NovelToon NovelToon
My Husband Mantan Santri

My Husband Mantan Santri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amari Antares

"AHH... INDAH SEKALI CIPTAANMU TUHAN, BAHKAN SELAIN SENJA, SUARA DEBURAN OMBAK SAJA MEMBUAT HATIKU TENANG."- AKARA.

"HMMM MULAI SEKARANG AKU JUGA SUKA OMBAK."- MEINA.

"BENARKAH, APA KARENA OMBAK JUGA MENENANGKAN MU?"- AKARA.

"TIDAK JUGA, KARENA AKU SUKA APA YANG KAMU SUKA AJA."- MEINA.

"KALAU BEGITU, AKU AKAN SUKA SEMUA YANG KAMU SUKA DEH, KAMU SUKA APA?"- AKARA.

"AKU SUKA KAMU."- MEINA.

"OHH... KALAU BEGITU AKU AKAN MENYUKAI DIRIKU SENDIRI."- AKARA.

"DASAR COWO GAK PEKA."- MEINA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balas Dendam.

𖤓HAPPY READING𖤓

Sepulangnya dari rumah sakit, Meina langsung menuju markas Sophia untuk balas dendam, di temani oleh kawan-kawan nya Givan dan juga Sheyna.

"Apa kau sudah mengintainya Van?" tanya Meina dari Earpiece (alat komunikasi jarak jauh dari penyuara telinga.)

"Sudah, sepertinya keadaan baik-baik saja, para pengawal di depan pun hanya berjaga 4 orang." balas Givan sambil melihat-lihat dari atas pohon menggunakan teropong.

"Orang yang berjaga di belakang hanya 2 orang saja." sambung Sheyna.

"Baiklah, kau siap Shey."

"Tentu Ema, bom akan meledak di mulai dari 3 2 1."

DUAARRR 💥💥

Suasana di markas tersebut kacau balau, kesempatan Meina, Givan dan Sheyna untuk menyergap.

Dengan sigap, Meina mengeluarkan pistol dari balik celana bawahnya dan menembaki beberapa anak buah Sophia satu persatu. Begitu pun Givan dan Sheyna.

DOR

DOR

DOR

"Saatnya bermain." Meina langsung memukuli, menendang para penjahat itu dengan membabi buta tanpa ampun.

BRAKK

BUGHHH

DEG

DEG

"DI MANA BOS MU HAH." Meina mengangkat kerah baju salah satu dari mereka.

"Jika aku memberi tahu kalian, apa aku akan di bebaskan." jawab lelaki itu dengan badan yang bergetar.

"Tentu." ucap Meina.

"Dia ada Di Villa di kota N yang tak jauh dari sini." -

"Terimakasih." -

DOR!!

Meina langsung menembak lelaki tersebut hingga mengenai kepalanya.

"Aku akan membebaskan mu, tapi dari dunia." bisik Meina dengan senyuman mematikan.

"Ayo gays... kita sepertinya buang-buang waktu saja." Meina langsung menaiki motornya. "Apa kau sudah memasangnya?"

"Sudah dong, bentar lagi markasnya akan meledak tak bersisa." jawab Givan.

dan benar saja, markas itu pun meledak dengan sangat dahsyat seperti adanya gempa.

Tiga sekawan itu pun melajukan motor mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Saat sudah sampai di Villa yang dimaksud, Meina langsung saja menembaki para penjaga sambil berjalan masuk.

"SIAPA KALIAN HAH!! MAU APA KALIAN DATANG KE SINI!!!?" teriak Sophia saat ia sedang memasak di dapur

Udara dipenuhi aroma rempah-rempah yang gosong. Pecahan pecah beling berserakan di lantai.

Sophia, wajahnya lebam dan berdarah, mundur dari Meina, Givan, dan Sheyna yang mendekatinya dengan tenang dan dingin. Suara-suara pecahan gelas dan benturan logam memecah kesunyian mencekam.

"Waktunya membayar perbuatanmu, Sophia. Darah kakakku menuntut balas dendam." Ucap Meina dengan tatapan yang mengerikan.

Sophia (merintih) "Tolong... aku tidak bermaksud...mencelakainya."

"Tidak bermaksud ya..." Meina menarik rambut Sophia dengan erat membuat Sophia meronta kesakitan "Keadilan akan ditegakkan."

Meina meraih sebilah pisau, bilahnya berkilauan di bawah lampu dapur. Sophia menjerit saat Meina menerjang, pisau itu berdesing di udara. Givan dan Sheyna ikut bergabung, gerakan mereka cepat dan brutal. Dapur berubah menjadi pusaran kekerasan, tarian penuh rasa sakit. Sophia melawan balik dengan lemah, tetapi dia benar-benar tidak berdaya.

