Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.
Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.
Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Kenzie yang panik bahkan sampai menampik ponsel Zema hingga ponsel itu jatuh dan mati karena membentur aspal.
Zema tentu tak panik sebab, itu ponsel lamanya. Dia tak mungkin sebodoh itu hingga tak menyalin video ke ponsel lainnya.
Atta sendiri masih mematung. Pikirannya tiba-tiba kosong.
Zema mengambil ponselnya dan pergi dari hadapan keduanya.
Di dalam mobil, Intan mendengus kesal. "Sayang suami kamu ngga bisa dituntut, karena ngga ada bukti kalau kamu dipaksa. Mereka benar-benar licik Zem!"
"Sudahlah, bukankah dulu kamu pernah bilang, kalau masalahku akan selesai, kalau aku setuju bercerai dengan damai? Mungkin Tuhan memang ingin berakhir seperti ini—"
"Setidaknya mereka bisa mendapatkan sedikit pelajaran."
Meski tidak puas dengan hasilnya, karena mau bagaimana pun, pengadilan butuh bukti kuat, sedangkan untuk proses penjebakkan jelas susah dibuktikan.
Namun Zema tak ingin ambil pusing lagi. Setidaknya, Luthfi sudah pasti di pecat dan lisensi kedokterannya akan dia pastikan dicabut, sebab Zema akan melaporkan Luthfi atas pasal kode etik.
Zema juga sedikit puas karena pengacarannya bisa mengusahakan penggantian finansial yang cukup besar untuknya karena telah menjadi ibu pengganti.
Hatinya sedikit lega. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Tak mungkin dia mendapatkan semuanya.
Lalu mengenai Leora, dia akan mendapatkan hak asuh atasnya. Entah benih siapa, setidaknya dialah yang mengandungnya.
Ini juga sebagai pelajaran bagi Atta dan Kenzie.
Saat kembali ke apartemennya, di sana sudah ada Bi Atma yang memang Zema panggil untuk mengasuh Leora. Setidaknya Bi Atma sudah biasa merawat anaknya sejak kecil, jadi dia berharap Leora akan nyaman tinggal bersamanya.
"Nyonya," panggil Bi Atma dengan wajah cemas.
"Kenapa Bi?"
"Itu Nya, Non Ara, dia murung terus. Ngga mau makan, ngga semangat gitu," jelasnya lirih.
Zema menarik napas panjang, dia lantas menatap kamar putrinya yang telah dia desain sedemikian rupa agar Leora mau tinggal di sana sementara.
Dia akhirmya pergi ke kamar sang putri. Di sana terlihat Leora sedang berada di depan meja belajarnya.
Saat Zema masuk, Leora yang sepertinya tengah fokus tak menyadari kedatangannya.
Zema mendekatinya, hatinya kembali sedih saat melihat ternyata Leora sedang menggambar sesuatu. Sebuah gambar keluarga dengan berisikan tiga orang di dalamnya.
Ada nama masing-masing di sana, sayangnya Leora menuliskan nama Bunda bukan mamah seperti panggilannya.
Semua jelas membuktikan jika Leora lebih menginginkan tinggal bersama Atta dan Kenzie, bukan dengannya.
"Ara sayang?" panggil Zema lembut.
Leora menoleh dan menatap Zema dengan wajah murungnya.
"Ara kenapa?"
"Ara kangen ayah sama bunda, kapan kita pulang mah?"
Zema menatap sendu wajah putri yang dia lahirkan dengan penuh perjuangan itu.
"Kenapa Ara ngga mau sama mamah?"
Leora menunduk, anak perempuan itu terlihat bingung bagaimana menjawab pertanyaan ibunya.
"Ara ngga sayang mamah?"
Leora lantas kembali menatap Zema, "Ara sayang mamah. Mamah selalu beliin Ara mainan dan makanan yang enak-enak, tapi kata ayah sama Bunda, Ara bukan anak mamah."
Zema tercekat, bahkan Atta sudah mengatakan kebenaran itu pada anak mereka.
"Apa benar Ara bukan anak mamah? Apa karena itu mamah suka sekali ninggalin Ara mah?"
Zema merapikan poni Leora dan menyelipkan rambut panjangnya ke telinga.
