Huang Se Se, Putri keluarga kaya yang lahir di tahun 2200. Gadis cantik yang memiliki ilmu bela diri dan pengobatan. Dia adalah seorang pemimpin pasukan khusus di sebuah organisasi militer.
Pada malam pernikahannya, dia diberi obat bius oleh suaminya. Dia meninggal dalam penyesalan dan membawa dendam yang sangat besar.
Gadis itu mengira kehidupannya telah berakhir, namun saat dia membuka matanya, dia mendapat kesempatan baru untuk hidup di dunia yang berbeda, status yang berbeda, tubuh yang berbeda tetapi dengan nama yang sama.
Huang Se Se dilahirkan kembali ke tubuh seorang putri Perdana Menteri di jaman ribuan tahun yang lalu. Putri yang dirumorkan sombong dan angkuh.
Dia mendapat perintah dari Kaisar untuk menikah dengan Raja Wei yang terkenal dengan sifat kejam dan sadis.
Hidupnya penuh dengan luka, banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuhnya. Ibu tiri dan kedua adik tirinya selalu mencari cara untuk membuatnya menderita.
Bagaimanakah perjalanan hidupnya?
Yang penasaran ayo segera dibaca ✌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Lagi Dengannya...
Raja Wei membawa gadis itu kesebuah kedai. Dia meminta pelayan membawakan beberapa makanan dan sepoci teh.
Mereka duduk tanpa bersuara. Pelayan masuk mengantarkan minuman dan makanan. Raja Wei mulai menyantap makanan tersebut, sementara sang gadis hanya melihat pria didepan menikmati makanannya.
Selesai makan, Raja Wei menatap sang gadis dengan mata setajam singa yang hendak menerkam mangsanya.
"Siapa namamu?"
"...."
"Apa kau bisu?" tanya Raja Wei yang melihat gadis didepannya tidak menjawab.
"Florence."
"Apa? Flo...? tanya Raja Wei kesulitan menyebut nama gadis itu.
"Flo... rence...." Ulang sang gadis mengucapkannya pelan.
"Florence? Dari mana asalmu?"
"Saya datang dari negara yang jauh. Yang Mulia mungkin tidak pernah mendengar nama negara itu."
"Apa kau pernah kehutan dan menyelamatkan seorang pria yang terluka disana?" tanya Raja Wei tanpa basa basi lagi.
"Bagaimana dia tau aku pernah menyelamatkan seorang pria dihutan? Apakah pria itu musuhnya? Bagaimana aku harus menjawabnya?" Banyak pertanyaan muncul dibenak sang gadis.
Raja Wei mengambil cangkir dan menyesap teh. Dia masih menunggu jawaban dari gadis didepannya.
"Maaf, saya tidak tau apa yang sedang Yang Mulia tanyakan. Saya tidak pernah menyelamatkan siapapun didalam hutan." jawabnya berbohong.
Raja Wei menatap lekat wajah gadis itu, dengan cepat menarik cadar yang dipakainya. Sang gadis terkejut dan berdiri melangkah mundur namun cadarnya sudah terlepas. Dia menutup wajahnya dengan lengannya yang memakai hanfu panjang, kemudian berlari kearah jendela dan pergi dari sana dengan segera.
Raja Wei berusaha mengejarnya tapi sesaat kemudian bayangan gadis itu sudah menghilang.
Raja Wei kembali ke istana Matahari untuk menemui Putra Mahkota. "Hormat saya pada Yang Mulia Putra Mahkota...!
"Tidak perlu memberi salam pada saya Paman." jawab Putra Mahkota yang duduk diujung tempat tidurnya.
"Apa yang membawa Paman kemari?" tanya Putra Mahkota pada Raja Wei
"Saya ingin mencari tau tentang gadis yang mengobati Putra Mahkota. Apakah Putra Mahkota mengenalnya?"
"Saya tidak mengenalnya. Gadis itu membaca pengumuman di depan tembok istana dan kemudian datang kemari. Tidak ada yang tau identitas gadis itu." Putra Mahkota melihat ke botol obat disudut tempat tidurnya.
Raja Wei menyadari keponakannya sedang menatap sesuatu. Dia mengikuti arah pandangan pemuda itu. Dengan langkah besar, dia berjalan ke arah pandangan itu dan mengambil botol itu dari sana.
Putra Mahkota menatapnya heran kemudian bertanya, "Paman... ada apa dengan botol itu? Sepertinya Paman sangat terkejut melihatnya."
Raja Wei mengeluarkan sebotol obat dari lengan bajunya dan memperlihatkan obat itu pada Putra Mahkota. Botolnya hampir mirip tapi obat didalamnya berbeda.
"Obat ini diberikan seorang gadis yang menolongku saat dihutan. Aku sedang mencari gadis itu, tapi dia tidak ditemukan dimanapun walau sudah seminggu mencarinya. Sekarang... tiba-tiba dia muncul di istana" jelas Raja Wei.
"Jika dia menyelamatkan Paman, bukankah itu artinya dia berjasa? Jika gadis itu tidak ingin bertemu dengan Paman, saya rasa sebaiknya Paman jangan memaksanya."
"Semalam aku menyelamatkannya dari para pembunuh saat dia keluar dari istana. Nyawanya sedang dalam bahaya. Aku harus menemukan dan melindunginya." Jelas Raja Wei dengan wajah khawatir.
"Flo menjadi target pembunuh?" tanya Putra Mahkota terkejut mendengar hal itu.
"Benar, dia dikejar para pembunuh yang terlatih. Tapi pembunuh itu bunuh diri sebelum di introgasi."
"Sepertinya saya tau siapa orang yang ingin membunuhnya." Putra Mahkota terlihat menahan amarahnya.
