Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Ternyata Sudah Di Indonesia
Satu Minggu Kemudian, sepulang dari penerbangan.
“Saya jemput kamu dimana?” tanya Tyo di telepon.
“Apartemen Seruni, Kapt. Saya tunggu?”
“Oke,” jawab sang kapten, lalu mematikan sambungannya.
Tyo menginjak pedal gas mobilnya, merasa semangat dan antusias saat menuju apartemen yang dimaksud oleh Joana. Sepanjang perjalanan, ia tidak bisa menyembunyikan senyum di wajah.
Semakin dekat dengan apartemen, jantungnya semakin deg-degan.
Mobil yang Tyo kendarai sudah berada di kawasan elit apartemen Seruni. Dia hendak menelpon, menjemput Jo di kamar apartemennya, ternyata gadis itu sudah berdiri di depan pintu apartemen dengan senyum mengembang.
Tyo menurunkan separuh kaca jendela, lalu tersenyum lebar begitu melihat Jo memakai gaun yang ia order, dan datang tadi pagi.
Tadi pagi,pas masih dibandara, Tyo langsung memberikan gaun pesta itu pada Jo. Tanpa banyak tanya, gadis itu menerimanya dengan senang hati. Lalu mengucapkan terimakasih.
Tyo pun membalasnya dengan menganggukkan kepala.
Siapa yang bisa menahan pesona Joana?
Mata indahnya layaknya rembulan di malam hari yang meneduhkan, dan senyumannya bagaikan sinar matahari yang mampu menyebarkan kebahagiaan. Aura ceria yang memancar darinya memikat hati siapa saja yang berpapasan dengannya, meninggalkan jejak kekaguman yang mendalam. Seolah tiada pria yang dapat luput dari pesonanya, Jo benar-benar memahami arti menjadi daya tarik alami.
Dan hari ini. Meskipun pura-pura, entah kenapa rasanya begitu mendebarkan.
Tyo akan memperkenalkan Jo sebagai kekasih ke keluarganya.
Perasaan senang, deg-degan bercampur menjadi satu, karena ini adalah pertama kalinya seorang Tyo menggandeng seorang perempuan.
“Kamu cantik sekali hari ini, Jo?” ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Tyo.
Jo yang dipuji cantik langsung tersenyum kecil, “Emang sebelumnya nggak cantik, Kapt?” tanya Jo. Sedikit bergurau.
“Cantik. Tapi….. hari ini kamu luar biasa cantik?” pujinya, sampai Tyo tidak berkedip menatap Joana.
“Ini gaunnya yang cantik?” kekeh gadis itu, “Bukan saya-nya?”
“Nggak— tanpa gaun itu pun, kamu sudah cantik. Ditambah memakai gaun itu, kamu semakin cantik?” puji sang kapten.
“Hihihi, terimakasih atas pujiannya, Kapt,” kata Joana, tersenyum malu-malu.
“Sudah jam setengah delapan, Kapt. Sebaiknya kita langsung berangkat. Takutnya acaranya sudah dimulai?”
“Ah, Okey. Ayo masuk?”
Tyo melangkah cepat mendahului Jo, tangannya menyentuh gagang pintu dengan gerakan penuh perhatian. Sambil membuka pintu lebar-lebar, dia menundukkan kepala, menyambut Jo dengan senyuman hangat.
"Silakan, Jo," ujarnya seraya memberikan jalan.
Jo melangkah masuk dengan senyum, "Terima kasih, Tyo," katanya lembut. Tyo hanya mengangguk, senyumnya semakin lebar, mata berbinar, bahagia.
Tak sampai satu jam, mobil yang dikendarai kapten Tyo sampai di parkiran sebuah hotel terkenal di kota tersebut.
Keduanya turun bersamaan, Tyo menggamit pinggang Jo supaya lebih meyakinkan bahwa mereka pasangan kekasih.
Banyak yang menyapa Tyo, seolah-olah pria itu artis yang sedang tenar-tenarnya.
“Saya deg-degan, Kapt?” bisik Jo di telinga pria itu.
