Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cukup Lupakan Hari Ini
"Aku lelah Sam Kawter. Kau membuatku tertekan. Aku diam salah, aku bicara juga salah. Aku melakukan sesuatu kau marah, tidak melakukan apapun juga kau marah. Lalu aku harus bagaimana??"
"Apa ini salahku? Adikmu yang menculik ku tapi mengapa kau marah padaku? Mengapa kalian membuatku seperti ini? Mengapa menghancurkan satu-satunya hidup yang aku miliki??"
Alia menangis dengan tubuh bergetar. Lelah. Ia menumpahkan semua rasa sakit yang ada di hatinya.
"Kalian sama saja, selalu membuatku menderita. Padahal aku selalu berusaha melakukan apapun dengan sebaik mungkin. Aku tak pernah banyak protes, meskipun kalian menyakiti aku. Tapi kenapa hidupku selalu menderita?"
"Aku tidak mendapatkan kasih sayang orang tua ku, karena mereka telah tiada. Aku ikut paman dan bibiku, tapi ternyata mereka memperlakukanku seperti pembantu. Aku ingin cepat lulus kuliah dan belajar giat agar kelak dapat pekerjaan yang baik, tapi ternyata Devan menyakitiku dan membuatku hancur. Aku ingin pergi darinya, tapi mengapa aku malah bertemu denganmu, menjadi tawananmu, selalu dihina dan dimarahi hampir setiap hari. Apa kau pikir aku tak punya hati?"
"Aku hanya ingin hidup lebih baik seperti orang-orang. Tapi kenapa kalian memperlakukan aku seperti ini hanya karena kalian memiliki kekuasaan???" teriak Alia seraya menangis tersedu-sedu.
Tangisnya pecah. Air mata mengalir begitu saja, seolah menjadi satu-satunya cara untuk meluapkan segala rasa yang selama ini Alia pendam rapat-rapat. Sesak di dadanya tak lagi mampu ia redam.
Setiap isakan seakan menggambarkan betapa berat beban yang harus ia pikul. Kini, semua pertahanan runtuh, meninggalkan dirinya terpuruk dalam kesedihan.
Sam terdiam. Ia hanya memperhatikan tangisan Alia. Mendengar penderitaan gadis di hadapannya ini dan airmata yang ditumpahkan begitu saja, membuat hatinya tersentuh. Tiba-tiba saja ia merasa kasihan melihat Alia.
Sepertinya ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Devan. Atau Devan telah menyakiti Alia?
Tanpa banyak kata, Sam tiba-tiba menarik Alia ke dalam pelukannya. Alia pun tersentak, tubuhnya terperangkap dalam dekapan hangat Sam. Jantungnya berdegup tak beraturan, sementara wajahnya kini terbenam di dada bidang Sam Kawter.
Alia bisa merasakan detak jantung pria itu, kuat dan stabil, seolah ingin menenangkan gejolak hatinya yang kacau.
"Bibirmu kecil tapi suaramu sangat nyaring ya. Kau terlalu cengeng dan berisik!" ucap Sam.
Padahal ia merasa kasihan pada Alia, tapi bibirnya tak mampu mengeluarkan kata-kata yang manis.
Alia pun menumpahkan tangisannya di sana. Hingga tanpa sadar membuat baju Sam basah karena airmata nya.
Sam pun membiarkan hal itu. Ia malah membelai rambut Alia dengan lembut.
"Menangislah, kau memang seharusnya hanya menangis di hadapanku, Alia. Tidak apa-apa, kau hanya cukup melupakan hari ini saja dan kau tak akan lagi menderita," tutur Sam.
Melihat dan mendengar semua ini, membuat Sam semakin ingin melindungi Alia.
'Apakah aku keterlaluan kepadanya?' batin Sam bertanya-tanya.
Di sisi lain...
Devan baru saja kembali ke apartemen, setelah tadi ia sempat pergi menenangkan diri dari emosinya kepada Alia. Namun ia merasa heran mengapa pengawalnya tidur di lantai depan unitnya?
"Hei bangun!" teriak Devan
"Bangun bodoh!!" Devan menyentuh mereka menggunakan kakinya
Mereka pun terbangun, dan terkejut melihat Devan menatapnya.
"Sedang apa tidur di sini?" tanya Devan geram.
"Ma—maaf Tuan, tiba-tiba tadi kami merasa mengantuk, seperti ada sesuatu yang membuat kami ingin tidur," sahut pengawal itu.
"Ah alasan!" sahut Devan kesal.
Baru saja Devan ingin membuka pintu, ia pun seperti menyadari sesuatu. Tidak mungkin kan seluruh pengawalnya tidur di waktu yang bersamaan?
Ini pasti jebakan. Ini pasti ada yang membuatnya.
"Alia..." tiba-tiba pikirannya tertuju pada gadis yang sedang ia tawan di dalam apartemennya.
Devan pun segera membuka pintu apartemennya, lalu masuk dengan tergesa.
"Alia..." panggil Devan.
"Al..?"
Pria itu mencari ke seluruh ruangan, namun tak menemukan sosoknya.
"Alia!!" teriak Devan frustasi.
Ia mengusap wajahnya kasar. Baru saja mendapatkan Alia di sisinya, kini gadis itu menghilang kembali?
Devan sedikit tercekat melihat serpihan vas bunga berserakan. Kemudian ia pun duduk di sofa, mencoba memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Tidak mungkin Alia bisa menembus pertahanan yang aku buat di tempat ini. Kecuali jika ada yang melakukannya. Orang yang kuat melebihi kekuasaan ku.
Sam Kawter, ini pasti ulahnya.
"Brengsek!!"
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat