NovelToon NovelToon
Legenda Kaisar Roh

Legenda Kaisar Roh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Roh Supernatural / Light Novel
Popularitas:792
Nilai: 5
Nama Author: Hinjeki No Yuri

Di tepi Hutan Perak, pemuda desa bernama Liang Feng tanpa sengaja melepaskan Tianlong Mark yang merupakan tanda darah naga Kuno, ketika ia menyelamatkan roh rubah sakti bernama Bai Xue. Bersama, mereka dihadapkan pada ancaman bangkitnya Gerbang Utama, celah yang menghubungkan dunia manusia dan alam roh.

Dibimbing oleh sang bijak Nenek Li, Liang Feng dan Bai Xue menapaki perjalanan berbahaya seperti menetralkan Cawan Arus Roh di Celah Pertapa, mendaki lereng curam ke reruntuhan Kuil Naga, dan berjuang melawan roh "Koru" yang menghalangi segel suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinjeki No Yuri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan di Tepi Hutan

Kabut tipis menyelimuti lembah saat pagi mulai merangkak naik di atas pucuk-pucuk pepohonan. Embun pagi menetes perlahan dari daun-daun pinus, menciptakan irama suara lembut yang menenangkan bagi siapapun yang mendengarnya. Liang Feng menunduk sejenak, memeriksa bekal airnya sambil menghela napas panjang. Sudah tiga hari berturut-turut ia meninggalkan desanya, menjelajahi tepian Hutan Perak demi mencari bahan ramuan bagi Nenek Li. Hari ini, ia harus kembali namun sebelum itu, ia tak menyangka akan menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar daun luchun.

Jejak tapak kaki kecil yang berserakan di tanah yang lembap berhasil menarik perhatiannya. Tak seperti bekas kaki rusa atau kijang, lekukan lekuknya tersusun tak beraturan, seperti goresan cakar halus pada akar-akar pohon. Liang Feng mendekat dan merapatkan telinganya pada desisan angin. Tak ada suara hewan buruan, hanya desiran daun yang bergesekan. Namun bau anyir darah tipis menusuk di hidungnya.

“Siapa kau…?” gumamnya lirih, menurunkan suara sekuat mungkin. Ia memetik bunga edelweiss dari ikat pinggangnya, hal itu isyarat untuk berjaga-jaga dengan bunga ini yang mampu menahan energi roh tingkat rendah dan melemahkan semacamnya.

Jejak itu kian menebal, mengarah ke sebuah semak-semak bambu yang tumbuh dengan rapat di pinggir jalan setapak. Liang Feng melangkah hati-hati, menarik tarikan napas dalam-dalam. Ketika ujung pedang bermotif naga putih menorehkan jejak di tanah, tiba-tiba batang bambu berguncang hebat, seolah ada yang tergencet di dalamnya.

“Siapa di sana?” suara Liang Feng serak, namun tegas.

Sekilas bayangan putih melesat di sela dedaunan. Sebelum sempat bereaksi, sebuah makhluk yang membuatnya takjub terlihat olehnya, makhluk itu adalah seekor rubah berwarna putih salju, tubuhnya terkoyak, bulu peraknya penuh dengan noda darah kering. Sorot matanya setengah terpejam, namun keanggunan roh kuno masih terpancar darinya.

Tanpa sadar, Liang Feng menengadah. Kabut pagi yang tadinya tipis, seakan berpendar lembut di sekeliling rubah itu yang menandakan keberadaannya bukan kebetulan. Ia membungkuk, menyimpan pedangnya dan mengambil langkah dengan hati-hati.

“Tenang, aku takkan menyakitimu.” bisiknya, sambil memanggul tas punggungnya. Ia mengeluarkan kain sutra lembut yang merupakan warisan ayahnya yang biasa digunakan Nenek Li untuk membungkus ramuan halus. “Tolong… biarkan aku membantu.”

Rubah itu mengerang dengan lemah ketika Liang Feng menggulung kain sutra dan membiarkannya melayang di udara, ia mengikatkannya perlahan pada tubuh rubah. Aroma bunga edelweiss menguar, menenangkan semangat roh. Cahaya perak memancar samar-samar dari kain sutra, mengurangi sedikit demi sedikit luka di punggung rubah itu.

“Bai Xue…” tiba-tiba nama itu terlintas di kepala Liang Feng, sejenis rubah roh yang legendaris dalam cerita rakyat. Konon, Bai Xue adalah penjaga roh hutan, makhluk yang muncul saat keseimbangan alam terancam. Namun selama berabad-abad, tidak ada satu pun yang berhasil melihatnya dengan mata telanjang, bahkan Hingga hari ini.

Rasa kasihan dan takjub bergelayut di dadanya. Dengan hati-hati, ia menepuk lembut bulu rubah yang mulai menipis akibat lukanya itu. “Bai Xue, jika memang kau pelindung hutan ini, cerita tentangmu sungguh membuatku penasaran. Tapi kenapa kau terluka parah seperti ini?”

Rahang rubah bergerak perlahan, dan suara yang lembut menggema dalam pikirannya bukan suara fisik, melainkan getaran roh atau bisa dikatakan telepati. “Kegelapan… mengikutiku. Gerbang… hampir terbuka.”

