Sad Ending

Cuaca pagi ini di kota H lebih dingin dari biasanya. Di luar terlihat mendung, tapi nggak terlalu gelap. Joey memandangi hiruk pikuk keramaian kota dari jendela kamar hotel.

Tetsan-tetesan embun masih tersisa di kaca jendela. Ia menikmati pemandangan itu dengan wajah ceria. Jika menyambut pagi kita memang harus ceria.

Karena apabila kita mengawali semuanya dengan senyum dan penuh semangat maka segala pertikaian tak kan jadi halangan untuk kita dalam melewati hari-hari yang walaupun melelahkan.

Sementara Mela masih terlelap dengan tubuh yang meringkuk karema kedinginan. Ditambah lagi Joey membuka jendela membuat kamar hotel menjadi semakin dingin. Pendingin ruangan sudah lama di off kan Joey.

Tapi udara dingin kota H pagi ini masih kuat menembus sampai ke tulang-tulang. Membuat insan yang tertidur kembali terbuai dengan hembusannya yang semakin lama semakin memabukkan.

Joey membiarkan Mela untuk tetap menyelesaikan mimpinya. Karena ini memang masih terlalu pagi untuk siap-siap berangkat ke bandara.

Joey masuk ke kamar dan meraih ponselnya yang terletak di atas meja.

Ia kembali keluar dengan ponsel di tangannya.

Cekrek. Cekrek. Cekrek.

Berulang kali dirinya ber-selfie ria dengan kamera ponselnya.

"Bu, kok nggak bangunkan aku sih? Aku kan pengen selfie juga sebelum pulang." ucap Mela yang tiba-tiba nongol hingga membuat Joey terkejut.

Tubuhnya dibalut selimut berwarna putih. Hingga Joey pun merasakan suasana horor saat melihatnya. Ia juga ikut selfie dengan kamera ponsel Joey.

"Hhhhh. Membuatku kaget saja." ucap Joey.

"Emang ibu kira saya hantu apa?" sindir Mela.

"Iya iyalah. Kamu juga ngapain pake selimug putih begitu. Kukira hantulah jadinya." ucap Joey sambil memiringkan bibirnya.

"Dingin amat. Makanya aku pake selimutnih."

"Nggak nanya." ejek Joey lagi.

Tak sadar mereka berdua sudah semakin akrab. Padahal dulu saat di sekolah mereka hanya tersenyum menyapa saat bertemu.

Tugas dinas kali ini membuat mereka semakin dekat. Dari yang tidak tau keburukan dan kebaikan masing-masing menjadi tau. Dan nggak ada salahnya kita untuk membuka hati kepada orang lain.

Selagi positif lanjutkan. Sekamar berdua beberapa hari bisa membuat semuanya menjadi jelas. Tinggal pilih mau jadi berteman baik atau hanya sekedar teman. Asal jangan julid ya. Trus kalau ingin sukses jangan pula menjatuhkan orang lain.

Ehh, kok malah pidato authornya.

Mereka kembali ke kamar hotel untuk siap-siap sebelum berangkat ke bandara. Tak lupa mereka membawa oleh-oleh yang mereka beli untuk dibagikan kepada rekan dan orang yang mereka sayangi.

Setelah mereka check out dari hotel, mereka menaiki taksi sampai ke bandara. Lebih simpel rasanya pakai taksi dari pada bus kota.

Tiga puluh menit berlalu, mereka sudah sampai di bandara. Kini giliran Bimo yang akan menyelesaikan adminstrasi mereka. Mulai dari packing sampai boarding pass.

"Sana gih. Tugasmu sekarang. Jangan bengong mulu." tukas Mela.

"Ho oh." ujar Joey dengan menganggukkan kepalanya tanda sependapat dengan Mela.

"Iya, iya. Bawel banget sih. Emang susah sama perempuan. Tak terlawan." gerutu Bimo. Namun ia tetap melangkahkan kakinya untuk melakukan tugasnya.

Joey dan Mela hanya duduk di kursi lobby.

Setelah semua sudah beres, mereka kini berpindah tempat ke kursi yang dikhususkan bagi para penumpang yang sudah melakukan check in. Mereka bergurau sambil menikmati cemilan sambil menunggu arahan dari petugaa untuk memasuki pesawat.

