Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 10
Faza terbangun sekitar jam 12 malam.
Eughhh...
Faza melenguh panjang sambil perlahan membuka kedua matanya..
"Loh, kok aku ada di kamar ?!"
Perempuan itu bangun perlahan dengan kebingungan. Melihat pakaian nya yang masih sama seperti saat ke tempat hiburan, Faza langsung teringat, beberapa jam lalu dia masih ada di dalam mobil bersama Aric dan Alena..
Faza turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Saat membasuh wajahnya, Ingatan Faza sudah kembali seluruhnya. Dia ingat, saat di mobil dia sangat mengantuk mungkin karena kelelahan, setelah itu dia tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya..
"Jangan-jangan....." Faza menutup mulutnya, takut untuk melanjutkan kalimat yang terus berputar di atas kepalanya..
Di tengah malam itu pun, Faza memutuskan untuk tetap mandi dan membersihkan diri nya. Setelah beberapa menit, faza kembali keluar dalam keadaan segar dengan rambut yang terurai dan tentu masih sangat basah.
Entah kenapa, bukannya langsung memakai baju, pandangan Faza justru langsung tertuju pada ponselnya yang ada di atas nakas dan yang lebih membuatnya bertanya-tanya adalah benda pipih itu sedang di isi daya..
Faza duduk di sisi ranjang nya, mengambil ponsel yang rupanya dalam keadaan mati. Setelah ponsel nya itu aktif kembali, faza malah di buat bingung dengan wallpapernya yang sudah berganti..
"Siapa yang mengganti wallpaper di hape ku ?" tanya Faza yang tentu pada diri nya sendiri, sebab tidak ada siapapun di sana selain dirinya..
Foto itu adalah foto Faza, Alena dan Aric saat di taman hiburan. Foto yang di ambil Aric secara sembunyi-sembunyi. Kenapa Faza berpikir begitu, sebab hanya Aric yang melihat ke kamera, sementara Faza dan Alena seperti sedang asik tertawa berdua..
Melihat wajah Aric yang tersenyum tipis melihat ke kamera, membuat jantung Faza tiba tiba jadi berdebar-debar lagi seperti saat lelaki itu ada di dekatnya..
Faza menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat..
"Stop Faza! Jangan berpikir yang aneh-aneh!" Faza meletakkan kembali ponselnya dengan kasar.
Buru-buru Faza mencari baju tidur di dalam lemari dan langsung memakainya.
"Aku harus tidur sekarang, pasti besok akan kembali seperti sebelumnya!"
Keesokan paginya, Faza bangun karena mendengar ketukan pintu kamar.
"Tante, Alena mau sekolah.." Suara Alena membuat Faza langsung terjaga. Tanpa terlebih dahulu melihat jam, Faza setengah berlari membuka pintu kamar..
"Alena.. Kok sudah rapih ?" tanya Faza sambil mensejajarkan tingginya dengan tinggi Alena
"Iya dong tante, Alena kan mau sekolah. Kata oma sudah mau jam 8.."
Sontak saja Faza kaget mendengar itu, ini kali pertama dia terlambat.
"Ya sudah, Tante ganti baju dulu, kamu tunggu di bawah ya.. Tante cuma sebentar kok.." ucap Faza sambil buru-buru hendak masuk kembali ke dalam kamar. Berhubung semalam sudah mandi, jadi jika pagi ini tidak mandi pun seperti nya tidak jadi masalah.
"Tante, Alena kesini cuma mau pamit.. Bukan mau minta di anter tante.." ucap gadis polos itu lagi...
Faza mengerutkan dahi nya, tapi langsung merubah mimik wajahnya lagi dan memberikan seulas senyuman "Oh, kamu mau di anter oma, ya ?"
Alena menggeleng,
"emm, kalau begitu di anter sama Opa, ya ?"
Alena lagi lagi menggeleng,
"Terus Alena di anter sama siapa dong ?" tanya Faza jadi geregetan juga..
"Sama papa.."
Deg!
Lidah Faza langsung kelu. Tubuhnya yang semula biasa saja, kini menegang dengan perasaan tak karuan..
"Papa ada di bawah lagi ngobrol sama Oma. Ya sudah, ya, tante.. Alena berangkat sekolah dulu.." Tak sempat Faza bereaksi lagi, Alena sudah mengambil tangan nya dan menciumnya sekilas. Kemudian bocah itu berlari ke arah tangga..
"Alena, jangan berlari sayang.. Nanti jatuh lagi.." Kata Faza setelah tersadar dari lamunan sesaat nya..