Pikiran itu memecut adrenalin Liang Feng. Ia tahu betul bahwa kabar tentang Gerbang Utama yang menghubungkan dunia manusia dan dunia roh hanyalah mitos, namun bila Bai Xue sendiri memperingatkannya, bahkan ia sendiripun tak bisa menolak.

“Ikuti aku.” ujarnya pada rubah yang berbalik berat sebelah. “Aku akan membawamu ke tempat aman. Nenek Li pasti bisa merawat luka-lukumu.”

Langkah mereka terhuyung di antara akar pohon dan semak-semak belukar. Kabut semakin menipis, memperlihatkan punggung bukit terjal di kejauhan. Setiap langkah rubah bergema pelan di tanah, namun kekuatannya semakin melemah. Liang Feng menyedot napas, menggenggam tongkat kayu putih yang biasa ia gunakan untuk meredam gangguan roh liar.

Sesaat, bayangan hitam melintas dengan Kilatan di balik pepohonan, Liang Feng melihat sosok humanoid tinggi, bersayap seperti kepingan asap pekat. Liang Feng langsung mengangkat pedang dan tongkat kayunya. Cahaya biru lembut menelusup dari Tianlong Mark yang merupakan tanda bahwa kekuatan naga legendaris dalam darahnya bangkit.

“Kau… Spirit Hunter!” Liang Feng berseru, meloncat ke samping untuk melindungi Bai Xue. Dia menancapkan pedang ke tanah, lalu membentuk simbol naga dengan tangan kirinya. Kilatan sinar hijau dan perak terpancar, menciptakan perisai berlapis-lapis di sekelilingnya.

Begitu serangan dari bidikan roh hitam itu, entah paku beracun atau serbuk bayangan terus mencoba menembus perisainya, Liang Feng mengayunkan tongkatnya ke depan. Gelombang energi menggulung, menghantam makhluk itu hingga terpental ke belakang, menusuk pohon besar di samping jalan. Suara gemeretak kayu pecah mengisi kekosongan diarea itu.

“Sial.” gerutu Liang Feng. Nafasnya mulai terengah-engah, keringat dingin menetes dari dirinya. “Bai Xue, lari!”

Bai Xue, yang seharusnya terkulai, tiba-tiba mengulur sedikit kekuatannya. Kilauan perak di bulunya menyala, menciptakan pancaran cahaya lembut yang menerobos kabut. Cahaya itu bergerak menyerupai suar burung phoenix, menyilaukan mata Spirit Hunter tadi. Tanpa pikir panjang, makhluk kegelapan itu mundur dan lenyap di antara pepohonan.

Liang Feng menahan napas. Pedangnya masih disangga di tanah, simbol naga di dadanya berdenyut secara pelan. Ia berjalan mendekati Bai Xue, mengambil kain sutra yang kini hampir merekat pada tubuh rubah itu.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya. Sekali lagi, gema pikiran Bai Xue mengalir. “Bantulah… segel… sebelum terlambat.”

Liang Feng mengangguk pelan. “Aku tidak mengerti apa maksudmu, tapi aku akan mencari Nenek Li. Dia akan tahu apa yang harus kita lakukan.”

Malam menjelang saat mereka akhirnya sampai di gubuk kayu kecil di pinggiran hutan, rumah milik Nenek Li. Lilin-lilin terapi rohani berkerlip di jendela, menunggu saat kedatangan sang murid. Liang Feng menggendong Bai Xue dengan pelan, memasuki ruangan yang beraroma wewangian ajaib.

Nenek Li, sosok renta berkerudung biru tua, menoleh dengan mata sabit yang lembut namun tajam untuk meneliti siapapun yang ada disekitarnya. “Feng, kau terlambat hari ini.” gumamnya. Namun begitu melihat rubah putih di pelukan muridnya, matanya terbelalak.

“By the river…” kata Bai Xue penuh usaha. Nenek Li mengangguk mengerti. Segera ia menyiapkan ramuan perak dan sutra suci, menyalakan lilin bunga kamelia seratus helai. Asap dupa berbalut mantra mengitari tubuh Bai Xue dan memulihkan energi rohnya.

Liang Feng memejamkan mata, melepaskan beban pikirannya sejenak. “Aku menemukanmu di tepi hutan.” bisiknya pada Nenek Li. “Rasanya dunia ini… berbeda, seolah kegelapan menanti di balik pepohonan.”

Nenek Li menatap dengan tajam. “Ini baru permulaan, Feng. Gerbang Utama hampir terbuka kembali. Aku merasakan gemuruh roh kuno di kedalaman hutan. Kau terpilih untuk menjadi penjaga lintas dunia. Tugasmu akan jauh lebih berat daripada apa pun yang pernah kau bayangkan sebelumnya.”

Sejenak keheningan menyelimuti suasana. Hanya desah napas Bai Xue yang mulai tenang, diselingi detak kecil lampu-lampu lilin yang bergoyang. Liang Feng menatap rubah itu dengan tekad menggelora.

“Aku siap, Nenek Li. Demi hutan, demi Bai Xue dan juga demi keseimbangan dunia.”

1
Oertapa jaman dulu
Menarik dan berbeda dg cerita lainya
Awal cukup menarik... 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!