Selama ini aku percaya saja hubungan ini akan baik-baik saja walau di tempa jarak yang jauh. Tapi suatu hari, ucapan sahabatku membuatku sedikit resah hingga terbesit niat ku untuk memberi kejutan kepada suami di rumah dinasnya di kota lain.
Tetapi bukan hanya suamiku yang terkejut, aku pun terkejut mendapati ada wanita lain di rumah dinas suamiku. Apalagi aku memergoki mereka tengah berduaan di terik panas siang ini. Ternyata selama ini suamiku dijaga oleh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Panik
Ban 34
Panik
(Pov Author)
"Bagaimana ini Mas? Aku tidak mau jadi gelandangan. Kamu sudah janji akan membahagiakan aku."
Wina langsung merengek begitu mereka pulang dan tiba di rumah.
"Aku tidak akan membiarkanmu dan anak kita kesusahan sayang, kamu tenang ya..., jangan banyak pikiran." Ujar Heru mencoba menenangkan istrinya.
"Kemana kita harus tinggal Mas? Aku tidak mau dirumah Ibu! Tadi saja Ibu sudah berkata begitu setelah mendengar hasil sidang. Bukan tidak mungkin aku juga akan bernasib sama di perlakukan seperti mantan istrimu itu."
"Tidak mungkin sayang, Ibu tidak mungkin menyakitimu yang sedang mengandung cucunya."
Mereka saling diam sesaat, kalut akan pikiran masing-masing.
Tiba-tiba saja Indah mengirimkan pesan kepada Heru ketika ia baru akan meninggalkan halaman gedung Pengadilan Agama, untuk mengosongkan rumah dalam waktu seminggu. Namun begitu Heru ingin membalas pesan Indah, nomornya sudah kembali di blokir oleh mantan istrinya itu.
Mendadak terbit senyum di wajah Wina, matanya berbinar dan keceriaannya di wajahnya kembali. Sepertinya dia sudah menemukan jalan keluar untuk permasalahan mereka.
"Mas, aku punya ide. Bagaimana kalau rumah ini kita saja yang jual, terus kita cari rumah di area komplek yang harganya terjangkau. Kalau si Indah itu tanya, bilang saja rumah itu sudah di jual beserta isinya dan hanya di tawar murah. Barang-barang itu kita gunakan untuk rumah kita yang baru. Gimana Mas? Bagus kan ide ku?"
Sesaat Heru tampak memikirkan ide yang di berikan oleh istrinya. Lalu setelah itu, senyumnya pun pengembang sempurna.
"Benar sayang, ide mu sangat bagus. Ada hak ku atas rumah itu jadi aku juga berhak menjualnya."
Suami istri itu saling manggut-manggut dan tersenyum senang. Mungkin sedang membayangkan rumah baru mereka yang akan mereka tinggali kelak dengan penuh bahagia.
Heru pun memeriksa kontak di aplikasi wa nya. Ia pun membuat status mempromosikan rumahnya untuk di jual dengan cepat. Namun sebelum itu, ia terlebih dahulu memprivasi beberapa orang di kontaknya yang mungkin akan merugikannya kelak.
***
Sementara itu, di rumah Ibu Yarsih yang tak lain adalah mantan Ibu mertua Indah, wanita itu terduduk di lantai dengan berselonjor kaki merasa gundah gulana dengan hasil persidangan perceraian anaknya.
Wanita paruh baya yang suka berkumpul bila ada kerumunan warga sedang bergosip itu merasa sedih dan kecewa harapannya tidak bisa terwujud. Ia berencana untuk tinggal di rumah itu, sendangkan Heru dan istrinya pindah ke rumahnya.
Rumah itu memang cukup besar jika hanya di tinggali berdua saja. Apalagi sudah ada renovasi di bagian belakangnya, jadi ruangan di dalam rumah semakin tambah luas dari sebelumnya. Tentunya hal itu akan membuat Ibu Yarsih bisa berbangga diri dari Ibu-ibu di daerah rumahnya karena sudah kelihatan naik taraf kehidupan ekonominya.
Brumm!
Suara sepeda motor terdengar berhenti di teras rumah Bu Yarsih.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam, dari mana saja kamu Ratih?" Tanya Bu Yarsih melihat anak gadisnya yang baru pulang di sore hari setelah pergi dari pagi tadi.
"Kan habis cari kerja Bu. Ibu sendiri yang bilang aku harus cepat dapat kerja biar tidak menghabiskan uang Ibu." Jawab Ratih dengan santainya sambil duduk di sofa dan memperhatikan kukunya yang baru saja dipasang nail art (menghias kuku).
"Bagus, cepat cari kejar dan cari uang yang banyak. Bulan ini Ibu harus ngisi arisan lagi yang baru Ibu ikuti. Mana Mas mu itu ngasi jatah semakin berkurang saja. Hidup Ibu ini semakin di buatnya susah saja."
