NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Sandiwara

"Pi..., kok Mami jadi tidak enak hati, Rangga itu keterlaluan, kok selalu saja berteman dengan wanita, mana dibawa ke rumah lagi, kalau undang teman itu pasti banyak, ini masa hanya satu orang saja",

"Mungkin ini teman kerjanya Mi, jangan salah sangka dulu", bela Pak Dwi.

"Ya, semoga saja begitu, kasihan Mutia", Bu Anggi menerawang.

"Lihat saja kalau nanti A Rangga menyakiti Kak Mutia, Rani yang akan menjewernya lebih dulu", sambar Rani.

"Kak Mutia itu baik, Rani ingin Kak Mutia itu cepat punya dede bayi, kan Rani akan dipanggil aunty", senyum Rani.

"Aamiin..., semoga saja secepatnya, mungkin kalau sudah ada bayi, Rangga bisa berubah", harap Bu Anggi.

"Aamiin....Aamiin.....", imbuh Pak Dwi.

"Nanti juga kalau Rangga macam-macam, pasti Mutia akan bicara pada kita Mi",

"Nggak Pi, Mutia tidak seperti itu, dia tipe wanita introvert, dia tidak akan banyak bicara soal anak kita, apalagi Mami melihat kalau Mutia sangat mencintai Rangga, dia akan menutupi keburukan Rangga, tugas kitalah untuk mencari tahu",

"Kita lihat beberapa bulan ke depan saja, sekarang biarkan dulu , biar mereka saling menyesuaikan dulu, semoga seiring waktu, mereka bisa rukun",

"Bukan mereka Pi, tapi Rangga, anak kita yang harus bisa menerima Mutia", sambar Bu Anggi.

"Iya...iya..., semoga Rangga bisa berubah",

"Kita harus sering mengunjungi mereka Pi",

"Iya..., kita usahakan luangkan waktu untuk sering mengunjungi mereka, tapi nanti kalau mau datang, tidak usah beritahu mereka",

"Iya...iya..., Mami setuju",

"Rani tetap boleh ikut kan Mi?",

"Rani mah masih kecil, tidak usahlah, kamu fokus belajar saja, nanti kalau dede bayinya sudah lahir, Rani baru boleh ikut",

"Asiiikk...., benar ya Mi, nanti kalau sudah jadi aunty, Rani boleh kan sering main ke rumah Kak Mutia?",

"Iya...iya...boleh", senyum Bu Anggi.

*****

"Terima kasih lo Pak, saya jadi malu, baru pertama ke sini, sudah dijamu seperti ini, disambut dengan ramah", senyum Minarti yang kini akan pamit pulang.

"Biar saya antar saja, ini mau hujan sepertinya, kalau naik sepeda motor, bisa basah kuyup", Rangga mendongakkan kepalanya ke luar, ia ingin melihat keadaan langit yang tampak mendung.

Dan benar saja, tak selang beberapa lama, hujan pun turun, walau tidak deras, namun cukup lebat.

"Tuh...benar kan?, aku antar saja oke?, sepeda motornya besok saja ambil ke sini", senyum Rangga. Hatinya merasa senang, ternyata keadaan kini memihaknya.

"Saya tidak enak dengan Bu Mutia Pak", Minarti menunduk.

"Istri saya tidak apa-apa, dia pasti tidak akan marah, dari pada kamu menginap di sini?, mau jadi nyamuk apa?, mendengarkan kita honey moon?", kekeh Rangga.

"Ih..., apaan sih Pak?", Minarti menunduk.

"Kalau begitu, biar saya bicara dengan istri Bapak dulu", Minarti menoleh ke arah dalam.

"Mutia...", panggil Rangga.

Tak lama Mutia pun datang ,"Iya Mas...?",

"Bu..., maaf jadi merepotkan, saya sebenarnya sudah mau pulang, tapi malah hujan", ucap Minarti.

"Oh..iya, diluar hujan ya?",

"Ini aku mau mengantar Minarti pulang dulu, hujan begini pasti akan lama redanya, masa Minarti harus menginap?", tatap Rangga kepada Mutia.

"Oh...begitu ya, boleh silahkan Mas, antarkan saja Minarti pulang, sudah mau malam lagi, tidak baik berkendara seorang diri malam-malam",

"Jadi boleh nih?", tatap Rangga.

"Iya silahkan Mas, sudah tugas kita memuliakan tamu", imbuh Mutia dengan tersenyum

"Tuh kan, kata saya juga apa, istri saya pasti mengijinkan", senyum Rangga.

"Lebih baik diantar pulang kan, daripada harus menginap di sini kan? , nanti mengganggu aktifitas malam kita kan?", ucap Rangga sambil tersenyum ke arah Mutia.

Mutia langsung menunduk, ia merasa malu kepada Minarti, Rangga sudah berani menyinggung masalah privasinya di depan orang yang baru dikenalnya.

