Menjadi wanita single parent untuk anak laki-laki yang ditemukan di depan kosnya saat kuliah dulu membuat Hanum dijauhi oleh orang-orang terdekatnya bahkan keluarganya karena mereka mengira jika anak itu adalah anak Hanum dari hasil perbuatan di luar nikah.
Hanum hanyalah sosok figuran bagi orang di sekitarnya. Terlihat namun diabaikan begitu saja oleh mereka. Walau begitu Hanum tak mempermasalahkannya karena menurutnya cukup ada anak laki-laki itu di hidupnya itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Menjadi sosok figuran ternyata terus berlanjut di hidup Hanum saat ia memutuskan menerima permintaan menikah dengan seorang pria anak dari Dekan fakultasnya yang telah membantunya menyelesaikan studynya saat kuliah dulu.
"Bagaimana bisa Mama memintaku menikahi wanita beranak satu itu?!" Pertanyaan berupa hinaan itu terdengar oleh telinga Hanum dari pria yang berstatus sebagai calon suaminya.
Kehidupan rumah tangga yang ia harapkan dapat bahagia ternyata justru sebaliknya karena pria yang telah menjadi suaminya itu hanya menganggapnya sosok figuran yang hanya terlihat tapi tidak dianggap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukankah Dio?
"Makan siang di rumah Nenek?" ulang Divan dan diangguki Hanum sebagai jawabab.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita pulang, Nak." Ajak Hanum.
Divan mengiyakannya lalu mereka pun beranjak untuk pulang ke apartemen.
Dalam perjalanan pulang ke apartemen Hanum lewati dengan berbicara bersama putranya yang selalu menanyakan apa saja yang ia lihat selama berada di perjalanan.
Dua puluh menit berlalu, kini Hanum dan Divan sudah berada di apartemen. Hanum segera mengajak Divan menuju kamar untuk mempersiapkan baju untuk mereka pergi nanti.
"Divan pakai baju ini saja, Mah!" Ucap Divan mengambil baju kaos polosnya yang bewarna merah bata dan memberikannya pada Hanum.
"Baiklah, kalau begitu Mama pakai baju yang senada dengan Divan." Ucap Hanum lalu mengambil baju yang bewarna senada dengan Divan.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan kini Hanum sudah berada di depan kediaman Bu Shanty dan Tuan Mahesa. Hanum yang nampak gugup itu terlihat menghela nafas berkali-kali sambil menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu untuk mereka.
"Hanum, Divan." Bu Shanty tersenyum merekah menyambut kedatangan Hanum dan Divan.
Hanum segera mengulurkan tangannya pada Bu Shanty dan dengan cepat disambut oleh Bu Shanty. Divan pun turut melakukan hal yang sama setelah Hanum selesai menyalimi Bu Shanty.
"Ayo masuk dulu, Nak." Ajak Bu Shanty.
Hanum mengiyakannya lalu menggandeng tangan Divan masuk ke dalam rumah. Bu Shanty pun langsung menuntun Hanum dan Divan untuk menuju ke ruang makan karena Nenek Eno dan Tuan Mahesa sudah menunggu kedatangan mereka di sana.
"Shanty, ayo panggilkan Dio dan Digo untuk bergabung." Ucap Nenek Eno pada Bu Shanty setelah Hanum dan Divan duduk bersama mereka di meja makan.
"Baik, Ma." Balas Bu Shanty lalu beranjak menuju kamar kedua putranya.
Tak berselang lama Dio dan Digo pun kini sudah bergabung di meja makan bersama mereka. Digo yang terlihat sangat senang dengan kedatangan Divan sejak tadi tak henti mengajak Divan berbicara. Sedangkan Dio memilih diam sambil menatap ke arah ponselnya.
"Karena semua orang sudah berada di sini, sekarang ayo kita mulai nikmati makanan yang sudah terhidang di atas meja." Ajak Tuan Mahesa.
Semua orang yang berada di meja makan mengiyakannya lalu mengambil makanan mereka masing-masing. Selama acara makan siang bersama mereka berlangsung Hanum nampak menahan rasa gugupnya karena sejak tadi ia merasa Dio terus memperhatikannya tanpa berkedip. Hanum pun berusaha untuk tetap bersikap biasa saja dengan sesekali menyuapi Divan makanan.
Dua puluh lima menit berlalu acara makan siang bersama mereka pun selesai. Bu Shanty pun mulai angkat bicara mempertanyakan bagaimana kesiapan Hanum untuk acara pernikahannya beberapa hari lagi.
"Semua berkas yang diperlukan sudah siap dan tinggal menunggu hari pernikahan saja, Bu." Jawab Hanum.
"Syukurlah kalau begitu. Semoga acara hari pernikahanmu dan Dio nanti berjalan lancar." Harap Bu Shanty dan diangguki Hanum sebagai jawaban.
"Oh, ya, Tuan, apa tadi pagi mobil Tuan melewati taman yang berada di daerah B? Sepertinya tadi pagi saya dan Divan melihat mobil Tuan berada di sekitar taman." Tanya Hanum.
Uhuk
Uhuk
Dio tiba-tiba saja terbatuk-batuk. Tentu saja reaksinya itu membuat semua orang kini menatapnya dengan wajah bingung.
"Bukankah tadi pagi Dio yang membawa mobil Papa untuk pergi berjalan-jalan?" Tanya Bu Shanty angkat bicara.
***
Kalau Cita harus diwaspadai lho Richard kau nanti terjebak ranjaunya Cita
memang selayaknya begitu kamu sedang hamil jadi hatimu damai semoga putrimu kelak mempunyai pribadi sebaik dirimu.