Shofia tidak menyangka jika adik madu pilihannya bermain pelet hanya untuk menguasai suami mereka untuk dirinya saja.
Shofia berjuang setelah menemukan keganjilan dari sikap sang suami yang berlebihan memperlakukan istri kedua dan dzolim pada istri pertama.
Mampukah Shofia merebut kembali suami pertamanya dan bagaimana perjuangan Shofia melepaskan pelet sang madu dari suaminya?
ikuti: FB. Shiyu-Chan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
"Tidak, Nek. Minah ingin secepatnya ke Jakarta. Nanti jika menunggu kak Rudi maka Minah akan ditinggal oleh kak Yulia dan kak Freya. Bukan begitu, Kak?" jawab Minah dengan mata yang memendam rasa takut. Minah takut jika sang nenek tidak mengijinkan dirinya pergi.
"Jika kamu ingin menunggu kakak lelakimu tidak masalah, Minah," tukas Yulia yang mengijinkan Minah untuk bertemu dengan sang kakak terlebih dahulu.
Minah menunduk, tidak ada binar kebahagiaan saat Yulia mengijinkan untuk menunggu sang kakak. Yulia mengerutkan alisnya, seharusnya Minah bahagia tapi mengapa malah terdiam menunjukkan ketidak senangan bertemu dengan kakaknya.
"Baiklah, besok kita berangkat setelah mas Rudi datang. Jika ia tidak datang, Minah akan tetap berangkat walau tanpa ijinnnya," tegas Minah dengan suara yang tidak suka.
Lasinah mengusap rambut sang cucu yang hitam legam. Kecantikan alami Minah memang terlihat jelas dari mata yang bulat, bibir yang merah dan pipi yang merona merah. Sungguh seperti boneka hidup, hanya saja Minah tidak pandai merawat diri hingga kecantikannya tersembunyi.
"Baiklah kalau begitu, Nek. Kami akan pulang terlebih dahulu ke rumah bunda. Besok kami akan jemput kembali di sini," ucap Yulia berpamitan pada Lasinah dan Minah.
"Terima kasih, Kak. Minah akan menunggu kakak di sini," ujar Minah melepas kepergian Freya dan Yulia
"Baiklah, selamat malam Minah, selamat malam, Nek," pamit Yulia dan Freya
"Selamat malam, Nak. Hati-hati di jalan." Lasinah mengantar Freya dan Yulia sampai di gerbang depan.
Mobil Freya dan Yulia melaju meninggalkan rumah Minah. Wajah Minah mulai redup kembali, entah apa yang disembunyikan oleh gadis cantik itu.
Yulia dan Freya tertawa senang di dalam mobil, ternyata begitu mudah untuk mencari tumbal untuk Ki Sanca
"Ternyata tidak ada hal yang sulit di dunia ini, bukan begitu Hasna. Kita dengan mudah mencarikan tumbal untuk Ki Sanca," ujar Freya dengan tertawa lepas.
"Benar sekali, tetapi aku merasakan ada yang disembunyikan oleh Minah," ujar Yulia.
Freya terdiam, mendengar apa yang dikatakan oleh Yulia. Namun, dia menepiskan pikiran buruk. Dia sudah ingin segera kembali ke Jakarta. Takut jika suami dan ibu mertuanya mencari dirinya.
Mobil Freya sudah sampai ke halaman rumah Silvi. Dengan senyum lega, Yulia turun dari mobil mengajak Freya untuk masuk ke dalam rumah.
"Bundaaa ... Yulia pulang," teriak Yulia dengan suara lantang membuat siapapun yang mendengar pasti akan terganggu.
Kreek!
"Yulia!" Pekik Silvi.
"Bundaaa ...!"
Silvi dan Yulia saling berpelukan melepas rindu.
"Yulia, kau baik-baik saja kan, Nak?" tanya Silvi pada sang putri angkatnya.
"Yulia baik-baik saja, Bunda. Lihatlah, putrimu ini sangat terlihat sehat dan semakin cantik," jawab Yulia bangga dengan dirinya sendiri.
"Syukurlah kalau begitu, kau memang putri bunda yang paling cantik," sahut Silvi.
"Bunda, kenalkan ini Freya. Teman Yulia. Dia adalah istri kedua dari Farhan," ucap Yulia. memperkenalkan Freya pada Silvi
"Apa?! Farhan suaminya Shofia dan putra dari ustadz Azlan itu? Mantan suami mu dulu itu, Yulia?!" tegas Silvi. Selama ini Yulia tidak pernah cerita pada Silvi jika Farhan memiliki istri dua setelah bercerai dengan dirinya.
"Ssst ...! Bunda jangan keras-keras! Nanti Freya malu! Benar, mas Farhan mantan suami bohongan Yulia dulu. Yang katanya tidak akan membagi cinta dengan wanita lain selain Shofia, eh ... Nyatanya dia sekarang menjadikan Freya sebagai istri kedua. Sungguh omongan mas Farhan itu tidak ada yang bisa dipegang. Seperti itulah lelaki yang dulu bunda bela dan puji akhlaknya," cibir Yulia dengan penuh rasa bangga bisa membuat Farhan menjilat ludahnya sendiri tentang poligami.
"Sudah, ayo masuk. Kasihan temanmu. Nak Freya, ayo silakan masuk," ajak Silvi pada Freya yang sedari tadi diam menyimak. Ada gelenyar tidak suka di hati Freya saat Yulia menjelekkan suaminya.
"Terima kasih, Bunda," jawab Freya menerima ajakan Silvi
Freya melangkah masuk sambil melihat-lihat rumah Silvi yang paling bagus di antara rumah penduduk yang lain. Rumah Silvi satu-satunya rumah yang sudah memakai lantai keramik di kampungnya.
"Rumah bunda sejuk dan luas sekali, bunda di sini tinggal sama siapa?" tanya Freya masih dengan kekagumannya. Netra indah Freya menyapu luas rumah bagian dalam milik Silvi.
"Biasa yang namanya rumah kampung itu pasti luas seperti ini. Bunda tinggal sendirian, hanya ditemani oleh beberapa pembantu saja," jawab Silvi.
"Suami bunda kemana?!"
Degh!
Silvi terdiam dan mematung setelah mendengar pertanyaan dari Freya.