Terpaksa Menikahi Perjaka Tua

David tertegun mendengar perkataan Kenisha yang begitu dalam.

“Ternyata kau menghargai pernikahan kita, ku pikir karena kau suka uang kau tidak akan perduli aku dengan wanita mana pun,” ucap David.

“Tidak usaha berbasa-basi, aku benci laki-laki tidak setia seperti mu, mas.” kemudian Kenisha membuang wajahnya ke samping karena tak ingin melihat David yang terus menatapnya dengan mata tak berkedip.

“Aku masih punya perasaan padanya.”

“Jadi kau tetap ingin menikahinya?” tanya Kenisha untuk memastikan.

“Mungkin,” jawab David.

“Kalau begitu pulangkan aku baik-baik ke rumah orang tua ku, katakan alasan mu yang sebenarnya agar mereka mengerti,” ucap Kenisha.

Menarik, ternyata dia tidak takut hidup miskin kalau ku cerai, batin David.

“Apa kau yakin?”

“Iya, pasti tidak akan ada bahagia di rumah tangga kita kalau ada orang ketiga, aku ikhlas mas, silakan perjuangkan kebahagiaan kalian.” Kenisha yang pasrah membuat David menghela nafas panjang.

“Baiklah, sudah cukup adegan sedihnya.” kemudian David duduk di pinggir ranjang.

“Aku tidak berniat untuk menceraikan mu, bagaimana dong?” tatapan nakal David sangat menyakiti harga diri Kenisha.

“Kalau begitu mas harus memutuskan, dengan ku atau dia, jika kau memilih ku, telepon dia sekarang juga, katakan padanya tidak akan ada hubungan pernikahan atau apapun di antara kalian.” Kenisha yang tegas hampir membuat David tertawa.

“Kau berani memerintah ku?” David pun menghantarkan wajahnya lebih dekat pada Kenisha.

“Bukan perintah melainkan memperjuangkan hak sebagai istri, kalau kau tidak setuju tapi tidak mau menceraikan aku, itu artinya tidak ada kontak fisik di antara kita, selain jijik aku juga alergi pada laki-laki yang siap pakai secara gratis! Kau harus tahu mas, aku sangat benci pada wanita itu.” Kenisha yang ingin mempertahankan kedudukannya menunjukkan taringnya pada suaminya.

“Waw!” David tertawa getir lalu ia membelai rambut hitam panjang istrinya.

“Kau pikir setelah aku membeli mu, kau bisa bicara seenaknya pada ku?” kata-kata menohok dari David menyadarkan Kenisha kalau orang tuanya selama ini telah menjualnya demi kehidupan yang lebih layak.

“Apa menurut mu salah, kalau aku hanya ingin diriku seorang di hatimu? Apa aku saja tidak cukup untuk mu, mas?” ucap Kenisha.

“Jangan di perpanjang lagi, ini bukan masalah besar, pikirkan kebahagiaan keluarga mu,” ujar David.

“Baiklah, kalau begitu izinkan aku selingkuh supaya kita berdua impas.” permintaan Kenisha hampir membuat David main tangan.

“Kau lebih berani dari apa yang aku bayangkan. Hei, apapun yang telah menjadi milik ku tidak boleh di sentuh oleh orang lain, aku juga tidak mudah melepaskan apa yang telah aku dapatkan.” kemudian David menggendong paksa Kenisha ala brida style menuju kamar mereka.

“Aku sudah bilang! Aku tidak mau di sentuh!” pekik Kenisha.

“Yang kepala rumah tangga itu aku bukan kau! Kalau kau tidak suka itu derita mu! Aku sama sekali tidak terusik dengan kondisi hati, kau pikir aku akan menyia-nyiakan mu sebagai istri?” sesampainya di dalam kamar David melempar tubuh Kenisha ke atas ranjang.

“Perlu ku tegaskan pada mu! Semua yang kalian dapatkan harus kau bayar dengan mengabdi sebagai istri yang patuh pada ku, aku tidak suka ada penolakan, harusnya kau sadar siapa dirimu!” kemudian David yang super kejam mengeksekusi istrinya dalam keadaan tidak ikhlas.

“Aku benci kau mas!” teriak Kenisha sekencang-kencangnya.

***

Max yang ada di kamarnya teringat akan wajah cantik alami Kenisha.

“Pasti enak mencium bibirnya, tanpa lipstik saja sudah merona.” Max ingin dapat memiliki istri saudaranya sendiri.

