"Maafkan aku karena aku sudah mengkhianatimu, sayang," batin Kaisar.
Kaisar sangat kaget saat mengetahui dirinya sudah merenggut kesucian seorang gadis cantik yang tidak lain adalah anak dari pembantunya.
Kaisar mabuk berat, sehingga menganggap Luna sebagai istrinya. Padahal istrinya saat ini sedang terbaring koma di rumah sakit.
Masalah semakin pelik, saat mengetahui Luna mengandung anaknya dan bersamaan dengan sang istri sadar dari komanya.
Apa yang akan dilakukan Kaisar? Apakah dia akan menikahi Luna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Berlibur Bersama
Hari ini adalah hari Minggu...
"Mas, bagaimana kalau hari ini kita piknik," seru Luna dengan senyumannya.
"Piknik, piknik ke mana?"
"Bagaimana kalau kita ke kebun binatang, soalnya Fahmi dari dulu ingin sekali ke kebun binatang tapi aku tidak bisa mengabulkannya soalnya aku belum punya uang," seru Luna.
Uhuk..uhuk..
Kai yang sedang melahap nasi goreng buatan Luna tiba-tiba saja tersedak mendengar Luna ingin membawa Fahmi ke kebun binatang, bahkan untuk ke kebun binatang pun mereka belum pernah membuat hati Kai lagi-lagi terasa sangat ngilu.
"Astaga Mas, makannya pelan-pelan."
Luna memberikan minuman kepada Kai membuat Luna merasa bersalah.
"Kalau Mas tidak mau tidak apa-apa, lain kali saja," seru Luna dengan menundukkan kepalanya.
"Cepat habiskan sarapanmu, kita pergi ke kebun binatang sekarang juga," sahut Kai dingin.
"Serius Mas? Ya Allah, Fahmi pasti akan senang sekali kalau di ajak ke kebun binatang," seru Luna dengan antusiasnya.
Kai mengulum senyumannya melihat tingkah Luna, lagi-lagi kelakuan Luna berhasil membuat Kai tersenyum.
Setelah sarapan, Luna dan Kai pun segera pergi ke rumah Mama Arini dan Papa Mahaprana untuk menjemput Fahmi karena Fahmi menginap di sana.
Tidak membutuhkan lama, mereka pun sampai di rumah kedua orangtua Kai. Benar saja, Fahmi begitu sangat bahagia saat Papanya mengajak ke kebun binatang.
"Ma, Pa, kami pergi dulu ya," seru Luna.
"Iya sayang, selamat jalan-jalan," sahut Mama Arini.
Selama dalam perjalanan Luna dan Fahmi bernyanyi-nyanyi riang membuat Kai terkekeh.
"Apa kamu bahagia, sayang?" tanya Kai.
"Iya Pa, Fahmi sudah sejak dulu ingin pergi ke kebun binatang. Papa tahu tidak, setiap ada piknik dari sekolah hanya Fahmi yang tidak pernah ikut karena Fahmi tidak mau menyusahkan Mama," seru Fahmi.
"Anak yang pintar, tapi mulai sekarang kamu tidak usah sedih. Mau apa pun, Papa akan mengabulkannya asalkan kamu ngomong jangan dipendam lagi ya."
"Oke, Pa."
Mobil Kai mulai masuk ke kawasan kebun binatang, Kai memarkirkan mobilnya dan segera membeli tiket masuk.
"Cepat Pa, Fahmi ingin cepat-cepat masuk ke dalam kebun binatang," seru Fahmi sembari menarik tangan Kai.
"Iya sayang, sabar."
Fahmi benar-benar sangat bahagia, Fahmi tidak melepaskan genggaman tangannya kepada Kai sedangkan Luna berjalan di belakang dengan senyuman yang mengembang.
"Sungguh aku sangat bahagia, melihat Fahmi bisa bersama dengan Papanya seperti itu," batin Luna.
1 jam pun berlalu, mereka sudah mengelilingi kebun binatang itu.
"Kita istirahat dulu ya," seru Kai.
Mereka bertiga pun masuk ke sebuah kedai makanan, dan memesan makanan ringan di sana.
"Fahmi, ucapakan terima kasih sama Papa," seru Luna.
"Terima kasih Pa, sudah ajak Fahmi ke kebun binatang."
"Sama-sama, sayang."
Fahmi begitu fokus dengan burgernya, Luna dan Kai sampai tersenyum melihat Fahmi. Tiba-tiba Kai teringat sesuatu dan merogoh saku celananya, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan memberikannya kepada Luna.
"Ini, simpanlah."
"Kenapa Mas memberikan ini kepadaku?" tanya Luna.
"Sekarang kan, kamu sudah menjadi istriku jadi kamu berhak memegang kartu ATM nanti aku akan transfer uang untuk kamu."
"Tidak usah Mas, apa ini tidak terlalu berlebihan."
"Berlebihan bagaimana? sudah simpan saja, dan kamu boleh memakai uang itu buat apa pun terserah kamu nanti kalau sudah habis, kamu tinggal bilang saja," seru Kai.
Luna tersenyum. "Terima kasih, Mas."
Setelah puas bermain, Kai pun memutuskan untuk mengajak anak dan istrinya pulang karena hari sudah sore.
Fahmi terlihat tertidur di kursi belakang, Kai membuka dashboard mobilnya dan mengeluarkan sebuah ponsel dari sana.
"Ini ponsel untukmu, jangan ditolak lagi karena kamu butuh memegang ponsel soalnya nanti kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku. Di sana juga sudah aku simpan nomor aku," seru Kai.
"Iya, Mas."
Beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di rumah. Kai segera turun dan menggendong Fahmi yang masih terlelap tidur, lalu menidurkan Fahmi di kamarnya sedangkan Luna menjatuhkan tubuhnya di sofa sungguh hari ini dia begitu sangat lelah.
Setelah menidurkan Fahmi, Kai pun menyusul Luna dan duduk di samping Luna.
"Terima kasih Luna, kamu sudah melahirkan anak yang sangat pintar dan kamu juga sudah mendidik Fahmi dengan sangat baik."
"Apa Mas tidak bosan bicara seperti itu terus? soal mengurus Fahmi, itu sudah menjadi kewajiban dan tugas aku Mas," sahut Luna dengan senyumannya.
"Iya, tapi tidak semua wanita bisa sekuat dan sehebat kamu. Aku merasa sangat berdosa, bahkan aku merasa sedih saat melihat Fahmi tumbuh dengan serba kekurangan."
"Sudahlah Mas, kita bisa melewati semuanya dengan baik-baik saja justru aku sangat bahagia dan bersyukur karena sekarang Mas sudah mau menerima aku dan juga Fahmi. Mas tahu, ini adalah hal yang sangat aku tunggu-tunggu selama ini," seru Luna.
"Maafkan aku Luna, aku terlalu dibutakan cinta kepada Medina sehingga aku tidak bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang berpura-pura."
Untuk sesaat Kai dan Luna terdiam, hingga akhirnya Luna pun memilih untuk pergi.
"Aku mau masak dulu untuk makan malam."
Kai mengusap wajahnya dengan kasar, dia baru sadar kalau selama ini hanya Luna yang memperhatikannya dan dia semakin bertekad untuk bisa membahagiakan Luna dan juga Fahmi.