"Euh iya...", ucap Mutia pelan. Kalau benar apa yang diucapkan Rangga tadi, Mutia malam ini harus bersiap untuk melayani Rangga yang kadang mood nya tidak bisa ditebak.

"Aku antarkan Minarti dulu, kamu siap-siap ya, kita lanjutkan lagi yang kemarin malam", ucap Rangga sambil mengecup kening Mutia tiba-tiba.

Jelas saja hal itu membuat Mutia kaget dan malu, karena itu dilakukan Rangga di depan Minarti.

Mutia langsung menunduk dengan pipi yang memerah, "I...iya...", ucapnya lirih.

Rangga terlihat tersenyum begitu melihat Mutia1 yang tersipu, lalu ia segera menuju pintu dan melihat kembali keadaan di luar.

"Tuh..., hujannya masih deras, aku antar saja, aku yang undang, maka aku juga yang antar", senyum Rangga, boleh kan sayang?", kembali Rangga melirik ke arah Mutia yang terlihat bengong.

Mutia seperti mendengar petir saja, begitu mendengar Rangga memanggilnya sayang.

"Eu...., i...iya...boleh, silahkan Mas", ucap Mutia cepat, ia seolah terhipnotis oleh semua ucapan Rangga yang terdengar manis.

Ucapan dan perlakuan manis Rangga ampuh membuat Mutia terlena, ia langsung saja percaya dengan mengijinkan Rangga untuk mengantar pulang Minarti.

Padahal tanpa diketahui Mutia, itu adalah taktik Rangga untuk mengecoh Mutia.

Tuh kan, sudah ada ijin, ayo aku antar pulang, jangan bandel, kalau kamu kenapa-kenapa di jalan, aku yang akan merasa paling bersalah", ucap Rangga setengah memaksa Minarti yang tampak ragu untuk mengiyakan ajakan Rangga.

Namun setelah berpikir lagi, akhirnya Minarti mau juga diantar pulang oleh Rangga walau merasa tidak enak dengan Mutia, apalagi mereka masih pengantin baru.

Setelah berpamitan dengan Mutia, Minarti pun pulang diantar oleh Rangga dengan mobilnya.

Mutia hanya bisa menatap kepergian suaminya membelah derasnya hujan dalam gelapnya malam yang makin merayap.

"Duuaarrr...", terdengar suara petir dan kilat yang mengagetkan Mutia .

"Astaghfirullah...", gumam Mutia, ia langsung menutup pintu dan menguncinya.

Mutia baru menyadari, kini dirinya seorang diri di rumah besar itu. Ia masih berdiri dibalik pintu sambil menatap lurus ke depan.

Kakinya terasa berat untuk dilangkahkan, Mutia gemetar ketakutan, ia sampai terduduk dilantai sambil menyandar ke daun pintu.

"Mas Rangga..., aku sendirian di sini", gumam Mutia lirih.

"Kamu itu aneh Mas, sebentar marah, sebentar berkata manis, sebentar kata-katamu lembut, terkadang kasar, kamu sungguh sulit ditebak", lirih Mutia.

Mutia akhirnya tertidur di tempatnya terduduk , ia terlihat memeluk kedua kakinya yang ditekuk, Mutia merasa takut untuk masuk sendiri ke dalam kamar tidurnya .

Dan Mutia pun akhirnya tertidur ditempatnya terduduk.

"Mutia menggeliat begitu didengarnya bunyi alarm dari ponselnya. Mutia merogoh saku celana kulotnya, dengan samar-samar ia bisa melihat kalau ini sudah hampir pagi, jam di ponselnya menunjukkan jam tiga pagi.

"Astaghfirullah..., aku ketiduran?, Mas Rangga?, mana Mas Rangga?, apa dia belum pulang?", Mutia yang penasaran, berjalan menuju dapur, ia melirik ke arah jam dinding, "Jam tiga pagi...?", Mas Rangga..., kemana kamu...", lirih Mutia, ia terduduk lemas di kursi meja makan.

Tangannya refleks medial nomer suaminya, lama tidak ada jawaban, Mutia sudah hampir mematikan ponselnya karena lama tidak ada jawaban.

Namun sesaat kemudian, ada respon, teleponnya diangkat, namun tidak ada suara , hanya hening saja.

Tapi dalam hening itu, sayup-sayup Mutia bisa mendengar suara lenguhan dan desahan dua insan yang sedang melakukan penyatuan.

"Degh...", jantung Mutia berdegup kencang, ia kembali melihat nomer yang baru saja ia dial, takutnya ia salah.

Tapi benar, itu adalah nomer milik suaminya. "Mas Rangga..., sedang apa kamu Mas...", Mutia segera menutup panggilannya, hatinya sakit sekali mendengar suara -suara mesum di seberang sana.

Mutia kini menelungkupkan wajahnya ke meja, dan ia pun menangis, menumpahkan rasa sakit hatinya dan rasa kecewanya kepada Rangga.

1
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!