“Nggak usah gugup. Nyantai aja?” balas Tyo menggenggam tangan Jo dengan erat.
“Bagaimana penampilan saya? Apa terlihat aneh?"
“Nggak. Kamu sangat cantik kok?” jawab Tyo tersenyum tipis.
“Emmm, kalau di depan orang tuaku dan kakek jangan panggil aku kapten. Panggil, Mas?” Pintanya. Jo melirik ke arah Tyo, lalu mengangguk cepat.
“Kita juga nggak usah pakai bahasa formal. Bisa kan?” tanya pria itu. Jo langsung mengangguk cepat sambil tersenyum.
“Jadi….saya? Eh, maksudnya, aku…. panggil kapten—Mas?"
“Iya. Bagus. Biar terdengar enak di telinga?” sahut pria tampan itu, terkekeh kecil.
“Baiklah, Mas?”
“Good girl. Kita terlihat seperti pasangan sungguhan?” katanya tertawa kecil. Jo hanya meringis, tak tahu harus menjawab apa.
Tyo membawa Jo langsung menuju keluarganya yang sedang berkumpul. Mereka terlihat tengah menyapa para tamu undangan.
Begitu melihat kedatangan Tyo--papa, mama, dan kakeknya langsung memohon izin pergi sebentar menemui tamu yang lain.
Tyo menyalami kakek dan kedua orang tuanya dengan penuh hormat, menunjukkan rasa sayang dan penghormatan yang mendalam kepada mereka.
Jo, yang berada di samping Tyo, juga melakukan hal yang sama. Ia menyalami kakek dan orang tua Tyo dengan senyum yang manis dan sopan santun yang baik. Meskipun ia tahu bahwa ini hanya pertemuan pura-pura, Jo berusaha untuk menampilkan sikap yang ramah dan sopan di depan keluarga Tyo.
Jo berusaha untuk menghilangkan rasa gugup dan tidak nyaman yang timbul dari situasi tersebut.
Di depan keluarga kapten Tyo, Jo berusaha membuat kesan yang baik, berbicara dengan lembut dan sopan, serta menunjukkan sopan santunnya pada keluarga Tyo.
Kakek Tyo yang bernama Brata,memperhatikan Jo dengan saksama, tampaknya terkesan dengan sikapnya yang ramah dan sopan. Gadis itu juga pandai mengambil hati orang-orang di sekitarnya.
Brata tersenyum dan membalas sapaan Jo dengan hangat, membuat Jo merasa nyaman dalam situasi menegangkan tersebut.
“Jadi—kamu seorang pramugari?” tanya Brata penasaran, bertanya pekerjaan Jo.
“Iya, Kek. Saya seorang pramugari,” jawab Jo, dengan anggun.
“Oh, pantesan kalian cinlok?” ucap Intan, mamanya Tyo, tersenyum manis.
“Hehehe, iya begitulah, Tante?” sahut Jo, nadanya lemah lembut. Di kursinya, Tyo hanya tersenyum melihat kedekatan Jo dengan keluarganya.
“Jadi pramugari seneng ya? Bisa bepergian ke luar negeri secara gratis? Wah, andai saja Tante masih muda? Jadi pengen lamar kerja dari jadi pramugari?” ucap perempuan baya itu yang masih cantik di usianya..
“Ah, Tante bisa saja?” kekeh Jo, “Ya ada enaknya ada enggaknya, Tan?” sahut Jo.
“Ah, masa ada nggak enaknya?”
“Iya, Tan. Nggak enaknya, istirahatnya cuma sebentar. 3 sampai 5 hari di rumah, besoknya berangkat lagi,” gelak Jo.
“Tapi…. senang kan?”
“Iya, seneng. Banyak pengalamannya? bisa berkunjung negara lain juga. Sungguh pengalaman yang menyenangkan,....!” cerita Jo.
Obrolan bersama Jo mengalir bagai air, cair dan lancar tanpa hambatan. Gadis itu memiliki kelembutan dalam kata-katanya, menjadikan setiap perbincangan tak hanya mudah tapi juga hangat dan memikat. Tidak heran, ia begitu disegani dalam lingkaran pertemanan.