Tak lupa Mela akan kebiasaannya. Ber-selfie ria seperti yang biasa dilakukannya. Katanya itu untuk kenang-kenangan.

"Norak lu." ucap Bimo sambil menoyor pelan kepala Mela.

"Apaan sih. Ganggu aja. Suka- suka aku lah. hp, hp aku napa jadi situ yang sewot." omel Mela. Ia melanjutkan aksinya yang norak menurut Bimo. Joey hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua teman kerjanya itu.

Lanjut aja terus. Semoga kalian berjodoh. Nanti kalau jodoh jangan lupa traktir aku. Karena aku sudah menjadi obat nyamuk atas segala kejahilan kalian berdua. Aku yang akan jadi saksi nantinya kalau kalian sering saling ejek. batin Joey.

Petugas bandara pun memberi instruksi bahwa para penumpang dipersilakan untuk masuk ke dalam pesawat. Para petugas yang lain sudah siap di depan pintu untuk mengecek kartu identitas para penumpang pesawat.

Pesawat yang ditumpangi Joey, Mela dan Bimi pun akhirnya terbang dengan cantik. Tak lupa mereka berdoa sebelum pesawat itu terbang bagai burung.

Marcus Hanson sudah tiba di bandara sepuluh menit yang lalu. Ia menepati janjinya kepada soulmate nya itu. Hadiah sudah dipersiapkannya di dalam mobil untuk diberikan nanti ke Joey sebagai kejutan.

Mark tak tau kalau Joey pergi ke kota H bersama dengan kedua temannya. Karena ia lupa menanyakan kepada Joey dan Joey pun tak memberitahu Mark, karena memang Joey merasa tak perlu untuk memberitahunya.

Satu jam tiga puluh menit Mark menunggu di ruang tunggu. Matanya melirik kesana kemari mencari-cari keberadaan Joey. Ia memperhatikan orang yang berlalu lalang dengan seksama. Pandangannya tetap fokus mencari Joey.

Lalu yang ditunggu terlihat diantara kerumunan orang.

"Joey, aku di sini." ucap Mark sambil mengangkat satu tangannya melambai ke arah Joey.

Namun Joey tak melihat Mark. Kembali Mark memanggil nama Joeg dengan suara kerasnya. Dan Joey akhirnya menoleh. Awalnya kesusahan mencari suara yang memanggil namanya. Tetapi karena Mark memanggilnya terua-terusan, Joey pun berhasil menemukan sumber suara.

"Mark. Kamu udah lama?" tanya Joey.

"Ng-ng-nggak. Baru aja dua jam yang lalu." ucap Mark bermajas.

"Itu mah bukan baru. Udah lama kali. Kalau nyanyi itu uda dua album yang selesai." ucap Joey lagi.

"Mereka siapa, Ay?"tanya Mark dengan menaikkan kedua alis matanya.

"Oya, mereka teman aku. Kenalin.

Ini Mela dan ini Bimo." ujar Joey dan mempersilakan kedua temannya itu untuk berkenalan dengan Mark.

Ada rasa kecewa di hati Mark karena nggak bisa kasih surprise untuk Joey.

"Kok kamu nggak bilang kalau kamu bareng temanmu?" tanya Al ke Joey. Ia melirik Joey dengan penuh tanya.

"Buat apa aku kasitau, nggak penting juga. Lagian kamu kan nggak ada nanya." sahut Joey membalas lirikan Mark.

Gagal sudah Mark memberi kejutan buat Joey.

Mereka bertiga pun akhirnya menumpang di mobil Mark. Joey memelas ke Mark untuk memberi tumpangan bagi kedua temannya itu. Dengan senang hati baik Mela maupun Bimo senang dengan tawaran yang Mark ajukan.

Lalu mereka pun pergi meninggalkan bandara yang masih ramai orang-orang yang datang dan pergi. Mark melajukan mobilnya dengan perasaan sedikit kecewa karena ia malu untuk memberi hadiah ke Joey di depan teman-teman Joey. Ia takut dibilang bucin oleh Mela dan Bimo.