Raja Wei memegang pundak pemuda itu, "Aku akan melindunginya"
"Paman... Dia... dia..." Putra Mahkota kesulitan melanjutkan perkataannya. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Selir Fei?" tanya Raja Wei.
Putra Mahkota terkejut dan segera menatap ke arah Pamannya. Kemudian dia bertanya "Paman mengetahuinya?"
"Aku sudah tau dari awal, perempuan itu sangatlah licik. Dia menggunakan insiden Pangeran 4 yang terjatuh dari pohon untuk membuatmu lumpuh. Tapi aku tidak tau bahwa dia bisa menggunakan racun."
Raja Wei memberi hormat pada Putra Mahkota dan kemudian pergi dari sana.
Putra Mahkota duduk memikirkan kejadian-kejadian yang telah dialaminya sejak masa kecil. Mulai dari Selir Fei yang sering mengunjungi istana nya sampai Pangeran ke 4 yang terjatuh dari pohon.
Memikirkan kembali semua hal itu, membuatnya sadar bahwa kebaikan yang ditunjukkan Selir Fei hanya rencana yang disusun perempuan itu untuk mencelakainya. Dia mengepalkan tangannya menahan amarah dan kesedihan luar biasa dihatinya.
Sejak kecil Putra Mahkota diasuh oleh Selir Fei karena ibu kandung Putra Mahkota meninggal saat melahirkan. Ibu kandung Putra Mahkota adalah Ratu sebelumnya. Selir Fei berhubungan baik dengan Ratu terdahulu. Setelah Ratu meninggal, Putra Mahkota dibesarkan oleh Selir Fei.
Tapi itu semua hanyalah sandiwara Selir Fei. Semua kebaikan yang ditunjukkan Selir Fei hanya untuk menghilangkan kecurigaan orang-orang. Selir Fei yang telah meracuninya sampai sekarang.
ISTANA SELIR FEI
"Dasar sampah tidak berguna, mengurus seorang gadis saja tidak becus" maki Selir Fei dihadapan pengawalnya.
"Maafkan hamba Nyonya, Raja Wei membawa gadis itu pergi. Hamba tidak berani bertindak gegabah."
"Segera habisi gadis itu sebelum Putra Mahkota disembuhkan." Ucap Selir Fei dengan mata memerah memendam amarah.
"Baik Nyonya."
**********
Sementara itu sang gadis yang dicari sedang mandi dikamarnya. Dia memejamkan matanya memikirkan pertemuannya tadi dengan Raja Wei. Kenapa dia mencariku? itulah pertanyaan yang tidak bisa ditebaknya.
Pernikahannya dengan Raja Wei tinggal dua minggu lagi. Dia harus segera menyembuhkan Putra Mahkota dan meminta pernikahan itu dibatalkan. Merasa puas telah berendam lama, sang gadis berdiri memakai bajunya setelah mengeringkan tubuh dengan sepotong kain.
Dia memutar cincinnya dan kemudian keluar dari tembok seperti yang dilakukannya beberapa hari ini. Dia berkeliling dipasar malam mencari obat-obatan yang dibutuhkan untuk membuat penawar racun.
Walaupun darahnya bisa dipakai sebagai penawar, dia tidak boleh mengungkapkan rahasia itu didepan orang. Saat melewati sebuah tempat hiburan, matanya bertemu dengan mata seorang pemuda yang dia kenali wajahnya.
Pemuda itu segera turun melompati jendela dan menghentikan langkah gadis itu. Dia sangat senang bertemu gadis itu disana.
"Nona, kita bertemu lagi..." ucapnya sambil tersenyum cerah.
Raja Wei sedang melakukan penyamaran ditempat hiburan untuk menyelidiki kasus hilangnya gadis-gadis muda belakangan ini. Dia mengenakan pakaian bangsawan biasa dan melepas topengnya.
Sese tidak menyadari pemuda itu adalah Raja Wei. Dia tersenyum ramah dan menyapa pemuda itu.
"Apa luka Tuan sudah sembuh?"
"Saya baik-baik saja berkat Nona. Sebagai tanda terimakasih, saya harap Nona tidak keberatan untuk makan bersama saya." ajak Raja Wei.
Sese merasa tidak perlu membalas budinya. Dia hanya kebetulan menolong pemuda itu dihutan dan tidak mengharapkan balas jasa apapun. Namun karena perutnya juga merasa lapar, dia tidak menolak tawaran pemuda didepannya.
Pelayan mengantarkan beberapa lauk dan nasi kemudian pergi meninggalkan tamu nya di ruangan pribadi.
"Silahkan dimakan..." ucap Raja Wei tersenyum ramah.
"Terimakasih"
Tanpa malu-malu Sese menghabiskan semua makanan dimeja. Raja Wei sedikit terkejut melihatnya makan dengan lahap tanpa perduli untuk menjaga sikapnya.
Seorang gadis biasanya akan menjaga sikapnya didepan pemuda, apalagi jika pemuda itu tampan. Namun gadis didepannya sangat berbeda. Dia melihatnya membunuh kumpulan serigala dan sekarang melihatnya makan dengan lahap.
Raja Wei tersenyum, sang gadis yang sejak tadi diamati akhirnya melirik ke arah pemuda itu kemudian bertanya "Apa ada sesuatu diwajahku?"
"Saya hanya terkejut karena ini pertama kali melihat gadis yang makan dengan begitu lahap." jawab Raja Wei sambil tersenyum.
"Ini semua gara-gara Raja Wei yang bodoh itu!" jawab Sese tanpa menyadari orang yang dia sebut bodoh sedang berada didepannya.
"Uhukkk uhukkk...." Raja Wei yang sedang minum teh tersedak mendengar dirinya disebut bodoh.