Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Ciuman
Rumah sakit.
Serra yang sudah berada di rumah sakit dan tadi Saat pergi dari rumah sakit dia juga tidak perlu lagi meminta izin kepada siapapun karena di rumah memang cuma ada Netty. Entahlah kenapa Niken belum pulang.
Makanan yang dibawa Serra juga dihabiskan oleh kedua adiknya. Serra merasa jauh lebih senang jika menyiapkan makan pada adik-adiknya yang sangat menghargainya dibandingkan harus membuat makanan kepada orang-orang yang tidak menghargainya.
Jadi Serra mulai membiasakan diri untuk tidak peduli dengan keluarga dari suaminya dan lebih baik mengutamakan keluarganya yang juga sudah diabaikan selama ini.
Serra menyelimuti Widya sudah tidur dan Roni juga sudah terlihat tertidur di sofa.
"Masih banyak PR kamu Rara?" tanya Serra yang melihat adik perempuannya yang memang belum tidur sama sekali.
"Sedikit lagi kak," jawab Serra.
"Kalau sudah selesai kamu langsung tidur agar besok tidak kesiangan ke sekolah. Semua seragam sekolah kamu dan Roni sudah ada di sini bukan?" tanya Serra yang membuat Rara menganggukkan kepala.
"Kalau begitu besok bangun harus lebih awal lagi, Kakak juga besok harus kembali ke rumah lagi," ucap Serra.
"Iya. Kak! Oh iya Kak, Jadi bener besok Kakak sudah mulai bekerja?" tanya Rara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
"Itu artinya uang sekolah Rara akan bisa terbayar?" tanyanya.
"Kamu jangan khawatir dan fokus aja belajar. Kakak akan mengusahakan semua kebutuhan kamu Roni dan juga Mama," jawab Serra.
"Iya Kak," jawab Rara yang pasti terlihat jauh lebih lega.
"Kalau begitu kamu lanjutkan belajarnya dan nanti langsung tidur kalau sudah selesai. Kakak mau ke bagian apotek sebentar untuk menembus obat Ibu agar besok pagi tidak terlalu kerepotan," ucap Serra. Rara menjawab dengan anggukan kepala dan Serra langsung pergi.
Saat selesai menembus obatnya Serra yang melewati kasir tiba-tiba melihat Askara.
"Tuan!" tegur Serra yang membuat askara menoleh ke belakang. Serra melihat askara seperti menandatangani berkas yang diberikan oleh suster.
"Apa ini saja Suster?" tanya Askara.
"Iya tuan!" jawab Suster tersebut
Setelah menyelesaikan urusannya yang akhirnya sekarang menghampiri Serra.
"Tuan kenapa ada di rumah sakit?" tanya Serra.
"Aku mendapatkan telepon dari rumah sakit yang harus mendatangani beberapa kepentingan masalah ibu kamu. Bukankah aku yang menjadi penanggung jawabnya dan jelas saja mereka menghubungi ku," jawab Askara.
"Ya ampun! Maaf tuan, jika masalah Mama harus merepotkan tuan berkali-kali. Seharusnya pihak rumah sakit tidak perlu menghubungi tuan, jika masih bisa saya tangani maka seharusnya mereka membicarakan kepada saya saja," ucap Serra yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa. Kebetulan tadi saya juga ada di jalan dan di dekat sini jadi tidak apa-apa mampir sebentar untuk menandatanganinya," sahut Askara yang memang sangat santai.
"Saya benar-benar minta maaf sekali lagi," ucap Serra. Askara mengangkat kedua bahunya yang menurutnya hal itu tidak perlu ada perkataan maaf.
"Bagaimana ibu kamu apa kondisinya sudah baik-baik saja?" tanya Askara.
"Alhamdulillah Mama sudah jauh membaik dan tadi juga makan sangat lahap. Saya hanya tinggal membicarakan kepada dokter kapan Mama bisa pulang," jawab Serra.
"Syukurlah kalau begitu," sahut Askara.
"Semua ini berkat tuan yang sudah membantu saya sehingga Mama bisa menjalani operasi," ucap Serra yang tidak akan mungkin pernah melupakan jasa-jasa itu.
Askara tidak menanggapi perkataan Serra.
"Hmmmm, apa kamu sudah makan?" tanya Askara terlihat basa-basi.
"Sudah," jawabnya.
