Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipertemukan
Setiap setahun sekali majikan Namira sering berkunjung ke rumah sakit jiwa, tempat dimana adiknya di rawat. Kebetulan tahun ini beliau mengajak Mira dan Bu Ita. Sebab beliau akan datang datang setiap hari ulang tahun saudaranya yang mengalami gangguan jiwa tersebut.
Sampai di tempat itu, mereka langsung menemui seseorang yang di maksud. Meski saudara majikannya mengalami ganggun jiwa, tetapi dia terlihat antusias akan kedatangannya. Bahkan wanita itu sampai menangis karena mendapat kejutan.
Mereka saling berpelukan usai tiup lilin dan bernyanyi bersama. Namira yang melihatnya merasa kasihan sekaligus terharu.
Biasanya majikannya yang kini sudah ia panggil dengan sebutan itu memiliki waktu satu jam dalam berkunjung. Selain mengobrol bersama, mereka juga biasanya akan jalan-jalan di sekitar rumah sakit di bagian taman.
Pada saat Namira berjalan di belakang ibu angkatnya itu di bagian lorong, sekilas ia melihat seseorang yang tidak asing tengah duduk melamun di atas ranjang tempat tidur kecil di sebuah ruangan. Ia menghentikan langkah dan berjalan mendekat ke pintu ruangan yang sedikit terbuka untuk memastikan siapa orang itu.
Kedua mata Namira seketika melebar dan tubuhnya menegang. Air matanya tiba-tiba menggenang di pelupuk mata. Ia spontan menutup mulut seakan tidak percaya apa yang saat ini ia lihat.
Menyadari Namira tertinggal, Bu Ita menoleh ke belakang. Terlihat putrinya sedang berdiri di depan pintu salah satu ruangan di rumah sakit itu. Bu Ita langsung kembali untuk menghampiri Namira. Namun, Namira melengos masuk begitu saja ke dalam ruangan tersebut.
Bu Ita mendapati Namira tengah memeluk seseorang di ruang kamar pasien tersebut. Beliau tercengang melihat siapa yang tengah di peluk Namira.
"S-sera, anakku .." ujarnya.
Bu Ita ikut masuk ke dalam dan menyaksikan Namira tengah menangis sesenggukan seraya memeluk Sera.
"S s s s .." Lidah Bu Ita terasa kelu. "Sera."
Bu Ita ikut bergabung dalam pelukan mereka. Tangis mereka pecah lantaran Sera di temukan di sebuah rumah sakit jiwa.
Setelah merasa puas berpelukan, mereka pun melepaskan pelukannya. Menatap gadis dengan wajah datar itu dengan tangis yang tak kunjung henti.
"Kalian siapa? Kenapa kalian memeluk dan menangis?" tanya gadis itu dengan wajah yang terlihat bingung.
Tangis Namira dan Bu Ita semakin pecah lantaran Sera tidak mengenali mereka.
"Ini ibu, nak. Ini ibu, sayang," jawab Bu Ita seraya membelai lembut rambut Sera.
"Oh, ibu. Ibu aku bukannya lagi sakit, ya? Tapi kenapa kelihatannya baik-baik aja?"
"Ibu sudah sembuh, nak. Ibu sudah sehat, kita pulang ya. Kita kumpul sama-sama lagi ya, nak."
"Pulang?"
"Iya, kita pulang ya, sayang."
Sera diam, dia kelihatan bingung sekali. Lalu pandangannya beralih pada Namira.
"Kamu siapa? Ibu aku juga?" tanyanya.
"Ini kakak, Sera. Ini kak Namira." Namira mengenalkan dirinya sembari terisak.
"Kak Namira kakak aku? Nama suami kak Namira kak Dava kan?"
Namira melirik ke arah ibunya dan Bu Ita meminta Namira untuk mengiyakan saja.
Namira pun mengangguk.
"Bilangin sama suami kakak, jangan suka sama aku. Aku udah gak mau sama dia."
Namira mengangguk lagi.
"Duduk, kak, bu," pinta Sera seraya menepuk tepi ranjang agar mereka duduk dengannya.
Bu Ita duduk di sisi kiri Sera, Namira di sisi kanannya, sementara Sera di tengah.
"Kak Dava itu baik tahu sama aku, tapi kak Dava jahat sama kak Namira. Aku juga jahat sih sama kak Namira," ujar gadis itu lagi.
Namira mulai menghentikan tangisnya. Ia memberi kesempatan untuk Sera bicara.
_Bersambung_