"Ara dengarkan mamah, Ara anak mamah, maaf kalau selama ini mamah sering ninggalin Ara, kerjaan mamah memang diluar kota. Makanya sekarang mamah mau ajak Ara ke kota tempat kerja mamah, Ara mau kan?"
"Ara mau, tapi ajak ayah sama Bunda, nenek dan tante Jiny ya mah," tawarnya.
"Ara ... Mamah sama ayah mau berpisah, cuma Ara yang mamah punya, Ara maukan sayang?"
"Jadi mamah mau pisah sama Ayah? Mamah mau pisahin Ara sama ayah dan Bunda? Enggak! Ara ngga mau, mamah jahat, mamah aja yang pergi, Ara mau ikut ayah sama Bunda," pekiknya lalu mendorong Zema hingga jatuh terjengkang kebelakang.
Gadis kecil itu lantas berlari mencari pengasuhnya. Sesampainya dia bertemu dengan Atma, Leora kembali merengek minta diantarkan pulang ke rumah ayahnya.
Zema yang masih di kamar Leora hanya bisa termenung. Jika dia mengambil hak asuh Leora, jelas hal itu akan menjadi pukulan telak untuk Atta dan Kenzie. Dia yakin bisa menyakiti keduannya. Namun apa kelak Leora tak akan membencinya?
Zema dirundung kebingungan. Ada sisi egois dalam dirinya ingin membalas keduanya dengan cara itu.
Akan tetapi nuraninya sebagai seorang ibu tahu kalau Leora yang akan tersakiti di sana pastinya.
.
.
Di rumah Atta, Kenzie sedang berusaha menjelaskan kepada Atta yang memilih diam sejak mereka pulang dari kantor polisi.
"Atta, kamu jangan percaya begitu aja, itu pasti akal-akalan Zema aja."
Tak lama ibunda Atta datang dengan tergesa-gesa. "Ada apa ini Atta, kenapa mamah ikut dipanggil. Zema benar-benar melaporkan kita? Mamah ngga tahu apa-apa!"
"Mamah ikut diperiksa? Sama Jiny juga?"
"Iya sama kenalan papahmu yang polisi itu juga. Ta mamah benar-benar takut," ucap ibunya sembari melirik Kenzie dengan geram.
"Memang apa yang kalian katakan di sana?"
Ibunda Atta mengingat kembali penjelasan polisi yang merupakan kenalan suaminya. Dulu demi bisa menekan Dery agar mau mengaku, suaminya bahkan mengatakan jika polisi itu merupakan saudara jauh mereka.
Namun saat dimintai keterangan, ayah Atta saat itu hanya merasa miris dengan keadaan kekasih putranya dan meminta polisi itu untuk mencoba menakuti Dery.
Sayangnya polisi itu memberikan jawaban yang kurang memuaskan bagi ayah Atta. Polisi itu mengatakan jika sepertinya bukan Dery pelakunya.
Hal yang paling membuatnya tercengang adalah, ternyata Luthfi justru mengambil kesempatan itu untuk menekan Dery dengan orang suruhan yang mengaku-ngaku sebagai seorang petugas dan melakukan kekerasan yang tak manusiawi pada Dery.
Polisi kenalan ayah Atta jelas mengelak karena dia tak terlibat.
Yang terjadi justru ayah Atta mengetahu kejadian itu dan ketakutan hingga membuatnya terkena serangan jantung karena takut semua akan menyalahkannya.
Saat serangan jantung pertama, ayah Atta menjelaskan hal yang terjadi pada polisi itu, bahkan Luthfi mengancam ayah Atta jika semua ini adalah karena permintaan ayah Atta sendiri yang memang tak puas dengan laporan polisi kenalannya yang mengatakan jika Dery sepertinya tidak bersalah.
Semua kebejatan Luthfi memang tanpa sepengetahuan ayah Atta, tapi Luthfi pandai memanipulasi ayah Atta hingga bisa menyudutkan lelaki itu.
Ibunda Atta menceritakan segalanya. Kini Atta tahu kenapa Dery bisa gila. Ternyata bukan karena perasaan bersalah yang amat sangat, tapi karena kekerasan yang dia alami.