Tiba-tiba, suara menggelegar menghentikan kekacauan.

"Berhenti Ema!!" teriak Kinaan.

Perkelahian terhenti. Meina, Givan, dan Sheyna menoleh untuk melihat dady mereka, tegap dan berwibawa, berdiri di ambang pintu, tangan terlipat. Semua orang memperhatikan, ekspresi mereka berkisar dari terkejut hingga geli.

"Kalian ini tidak mengikuti intruksi yah." Revan langsung menjewer telinga sangat putra begitu pun Kinaan, dan Rangga.

"MANA DIA, INGIN KU CINCANG HIDUP-HIDUP BADANYA, DAN GUE LEMPAR KE KANDANG RAMBO." Suara cempreng itu membuat ynag lainnya menghela nafas.

Meina menurunkan pisaunya, wajahnya tak percaya. Givan dan Sheyna mengikutinya, sama-sama terkejut. Ketegangan di ruangan berubah secara dramatis. Sophia, terengah-engah, melihat sekeliling, matanya melebar dengan campuran rasa takut dan kebingungan.

"Momy, kok datang sih." Meina benar-benar tak percaya ini.

"Kenapa gak ngajak-ngajak momy sih." Amari menggoyang-goyangkan badan putrinya itu.

"Terus kalau yang lain pada ke sini, Bang Delvin sama Dhilan siapa yang jaga." tanya Givan.

"Mamah mu kan ada." jawab Amari, tiba-tiba ia langsung menghampiri Sophia dan langsung mencekik lehernya dengan erat.

"Eh-eh Amri, jangan gitu sudah-sudah." Rangga pun menarik tangan sahabatnya itu.

"Sudah, oke baiklah." -

Para orang tua saling bertukar pandang. Wajah Sophia menjadi pucat saat dia menyadari sejauh

mana kesulitan yang dihadapinya. Balas dendam "sadis" yang direncanakan ternyata tipuan, jebakan yang dirancang dengan cermat untuk memancingnya ke dalam situasi di mana bentuk pembalasan yang jauh lebih berbahaya menunggunya penghinaan publik, pengucilan sosial, dan pengikisan reputasinya yang lambat dan menyiksa. Para orang tua mengungkapkan kampanye yang direncanakan dengan cermat untuk menghancurkan kehidupan Sophia, menggunakan cara hukum dan sosial untuk merampas semua yang dia hargai. Perkelahian fisik hanyalah pengalih perhatian, pertunjukan teater yang dirancang untuk menutupi ruang lingkup rencana balas dendam mereka yang sebenarnya.

Sophia (berbisik) "Tidak..."

"Ayo anak-anak kita pergi." Kinaan pun menggiring Meina, Givan, dan Sheyna keluar.

"Ini pistolnya masih ada apa gak ya." gumam Amari. "Dengan sengaja Amari mengarahkan pistol itu kepada Sophia.

DOR.

"UPPSS masih ada ternyata, sorry ya untung aja gak kena kepalamu tadi, walaupun kena tanganmu." Kinaan dan yang lain melihat gak itu pun hanya geleng-geleng kepala.

"Lebih baik kau bersyukur masih bisa hidup walau kaki dan tanganmu diamputasi." bisik Amari dengan senyuman yang benar-benar mematikan.

Sophia tidak bisa berkata-kata, raut wajah dan tatapannya kosong, sampai tiba-tiba ada segerombolan orang yang datang. Bukan polisi, maupun keluarganya, melainkan para perawat RSJ.

Sophia berteriak dengan kencang meminta di lepaskan.

"GUE GAK GILA!!!!! GUE WARAS!! LEPAS, LEPASKAN GUE!!! JANGAN SENTUH GUE LEPAS!!!!" Sophia meronta-ronta saat ingin di masukkan ke dalam mobil.

Karena merasa ke walahan, para anggota rumah sakit pun langsung membius Sophia.

-

-

-

1
Tamirah
ganteng tuh visual nya tapi kok para author selalu orang pakai orang Korea.
kok senang produk luar.anak bangsa jg banyak yg ganteng.Sy penggemar Drakor mbok ya visual nya jangan slalu orang Korea
Shivam Racseqar.: terimakasih kak sarannya/Pray/
Shivam Racseqar.: oleh kak, saya Terima masukannya saya ganti kok/Smile/
total 2 replies
Shivam Racseqar.
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!