"Lalu kamu akan menginap di rumah sakit?" tanya Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
"Dan sekarang mau kembali ke kamar ibu kamu?" tanya Askara lagi.
"Apa tuan belum makan?" Serra tidak menjawab pertanyaan itu dan bertanya kembali.
Askara menganggukkan kepala.
"Apa mau saya temani makan?" tanya Serra yang ternyata sangat cepat sekali peka dengan basa-basi Askara yang secara tidak langsung sebenarnya hanya ingin mengajaknya makan saja.
"Jika kamu tidak keberatan," jawab Askara.
"Tidak sama sekali," jawab Serra.
"Baiklah kita makan sekarang!" ajak Askara yang membuat Serra mengangguk.
Serra benar-benar menemani askara makan yang tidak jauh dari rumah sakit. Serra yang memang sudah makan dan merasa kenyang hanya menemani saja dan dia hanya memesan minuman.
Walau mereka berdua tidak banyak berbicara, karena Serra jelas merasa canggung sekali dan takut salah berbicara karena pria yang diajaknya berbicara itu sangat dingin sekali dan dia hanya akan menjawab apa yang ditanyakan. Serra juga tidak berusaha untuk mengakrabkan diri dengan pria yang akan menjadi bosnya itu.
Setelah selesai makan yang ternyata keduanya sekarang sedang duduk di bawah pohon di salah satu bangku yang berada di taman rumah sakit. Karena sudah malam hari banyak pasien yang sudah kembali ke kamar masing-masing yang hanya terlihat beberapa suster yang ada di sekitar tempat itu yang juga jauh tempatnya dari mereka.
"Kamu mempersiapkan apa bekerja dengan saya?" tanya Askara sembari membukakan minuman botol kaleng yang bersoda untuk Serra dan memberikan kepada Serra.
Senyum Serra menggambarkan ucapan terima kasih.
"Saya mempersiapkan mental, karena sepertinya yang saya hadapi di perusahaan bukan tentang pekerjaan lagi tetapi tentang dua orang yang ingin bersaing dengan saya," jawab Serra.
"Damar dan Maya maksud kamu?" tebak Askar yang membuat Serra menganggukkan.
"Bye the way dia mengijinkan kamu bekerja atau karena dia tidak peduli sama sekali?" tanya Askara.
"Memang tidak pernah peduli jika berkaitan itu tentang saya. Tatapan matanya hanya pernah kebencian kepada saya dan saya tidak tahu dosa apa yang saya lakukan sehingga membuatnya seperti itu. Intinya jika saya berada di Perusahaan ini hanya perlu melakukan sesuatu yaitu tidak boleh mengganggu Maya," jawab Serra.
"Kamu sudah tahu bagaimana dia dan kenapa kamu masih bertahan dalam pernikahan kamu?" tanya Askara.
"Jika langsung berpisah begitu saja, maka itu tidak akan setimpal dengan apa yang saya dapatkan selama 1 tahun ini. Bukankah semuanya harus setimpal dulu," jawab Serra dengan tersenyum yang meneguk minuman itu.
"Apa saya sedang membangkitkan harimau dari tidurnya?" tanya Askara yang sejak tadi melihat ke arah Serra.
"Jika tuan tidak pernah datang ke rumah itu dan maka saat ini saya hanya sebagai istri yang berada di dalam kamar gelisah menunggu suami pulang dan ketika pulang lantai harus basah karena air mata saya," jawabnya.
"Jadi kamu akan melanjut semua ini demi rasa setimpal yang kamu inginkan?" tanya Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
"Saya hanya ingin memberikan hadiah untuk diri saya dan terlebih lagi tuan yang telah membuka jalan itu kepada saya," ucap Serra.
"Jadi kau akan terus melibatkanku?" tanya Askara.
"Seperlunya," jawab Serra.
Askara dan Serra saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang begitu dalam. Tiba-tiba tangan Askara menyentuh pipi Serra yang memegang lembut pipi itu.
Mata Askara juga turun pada bibir merah seperti buah persik milik Serra. Wajahnya yang semakin mendekati wajah Serra yang membuat Serra gugup dengan kesulitan menelan ludah dan begitu juga dengan Askara.
Sampai akhirnya Serra merasakan kenyal pada bibirnya, ketika Askara menempelkan bibirnya dan ternyata tidak ada penolakan dari Serra yang perlahan memejamkan mata yang menerima ciuman itu dengan dalam.
Bersambung.....