“Wanita tanpa make up itu memang lebih menarik.” kemudian Max membuka galeri handphonenya karena ia sempat memotret Kenisha yang sedang termenung di kebun belakang.

“David benar-benar beruntung, selain memiliki orang tua yang lengkap dia juga memiliki istri yang usianya sangat belia, aku harus bisa merusak rumah tangganya, setidaknya itu keadilan untuk ku, karena aku tahu pasti tidak ada menang jika melawan secara langsung.” Max yang masih menyimpan dendam tidak akan membiarkan hidup David bahagia.

Setelah selesai menatap foto Kenisha, Max bangkit dari ranjang.

“Aku sangat lapar.” lelaki tampan dan maskulin itu pun bergegas menuju dapur.

Saat Max membuka pintu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Winda.

“Selamat malam tuan.” Winda menyapa sang majikan yang pernah menyatakan cinta padanya namun tak ada status lebih lanjut di antara mereka karena Winda tak pernah memberi jawaban pada Max.

“Malam juga,” sahut Max.

Kemudian Max berlalu tanpa mengatakan apapun lagi pada Winda.

Winda yang masih menyimpan rasa tentu sedikit kecewa pasalnya Max terlihat tak tertarik lagi padanya.

“Apa dia sudah punya wanita lain?” semenjak Max kuliah di luar negeri hubungan mereka berdua pun merenggang. Winda yang ingin bertanya langsung juga merasa malu.

“Tidak, aku harus menahan diri.” Ia yang hanya bekerja sebagai art tak boleh bersikap lancang pada majikannya.

“Mungkin ini resiko mencintai orang yang derajatnya berbeda dengan kita.” Winda yang patah hati hanya bisa memendam hasrat cinta yang ada di dalam hatinya.

***

Lilis yang tak dapat tidur malam itu memilih untuk duduk di teras.

“Apa ibunya Leo akan berhenti setelah mendapatkan koper itu?” Lilis yang khawatir menjadi pusing sendiri.

“Kenapa situasinya jadi rumit begini? Pada hal sebelum ini kehidupan kami baik-baik saja.” saat Lilis meratapi nasib buruk yang menimpa mereka tiba-tiba ia melihat siluet seseorang dari pohon yang ada di pinggir jalan.

Deg!

“Siapa itu?” Lilis bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

“Apa pencuri?” seketika Lilis merasa panas dingin.

“Atau itu Liza yang ingin mencuri lagi ke rumah kami lagi?” Lilis menghela nafas panjang.

“Pada hal waktu kami miskin tak ada orang yang mau datang berkunjung ke rumah kami, apa kami yang kayak mendadak menjadi pusat perhatian orang kampung?” Lilis pun bangkit dari duduknya.

Sejurus dengan itu siluet yang ada di pohon tiba-tiba menghilang.

“Ini tidak benar, apa itu adalah hantu Leo?” Lilis yang ketakutan segera masuk ke dalam rumah.

“Aku harus memberitahu mas Wahyu.” ketika Lilis masuk ke dalam kamar ia pun melihat suaminya telah tidur lelap.

“Sejak tidur di atas ranjang empuk dan mahal mas Wahyu jadi tidak ingat bangun!” Lilis yang ingin curhat pun mengurungkan niatnya.

Ia pun merebahkan tubuhnya di sebelah suaminya yang mendengkur keras.

***

Rohima yang masih menonton TV di kamarnya tiba-tiba terganggu karena ada yang mengetuk jendela kamarnya.

Tok tok tok!

Gadis kecil itu sontak menoleh ke sumber suara.

“Siapa?” tanya Rohima tanpa takut sedikitpun.

“Teman baru, apa aku boleh masuk?” ucap seorang pria bersuara serak dan berat.

Rohima tak begitu saja menjawab pertanyaan pria tersebut.

“Siapa nama mu om?” tanya Rohima seraya berjalan ke arah jendela.

“Buka dulu, nanti om akan memperkenalkan diri padamu.”

Rohima pun mengetuk jendela satu kali lalu ia berkata.

“Maaf, kata ibu aku tidak boleh mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam rumah, kalau mau aku minta izin dulu, silakan om masuk dari pintu depan.” ternyata Rohima masih ingat pesan ibunya.

“Om membawa permen, om juga tahu kalau kau suka kelinci, tujuan om ke sini hanya untuk memberikan hewan lucu ini, ayo buka jendelanya, om tidak bisa lama-lama karena masih banyak hadiah yang ingin di bagikan kepada anak-anak yang ada di kampung bawah,” ucap seseorang dari balik jendela.