“Lain kali ikut makan malam keluarga ya? Kita ngobrol-ngobrol lebih bebas dan lama? Kalau di sini nggak bisa bebas karena banyak tamu?” ucap perempuan baya itu tersenyum kecil.
“I-iya, Tan. Kalau ada waktu luang ya, Tan?”
“Iya. Tante tunggu loh ya?"
“Pak Brata, Pak Bram bersama istri sudah datang?” bisik pelayan laki-laki pada Brata.
“Ah, mana?” tanya laki-laki tua itu celingukan.
Pasangan suami istri yang cukup terkenal di kalangan pengusaha tiba dengan berpegangan tangan, langkah mereka mantap menuju Brata dan keluarganya. Senyuman hangat menghiasi wajah mereka saat bersalaman, bagai pertemuan kembali lama. Namun, ekspresi mereka seketika berubah, senyuman memudar saat mata mereka tertumbuk pada seorang perempuan yang duduk santai di tengah-tengah keluarga Brata. Tubuh mereka mengeras, nyaris tak bergerak, menandakan adanya ketegangan yang tidak terduga.
Joanna.
Gadis cantik itu duduk dengan anggun, mengenakan gaun merah, lekuk tubuhnya gemulai dan rambutnya yang tergerai menambah pesona tiada tara. Sedang asyik terlibat dalam percakapan hangat dengan menantu keluarga Brata, tawa lepasnya sesekali terdengar merdu di antara gemuruh suara tamu lain. Namun, dalam riuhnya kebahagiaan itu, dia sama sekali tidak menyadari seseorang telah memperhatikannya.
“Suatu kehormatan Pak Bram dan istri datang ke acara ulang tahun perusahaan kami?” ucap Brata dengan ramah.
“Iya, Pak Brata. Saya yang justru berterima kasih karena sudah diundang ke pesta ini?”
“Hahahaha, bisa saja, Pak Bram ini?” kekeh Brata.
“Bu Rosa apa kabar?” tanya Brata beralih ke perempuan di samping Bram.
“Alhamdulillah baik, Pak Brata.” Jawab Rosa tersenyum lebar.
“Anda terlihat sangat cantik malam ini?” puji pria tua itu.
“Terima kasih, Pak. Saya benar-benar tersanjung?” ucap Rosa.
“Dia, Firman. Putra saya?” Brata memperkenalkan putranya, Firman, dengan suara penuh kebanggaan kepada Bram. Keduanya berjabat tangan, mata mereka saling bertemu, sapaan pria yang singkat namun penuh makna.
"Maaah!" seru Firman, memanggil istrinya dengan nada yang menggambarkan keinginan untuk berbagi kegembiraan. Dengan langkah mantap, Intan bangkit dari duduknya, diikuti oleh Tyo yang wajahnya penuh antisipasi, serta Jo yang masih terlihat linglung, tidak menyadari adanya kedatangan Bram dan Rosa.
"Istri saya, Intan," Firman memperkenalkan dengan suara yang lembut. "Dan ini anak saya, Tyo, bersama kekasihnya, Jo," lanjutnya, memberi ruang kepada mereka berdua.
Saat nama Bram disebut, mata Jo tiba-tiba membulat terkejut. Sementara itu, Rosa pun tak kalah terkejutnya. Ada momen hening yang singkat di mana semua orang merasakan tarikan kejutan tersebut.
"Joooo...?" suara Rosa bergetar, hampir tidak percaya dia bertemu Jo di sini, di pesta keluarga Brata.
"Tante?" Joanna mengeluarkan pekikan kecil, penuh dengan kebingungan dan penasaran yang terbungkus dalam satu kata itu.
“Daddy…..?” pekik Jo dalam hati, “Ternyata dia sudah di Indonesia? Tapi kenapa nggak ngabarin?” kaget gadis itu.
To be continued.....
Duh sedih.....😭😭😭, nggak ada yang komen.......