dulu kalau ramuan itu tidak dipakai. Kalau pun sudah dipakai, maka orang yang memakainya, bakalan dapat masalah juga nantinya."
"Masalah apa. Mbah?" tanya pria berkaos putih.
"Kalau yang menggunakan ramuan adalah laki-laki, dia akan selalu dikejar oleh wanita yang menyukai ketiaknya. Tapi kalau yang menggunakan wanita, maka wanita itu yang akan terus dikejar oleh pria."
"Iya juga ya? Apalagi jika yang menggunakan ramuan itu sudah berumah tangga, wahh, bisa semakin bahaya," ujar pria berkemeja batik.
"Maka itu, demi keamanan bersama dan demi meluruskan tujuan diawal, kalian harus bisa memastikan kedaan ramuan itu. Jangan sampai ini menjadi masalah besar yang nantinya akan tersorot kamera dan viral. Yang rugi kita juga jika masalah ini sampai diselidiki."
"Walah," seru pria berkaos putih. "Baiklah, Mbah, secepatnya kita akan menemukan anak itu."
Si Mbah mengiyakan dan dia sangat mendukung keputusan dua pria itu.