"Iya, tante..." Jawab Alena dengan suara yang terbawa angin..
Faza berlari masuk ke dalam kamar dan membuka sedikit tirai jendela ketika mendengar suara mobil Aric perlahan meninggalkan halaman rumah.
Tanpa di duga, saat Faza sedang mengintip dari celah tirai, Aric melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah nya..
Otomatis Faza kembali bersembunyi dengan jantung yang berdegup cepat seperti seseorang yang tertangkap basah telah mencuri..
Faza memegangi dadanya, sambil memejamkan mata untuk sesaat..
"Ck.. Kamu ini kenapa sih, Faza... Kenapa harus sembunyi segala, sudah macam anak perawan saja.." Gumam nya dengan nada gemas..
"Loh, kan aku memang masih perawan.." Faza menggeplak keningnya sendiri sambil tersipu malu..
Sekitar pukul 9 pagi, Faza pun pamit pada mama dan papa mertua nya untuk pergi ke galery sekalian menjemput Alena nanti.
"Kamu nggak sarapan dulu, Faza ?" tanya Mama
"Nanti Faza sarapan di galery, mah. Takut nggak keburu. Ada yang harus Faza urus di Galery.. Faza pamit ya, mah.. Pah..." Faza pun segera berangkat dengan mobil miliknya sendiri. Kemarin sebelum pergi ke taman hiburan, Faza meminta Pak Dirman untuk mengambil mobilnya di rumah Aric..
Faza terlihat terburu-buru meninggalkan rumah. Beberapa saat yang lalu ketika hendak menuruni tangga, Faza mendapat pesan dari salah satu staf galerynya, dan pesan itu berisi informasi penting yang meminta Faza untuk secepat nya datang ke galery.
Sampai di galery, Faza langsung di sambut dengan keramaian galery yang tak seperti biasa. Faza memarkirkan mobilnya di samping mobil polisi.
Salah seorang staf kepercayaan nya langsung menghampiri Faza..
"Ini ada apa, Mila ?" tanya Faza panik
"Galery kita kebobolan maling, bu. Sekitar pukul 3 pagi." Kabar itu seketika membuat Faza sedikit limbung..
"Bu Faza, Ibu nggak apa apa ?" tanya staf itu lagi sambil menahan tubuh Faza yang hampir jatuh..
Sambil memijat keningnya, Faza pun berusaha untuk mencari kursi terdekat..
"Selamat pagi. Apa anda pemilik galery ini ?" tanya petugas berbaju coklat..
"Ya, saya pemilik galery ini, pak." jawab Faza sambil berusaha berdiri kembali.
"Bisa kita bicara sebentar.."
"Silahkan ke ruangan saya, pak.." Faza pun menuntun petugas tersebut ke arah ruangan nya dengan berjalan di depan..
"Baik, bu.. Seperti yang sudah ibu lihat, pintu masuk tidak rusak sama sekali. Namun di bagian samping kerusakan nya cukup parah. Menurut keterangan Staf ibu yang bernama Ibu Mila, ada salah satu lukisan yang hilang."
Faza berusaha untuk tetap tenang, meskipun jauh di lubuk hati nya dia merasa sangat takut sekali..
"Beberapa CCTV telah di rusak oleh pelaku. Kami dapat menyimpulkan bahwa pelaku tidak hanya satu orang." Sambung polisi itu lagi..
"Untuk penyelidikan lebih lanjut, kami akan membawa security galery serta beberapa staf. Kami mohon ibu Faza juga untuk ikut bersedia memberi keterangan."
"Baik, pak."
Sebenarnya ada banyak kata yang ingin Faza ucapkan. Tapi entah kenapa hanya dua kata itu yang keluar dari mulutnya.
Petugas itu pun keluar dari ruangan. Tapi, sebelum Faza menyusul, dengan tangan gemetar Faza menghubungi seseorang.
"H-halo, mah.. M-maaf, mah, bisa tolong gantikan Faza menjemput Alena.."
"Halo, Faza. Ada apa dengan suara kamu ? Kamu menangis ?" tanya Mama Dian karena mendengar suara Faza bergetar saat bicara..
"Ng-nggak mah, gak ada apa-apa, kok. Sekali lagi maaf, ya mah. Faza lagi buru-buru. Tolong jemput Alena. Makasih, mah.." Setelah itu Faza pun menutup telepon nya.
Faza keluar dari ruangan nya, di sana sudah menunggu dua petugas kepolisan, security galery serta beberapa staf nya.
"Mila, kamu naik mobil saya."