NovelToon NovelToon
Gendhis

Gendhis

Status: tamat
Genre:Ibu Pengganti / Keluarga / Persahabatan / Ibu Tiri / Kontras Takdir / Chicklit / Tamat
Popularitas:531.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Sebutir Debu

“Jangan dulu makan! Cuci piring dan sapu halaman belakang, baru makan!” Bentak Bunda.

Bentakan, hardikan dan cacian sudah kenyang aku terima setiap hari. Perlakuan tak adil dari dua saudara tiri ku pun sering aku dapatkan. Aku hanya bisa pasrah, hanya ada satu kekuatan untuk ku masih bertahan tinggal dengan ibu tiri ku, semua karena demi ibu ku!

Ya, ibu yang mengalami Gangguan Jiwa sehingga harus di rawat dirumah. Maka aku hanya bisa bersabar menerima semua kondisi ini. Kemana akan berlari sedangkan ibu ku butuh di rawat, namun setiap hari perlakuan ibu tiri pada ibu membuat aku tak dapat menerimanya. Puncaknya saat aku mengutarakan pada ayah ku jika aku ingin kuliah.

“Tidak! Anak perempuan untuk apa kuliah! Kamu hanya akan di dapur! Buang-buang biaya!” Tolak ibu tiri ku dengan keras. Ayah pun hanya mengikuti keinginan istri mudanya.

‘Aku harus menjadi perempuan kuat dan aku harus bisa merubah takdir ku!’ Tekad ku sudah bulat, aku akan merubah takdirku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Harapan Ku

Ketika sedang asyik mencari informasi tentang penyakit sifilis yang diderita oleh Cika. Tiba-tiba Uni Desi, orang yang sangat aku kagumi, mendekati dan mengetahui apa yang sedang aku cari. Rasa malu seketika melanda tubuhku, dan gerakan badanku pun menjadi kaku. Aku sedikit mematung dan terdiam, khawatir Uni Desi salah sangka dengan diriku.

Aku merasa wajahku memanas dan aku memutar mata ke layar komputer dengan cepat, mencoba menyembunyikan apa yang aku cari. Tanganku gemetar saat aku mencoba menutup tab pencarian dengan cepat, namun tanganku terasa kaku dan agak tidak kooperatif.

Kemudian, aku memutar tubuhku sedikit ke arah lain, mencoba mengalihkan perhatian Uni Desi dari layar ponsel yang masih terbuka.

Ketika Uni Desi berbicara kepadaku, aku merasa sulit untuk menjaga kontak mata, dan gerakan badanku terasa tegang. Aku mencoba untuk tetap tenang, namun rasa malu dan membuatku ingin segera pergi dari situasi tersebut.

“Bukan saya Ni, bukan saya yang sakit. Ini saya lagi cari informasi tentang penyakit yang di idap teman saya.” Klarifikasi ku cepat paada Uni Desi. Aku tak ingin dia berpikiran yang tidak-tidak. Dari matanya yang memicing aku tahu ia curiga dari hasil pencarian di ponsel ku barusan.

“Teman? Yakin? Uni kalau sudah kecewa dengan orang susah untuk percaya lagi Gendhis. Apalagi kamu Uni minta menjaga Talita kalau Uni diluar.” Selidik Uni Desi.

“Iya ni… beneran, beneran Ni. Itu kemarin ada teman yang curhat dan minta pendapat.” UCap ku dengan menatap wajah Uni Desi.

“Amit-amit. Kamu punya teman begitu, hati-hati nanti kamu ikut-ikutan seperti itu. Jaga jarak kalau tidak bisa berubah teman mu itu.” UCap Uni Desi.

Aku mengangguk pelan. Uni Desi duduk di satu bantal besar yang ia belikan untuk ku saat pulang dari Bali.

“Pijetin kaki Uni Ndis…” Pintanya seraya mengangkat kedua kakinya dan ia selonjorkan dia tas tempat tidurku. Aku pun menarik ujung bibir ku seraya berjalan ke arah lemari untuk mengambil satu lotion.

“Tidak usah pakai lotion. Pijat saja.” Tolak Uni Desi saat melihat ku telah duduk dan memegang satu lotion. Aku pun memijat betis Uni Desi. Disaat pikiran ku sedang tertuju pada kondisi Cika, Uni Desi kembali bertanya tentang aku.

“Kamu tidak punya pacar Ndis?” tanya Uni Gendhis pada ku.

Aku melongo seraya menatap wajah Uni Desi, ia tak memandang ku. Ia justru sibuk dengan menatap kuku-kuku jari tangannya yang baru saja ia lakukan perawatan di salon beberapa hari ini.

“Ga ada Ni, boro-boro mikir pacar. Mikir hidup saja berat betul Ni.” Ucap ku pelan seraya kembali menatap kedua tangan ku yang turun naik memijat betis Uni Desi. Ia terkekeh mendengar jawaban polos ku. Aku semakin termangu melihat ekspresinya yang begitu bisa bahagia hanya mendengar jawaban ku.

“Kamu tahu dulu Uni begitu ingin sukses ketika merantau ke kota. Dulu Uni memulai usaha dengan dari tukang cuci piring di rumah makan. Lalu sampai Uni bisa mendapatkan posisi ini. Ternyata Uni salah mengartikan kata bahagia. Dulu Uni pikir jika banyak uang, Uni bisa bahagia. Nyatanya Uni justru merasa tersakiti disaat orang mungkin melihat Uni bahagia.” Ucap nya pelan dan menatap ke arah sebuah lukisan yang aku sendiri tak tahu makna lukisan abstrak itu. Karena semua dekorasi di kamar ini Uni Desi yang membeli. Hari ini Uni Desi tampak butuh seseorang untuk ia jadikan teman cerita. Ia kini sadar, selama ini ia terlalu fokus pada karir nya untuk bisnis hingga ia kehilangan orang-orang yang mungkin dulu bisa ia ajak bercerita bersama dan bercengkrama.