Semua orang rela berkorban demi kebohongan Kenzie dan dia menyadari kebodohannya saat itu. Cinta benar-benar telah membutakannya.
"Ini pasti perbuatanmu kan!" pekik ibunda Atta pada Kenzie.
"Mah, aku ngga tahu apa-apa. Ini semua akal-akalan Luthfi, kita ngga tahu alasan apa yang dia sembunyikan. Bahkan rencana menjadikan Zema ibu penggantikan juga rencana dia mah, sungguh kita semua dijebak sama dia," jelas Kenzie takut-takut.
"Kenapa kamu memfitnah Dery? Kamu diperkosa oleh orang lain, kenapa harus Dery!" pekik Atta kesal.
Kenzie menggeleng, jika kembali mengingat hal itu hatinya masih merasa trauma. Penyiksaan yang Alex lakukan padanya benar-benar keji, hingga membuat dia selalu merasa cemas berlebihan hingga berkeringat dingin jika mengingat nama itu.
"Memang kamu tahu siapa pemerkosa dia Ta?" tanya ibundanya penasaran.
"Dia dipakai beramai-ramai diclub malam mah. Aku ngga tahu itu semua atas persetujuannya atau dia benar-benar diperkosa!"
Kenzie menatap tak percaya pada ucapan Atta. Lelaki yang selalu lembut padanya kini bahkan menatapnya dengan sinis.
"Pantaslah Zema akan menuntut kita Ta. Ternyata selama ini kita telah membela orang yang salah."
"Lalu masalah ibu penganti bagaimana Ta?"
Ibunda Atta memang bisa bernapas lega karena mereka semua tak terbukti terlibat dengan kejahatan yang Luthfi lakukan terhadap Dery.
Namun dia khawatir karena masalah ibu penggangi juga bisa jadi masalah serius.
"Kita ngga bisa dituntut, sebab ada surat persetujuan dari Zema. Sayangnya dia bisa menggugat kita secara perdata dan meminta uang pengganti yang cukup besar karena tetap merasa ditipu. Apalagi alasanya didukung sama pihak rumah sakit, yang memang kita larang untuk memberitahukan masalah proses bayi tabung itu."
"Berapa uang yang dia minta?"
"Satu milyar."
"Bukankah kamu sudah menyiapkan uangnya? Ada berapa sekarang?"
Ibunda Atta tahu sejak dulu kalau anaknya tengah berjaga-jaga menyiapkan dana untuk gugatan Zema.
Dulu mereka berpikir Zema tak akan memiliki uang dan akses untuk melakukan itu, tapi tetap Atta berjaga-jaga karena saran dari Luthfi juga, sayangnya semua prediksi mereka meleset.
Zema yang mereka kenal tak sebodoh dan selemah itu.
"Uang itu ada di Luthfi mah, sayangnya Luthfi sendiri buron dan ngga tahu ada di mana dia sekarang," jawab Atta pelan.
Tak lama suara ketukan dipintu membuat ketiganya menoleh. Atta bangkit untuk melihat tamunya.
Dia berharap Zema mau membawa anaknya pulang, karena bagaimana pun hanya Leora satu-satunya keturunan yang dia punya.
Sayangnya tamu di depannya ini bukanlah orang yang dia kenal, tapi justru Kenzie lah yang menatap orang itu dengan mata terbelalak.
"Selamat sore, saya asisten pak Salman, saya datang untuk menyerahkan dokumen perceraian pada ibu Kenzie harap segera di tanda tangani Bu, saya akan menunggunya."
"Apa? Surat cerai? Apa maksudnya ini Ta?" cecar ibunda Atta bingung.
Posisi Kenzie makin terjepit, sekarang bahkan ibu mertuanya tahu akan belangnya.
"Ini surat cerai dari Pak Salman selaku suami ibu Kenzie, Bu," jelas asisten Salman.
"Ja- Jadi kamu sudah menikah Zie? Lalu kamu?"
Brak.
Karena tak kuat mendapati kenyataan pahit yang menimpanya secara bertubi-tubi, ibunda Atta lantas jatuh tak sadarkan diri.
.
.
.
Lanjut
Karma memang tak Semanis kurma