Bu Yarsih mengeluh dan mengomel tanpa henti, tapi sedikit pun Ratih tidak merasa risih karena sudah terbiasa dengan karakter Ibunya. Gadis itu cukup duduk manis di tempatnya sambil memainkan gawainya. Karena jika dia beranjak, maka dirinya yang kemudian akan menjadi bulan-bulanan Ibunya.
"Apa benar yang di katakan Indah itu, kalau Wina sudah mengambil banyak uang Heru?" Kalau benar sampai terjadi, aku harus kasih peringatan kepadanya." Gumam Bu Yarsih dengan menggertakan giginya.
"Bu, aku ke kamar dulu ya."
Merasa ibunya sudah puas mengeluarkan isi hatinya, Ratih pun pamit menuju kamarnya.
Didalam kamar, Ratih menyambung kegiatannya bertukar pesan kepada seseorang. Senyumnya terus terukir sembari di selingi kekehan kecil.
Ratih : Menu makanan di kafe tadi enak.
Papa : Kamu suka?
Ratih : Suka banget Pa. Lain kali kesana lagi yuk!
Papa : Boleh, kamu itu membuat candu sayang. Nanti malam mau keluar lagi?
Ratih : keluar kemana Pa?
Papa : Keluar yang enak-enak, nanti Papa sekalian mau ngasi kamu sesuatu sayang.
Ratih : Tapi pulangnya jangan terlalu malam ya Pa?
Papa : Tentu sayang. Sekarang Kamu istirahat dulu, biar nanti kamu punya tenaga untuk malam panas kita.
Ratih : oke Pa...
Ratih memejamkan matanya saat memastikan tidak ada lagi balasan dari si 'Papa' yang membuatnya tersenyum sendiri.
Sudah tidak mengherankan lagi di jaman seperti sekarang ini. Walau belum terikat sah sebagai suami istri, tapi panggilan papa dan mama atau istriku, cintaku atau suamiku sudah menjadi panggilan umum untuk orang yang sedang menjalin kasih walau hanya sekedar pacaran atau malah hanya bertemu semalam saja.
Dan ini terjadi kepada Ratih, adik Heru yang kurang mendapat pantauan dari keluarganya.
Malam pun tiba. Sesuai janji mereka janji mereka Ratih dan si Papa bertemu di ujung jalan gang yang sedikit gelap. Dengan cepat Ratih masuk ke dalam mobil si Papa agar tidak terlihat orang sekitar apa lagi Abang dan Ibunya.
"Muach..Muach!"
Kecupan di pipi kanan dan kiri menyambut Ratih Ketika ia sudah berada dalam mobil.
"Lama ya Pa nungguinnya?"
"Tidak sayang, baru saja. Kita langsung jalan ya."
Ratih mengangguk tanda mengiyakan. Mereka pun meluncur dibalik mobil merah berjenis sedan itu menuju sebuah hotel yang cukup jauh berada di pinggiran kota.
Malam panas pun dilalui, ga*ir*ah-ga*ir*ah kenikmatan menyelimuti diri dua insan dalam kubangan dosa. D*es*ah*an-de*sah*an memenuhi kamar berukuran 3x4 meter itu. Mengantarkan hasrat menuju titik tertinggi dari hentakkan-hentakkan yang kian memacu untuk segera menyeburkan cairan kenikmatan yang siap di lepaskan.
"Oh... Sayang aku mencintaimu...."
Satu kata pemanis terucap menyempurnakan malam indah mereka yang hanya berdurasi satu jam saja. Keduanya terkulai lemah dengan napas naik turun dan peluh membasahi seluruh tubuh. Tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Semua sudah terlepas, dan berserakan di lantai.
"Ini untukmu sayang..."
Sebuah kotak merah kecil berbahan bludru berwarna merah marun di tunjukan kepada Ratih. Gadis itu tersenyum melebar menyambut kotak kecil itu dengan senangnya, lalu membukanya.
Sepasang anting-anting emas dengan permata berwarna merah tampak cantik di mata Ratih. Dengan batuan si papa, gadis itu memasang langsung di telinganya yang sudah kosong sejak lama.
"Brakk! Brakk! Brakk!"
Suara gedoran pintu mengejutkan mereka.
"Buka pintunya!"
Suara barito laki-laki memaksa mereka untuk segera segera mengenakan pakaian mereka.
Ratih terlihat ketakutan dan panik. Bahkan ia sampai salah memakai baju hingga terbalik.
Bersambung...
*Baca juga novel ku yang berjudul LYSAA, GADIS PENAKLUK bagi yang suka kisah gadis kuat yang tangguh dengan romansa percintaan yang mengundang gelak dan tawa. **
Atau CINTA AKU SEIKHLASMU bagi yang menyukai kisah penuh haru biru. Terima Kasih 🙏
Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊
gak sadar apa ya kalau gak dipungut kel.fandi entah gimana nasibnya.dicampakan orangtuanya di pinggir jalan.