“Terus rencana Uni?” tanya ku penasaran saat Uni Desi mengatakan jika ia ingin pulang kampung saat Talita telah pembagian raport. Ia ingin berkunjung ke sanak saudara dan ke makam kedua orang tuanya. Aku di titipkan amanah untuk mengontrol rumah makan dan juga satu toko Emas Uni Desi dengan satu keponakannya yang sekarang tinggal di rumah yang dulu pernah aku tempati. Saat ku lihat Uni Desi telah menguap beberapa kali, ia pun menarik kedua kakinya dan merentangkan tangannya ke arah langit-langit.

“Huah…. Sudah istirahat. Jangan lupa besok tolong kamu order persediaan yang di pasar ikan, tinggal sedikit. Sama Uni minta tolong kamu bayar pajak Uni.” Ucapnya seraya melenggang meninggalkan kamar ku. Aku juga meminta izin pada Uni Desi untuk bisa berkunjung ke kediaman Cika usai mengurus pajak esok hari. Hanya tanda jempol yang di acungkan oleh Uni Desi sebagai tanda bahwa ia setuju. Aku menarik sudut bibir ku karena merasa senang, Uni Desi yang memang terkenal judes tapi tidak berlaku dengan ku. Aku segera mengirimkan pesan pada Vya.

{Vya, besok jadi. Kita ketemuan di terminal A ya. Aku urus pajak Uni Desi dulu.}

Tak berapa lama pesan itu mendapatkan jawaban.

(Ndis apa ga kita ajak dulu teman kamu untuk ikut juga?)

{Kita saja dulu, kan kamu di bidang sosial lebih paham yang seperti ini.}

(Ok, siap bu Psikolog.)

{Aamiin seng banteeer…}

(Ga bahaya tah?)

{Bahaya itu kalau kamu dekat-dekat Arya…hahaha}

(Wes angel… angel… dah. Aku mau lanjut ngerjain tugas,)

Aku tertawa karena melihat pesan terakhir yang aku berikan. Entah mau dibawa kemana hubungan mereka. Tingkah kikuk Vya dan tiba-tiba ia akan seperti robot jika ada sosok lelaki bertubuh jangkung itu. Aku sempat tak menyangka jika Vya memendam rasa.

“Jodoh, maut, rezeki hanya Allah yang tahu. Semoga kamu mendapatkan jodoh yang terbaik untuk kamu Vya. Karena orang baik insyaallah akan bertemu dengan orang baik.” Gumam ku seraya menarik gorden dan mengganti dengan lampu tidur. Aku juga mengirimkan pesan pada Cika jika esok aku akan bertemu dengan ibunya. Saat aku mencoba merebahkan tubuh ku, aku menatap satu foto yang aku pajang di sisi tempat tidur. Foto ibu yang tertawa bahagia dengan aku yang memeluknya dari belakang. Saat itu adalah saat kami mengikuti senam pagi dan baru saja melakukan satu games. Moment itu diambil oleh Arya dengan kameranya. Aku selalu memandangi foto itu hingga mata terpejam.

‘Perlahan semua mulai membaik bu, Gendhis akan melalui semua ini dengan sabar bu. Semoga masa depan kita indah bukan hanya untuk kita tapi juga orang-orang di sekitar kita.’ Batin ku seraya menutup mata setelah satu tangan meraih pigura foto tersebut dan mengusapnya.

1
Siti Sopiah
dalam dunia nyata takda mertua macam tu.thor
Siti Sopiah
itu sih perempuan jadi2an
Siti Sopiah
Ya Allah Cika meninggal ?
Siti Sopiah
bagus ndis sekali kali bercanda jgn hanya main air mata.kau membuat air mata readers tumpah ruah ndis
Fajar Ayu Kurniawati
.
Sry Kurnia
Kecewa
Sry Kurnia
Buruk
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya thor, pasti ceritanya sangat seru.
Dini Mariani s
Buruk
Heri Wibowo
kok nggak dilanjutin lagi ceritanya kak, sudah kangen nih sama Gendis.
💗vanilla💗🎶
tdk bs berkata2 .. duh gendis
💗vanilla💗🎶
br mampir thor .. dan udh nyesekk..tp menarik
Puji Ustariana
Masya Allah
Puji Ustariana
jadi penasaran ada kejadian apa sajakah yv di alami zia ?
Puji Ustariana
jd tambah ilmu mba hehehe semangat ya mba 💪💪
Puji Ustariana
apa ini cucunya ayra ya ? klo gak salah anaknya ammar semoga gak salah /Smile/
Dhi Ta
Masya Allah kakak debu, dah Bayak banget novel kakak... terakhir baca novel ayra... sekarang baca lagi yg Gendhis... Alhamdulillah sukses selalu ya kak debu....
solihin 78
wah 3 hari Gendhis gak sadarkan diri
Junaedi d Juhaeti
sepertinya laki-laki itu bukan kak Ghafi tapi kembarannya
asiah puteri mulyana
Masya Allah Tabarakallah..benar2 beruntung dan karunia Allah yg besar bagi sy dan mungkin tmn2 yg baca karya k sebutir debu..karyanya sungguh bagus sarat akan ilmu dan motivasi untuk perjuangan hidup..trims banyak2 k debu smga menjadi amal jariah buat kk..yg menjadi wasilah sy pun ingin berjuanh lebih baik dlm hidup salam silaturahmi dan sayang k debu😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!