Bagaimana jadinya jika kamu harus menanggung dendam dari masalah yang tidak pernah kau perbuat sama sekali.
Amanda Monata, terpaksa menjadi tawanan bos ayahnya karena sang kakak yang pergi melarikan diri saat pesta pertunangannya dengan pria tersebut hingga membuat dirinya lah yang menanggung semua beban dan hutang milik ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Perkenalan Publik
Arthur sudah menunggu Amanda dengan gelisah karena sudah lebih dari satu jam dia menunggu wanita itu tapi hingga saat ini belum juga keluar.
Saat dia hendak kembali naik ke lantai 2 untuk menghampiri kamarnya tiba-tiba saja dia melihat Amanda yang baru saja turun.
Arthur terus saja menatap Amanda, sampai wanita itu sudah sampai di depan dan saat ini.
"Maaf, karena membuat Tuan lama menunggu," ucap Amanda dengan lembut tapi tidak di tanggapi lebih oleh Arthur yang kembali mengatakan kata-kata pedasnya.
"Kau jangan sampai lama aku tidak akan berubah jati dirimu! Kau akan tetap terlihat miskin!"
"Maaf," ucapnya lagi karena telah membuat pria itu marah karenanya.
Arthur sudah pergi lebih dulu meninggalkannya dan Amanda harus siap untuk mengikuti laki-laki itu. Dia juga ikut masuk ke dalam mobil yang sama dengan Arthur. Entah apa yang laki-laki itu rencanakan untuknya, tapi yang pasti itu rencana balas dendam yang akan sangat menyakitkan sekali baginya.
Di dalam mobil, Amanda terus saja menatap ke luar jendela karena di merasa bahwa dirinya gugup saat bersama di dalam mobil yang sama dengan Arthur. Rasanya untuk bernafas saja dia sulit, tapi dia harus mulai membiasakan diri untuk itu. Entahlah, apa yang akan terjadi nanti tapi yang pasti Amanda harus mempersiapkan dirinya untuk semua itu, Karena dia tahu bahwa Arthur tidak mungkin tidak merencanakan sesuatu.
Ada satu hal yang menjadi pertimbangan berat bagi Amanda saat ini, apakah dia bisa merubah sikap laki-laki itu. Apalagi mereka akan menikah sebentar lagi, Saya tidak siap Amanda harus siap dengan semuanya dan dia berharap bahwa laki-laki itu bisa berubah. Jika tidak mencintainya setidaknya bisa menghargainya sebagai seorang wanita, itu sudah lebih dari cukup untuknya.
Begitu juga dengan Arthur yang sesekali melihat ke arah Amanda. Dia tidak ingin munafik jika Amanda itu memang cantik bahkan lebih jauh lebih cantik daripada Arinda. Keduanya memang sangat mirip, tapi Arinda memiliki mata yang jauh lebih tajam daripada Amanda dan memiliki tatapan lembut seperti seorang malaikat.
Cantik, Amanda jauh lebih cantik dari Arinda, tapi dia tidak mungkin mengatakan itu bukan? Saat keduanya sedang sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, tiba-tiba saja mobil sudah berhenti ke tempat di mana acara berlangsung.
"Ayo turun!" Arthur mengulurkan tangannya untuk membantu Amanda keluar dari dalam mobil setelah pintu mobilnya di buka oleh supir.
Awalnya Amanda sedikit terkejut, tapi ketika melihat tatapan Arthur yang mulai berubah membuatnya menerima ukuran tangan dari pria itu.
Amanda sudah keluar dari dalam mobil dan mereka sudah di sambut puluhan Blitz berebut mengambil potret mereka. Sadar akan Amanda yang merasa tidak nyaman membuat Arthur langsung menarik pinggul wanita itu untuk mendekat padanya dan dia mulai berbisik.
"Tersenyum lah di depan mereka. Kau harus berakting seolah-olah kau adalah wanita yang paling berharga di dunia ini karena akan menikah dengan ku. Tersenyum ke arah karema dan setelahnya biasa saja!" bisik Arthur dengan penuh penekanan.
Amanda hanya mengangguk kecil dan mulai tersenyum menuruti apa yang Arthur katakan padanya. Momen mereka berbisik menjadi tangkapan bagus untuk kamera wartawan dan media yang sedang meliput mereka saat ini. Bahkan keduanya di siarkan secara langsung di televisi karena untuk pertama kalinya Tuan Arthur Mackenzie, Pemilik perusahaan tambang dan bisnis perhotelan membawa seorang wanita dalam acara amal seperti ini.
"Tuan, aku takut," bisik Amanda karena dia memang takut dengan acara seperti ini. Banyak orang yang menatap ke arahnya saat dia datang bersama Arthur.
"Mereka tidak akan berani menganggu mu karena kau datang bersama ku! Ingat, kau tidak boleh pergi jauh dari ku!" Arthur memberikan peringatan pada Amanda bahkan dia sampai meremas pinggulnya hingga membuat Amanda yang sedikit menjauh dari Arthur kembali merapatkan dirinya dan mulai berfoto karena ada media yang meminta mereka untuk berfoto.
***