Terpaksa Menikahi CEO Lumpuh

Namun tidak lama setelah itu Kiara kembali datang ke kolam renang tersebut dengan membawa segelas jus untuk Ardan.

"Ini tuan."Ucap Kiara memberikan jus tersebut kepada Ardan.

"Apa tidak ada untuk ku?"Tanya Bima.

Kiara menoleh mendengar suara Bima, dan benar saja ia mendapati Bima juga ada di sana,ia berjemur sedikit jauh dari Ardan di kursi pojok.

"Kau bisa meminta dengan maid lain."Ardan menjawab ucapan Bima barusan.

"Aku tidak menemukan maid lain di sini,apakah aku tidak boleh meminta maid mu juga melayani aku? Ayo lah Kiara, hanya segelas jus."Ucap Bima yang sebenarnya cemburu jika Kiara hanya melayani Ardan.

"Baik lah tuan Bima, tunggu sebentar."Ucap Kiara hendak kembali berjalan ke dapur.

Namun siapa sangka Ardan marah dan ia menumpahkan jus itu secara sengaja ke lantai tepi kolam renang tempat Kiara Lewat.

Hal itu membuat Kiara tergelincir karena licin nya jus jeruk yang tumpah,dan Kiara pun tercebur ke kolam renang, kepala nya terbentur sisi tepi kolam dan ia pun seketika pingsan tak sadarkan diri dengan darah yang mulai terlihat bercampur dengan air di dalam kolam renang.

Sontak Ardan dan Bima yang melihat itu pun kaget.

"Astaga Kiara!"Ucap Ardan menjerit.

Sementara Bima dengan cepat berdiri dan menghambur ke dalam kolam renang untuk mengambil Kiara.

Bima mengendong Kiara naik ke atas dan membaringkan tubuh nya di tepi kolam renang.

Sementara Ardan ia berusaha keras untuk bergerak mendekati Bima dan Kiara namun apa lah daya dirinya tidak bisa berjalan,beda jauh dengan Bima.

Saat berusaha turun dari kursi Ardan terjatuh, ia benar-benar khawatir melihat keadaan Kiara yang tak sadarkan diri.

Tepat saat itu maid A dan maid B pun datang,maid A membantu Ardan naik ke kursi rodanya sementara maid B membantu Ardan.

"Kiara sadar lah, sadar lah Kiara."Ucap Bima menepuk-nepuk pelan pipi Kiara.

"Tuan bagaimana jika nyonya di bawa ke kamar dulu, dan biar kan saya menelpon dokter."Usul maid B kepada Bima.

"Baik bi, cepat lah."Ucap Bima kembali hendak mengendong Kiara.

"Jauh kan tangan mu dari nya."Ucap Ardan yang saat itu sudah duduk di kursi roda nya.

Hati nya sakit melihat dirinya yang bagaikan tidak berguna untuk sang istri, ia merasa kecewa kepada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa saat Kiara jatuh,malah sepupunya yang menolong Kiara.

"Ardan kondisi seperti ini mau masih mau marah apa?"Ucap Bima tidak mempedulikan Ardan dan terus mengendong Kiara membawa nya masuk ke dalam dan menuju kamar Kiara.

Ardan terdiam dengan ucapan Bima, rasa sakit di hatinya benar-benar membuat ia merasa tidak pantas.

"Ini salah ku."Batin Ardan sambil melirik ke arah kaki nya.

Ardan yang emosi karena tidak bisa menolong Kiara,ia memukul-mukul kaki nya dengan kuat, terlihat sorot mata sedih bercampur marah itu menatap kaki lumpuh nya.

Satu jam berlalu.

"Dok bagaimana keadaan nya?"Tanya Bima saat dokter yang memeriksa Kiara keluar dari kamar Kiara.

"nona Kiaramengalami benturan di kepala nya, sehingga membuat ia pingsan, tapi tenang saja, dia akan baik-baik saja."Ucap dokter tersebut sambil tersenyum.

"Huhhh, bagus lah."Ucap maid A dan maid B secara bersamaan.

"Bagus lah, kapan dia akan sadar dok?"Tanya Bima.

"nona Kiara akan sadar dengan sendirinya, dan sebaik nya biar kan dia istirahat dengan cukup dan saya sudah memberikan obat untuk luka nya."Jelas dokter itu.

Itu adalah dokter pribadi keluarga Ardan dan dia sudah di percaya sejak lama oleh keluarga mereka.

"Baik lah terimakasih banyak dokter."Ucap Bima.

"Kalau begitu saya pamit dulu."Ucap sang dokter.

Bima mengganguk kan kepala nya sambil tersenyum lega.

Setelah dokter itu pergi Bima masuk ke dalam kamar Kiara dan melihat Ardan yang ada di sana dengan tangan yang mengengam tangan Kiara dan sesekali mencium nya.

"Ini semua salah mu."Ucap Bima kepada Ardan.

Ardan menoleh menatap Bima namun ia tidak bicara apapun.

"Jika kau tidak egois mana mungkin akan terjadi seperti ini kepada nya."Bima meneruskan kalimatnya.

"Diam, jangan bicara lagi, apa kau tidak melihat istri ku sedang istirahat?"Jawab Ardan dengan suara kecil namun sangat jelas terdengar di kuping Bima.

Deg ... seketika jantung Bima seakan ingin berhenti berdetak, mendengar ucapan Ardan barusan.

"Bercanda mu tentu tidak lucu."Ucap Bima sedikit mendekati Ardan yang duduk di kursi roda nya tepat di samping Kiara.

"Bercanda? Seharusnya aku mengatakan hal ini lebih awal kepada mu bukan? Tolong jauhi istri ku Bima,aku tidak ingin ada seorang pun yang berusaha mengambil nya dari ku."Ardan berkata dengan tatapan serius.

"Jangan gila, dia itu hanya pelayan mu,bukan istri mu, aku tau kau juga suka dengan nya,dan kau tidak ingin aku mendekati nya bukan? Mari bersaing secara sehat."Ucap bima menantang Ardan.

"Terserah saja jika kau tidak percaya, tapi yang jelas dia milikku, dia istri ku, aku rasa hal ini sudah cukup menjawab begitu banyak pertanyaan mu sebulan ini, tentang mengapa aku memperlakukan seperti ****** atau apa, itu wajar karena dia istri ku, sekarang juga keluar dari kamar ini."Ucap Ardan dengan wajah datar dan aura Dingin nya.

"Dan aku tidak akan mempercayai apa yang kau katakan, aku akan membuktikan jika yang kau ucapkan itu adalah kebohongan." Bima berjalan keluar dari kamar Kiara dengan wajah merah menahan emosi.

Tidak peduli seberapa kuat nya Ardan mengatakan hal yang sebenarnya kepada Bima,ia tetap tidak mempercayai Ardan.

Sementara maid A dan main B yang menguping merasa kaget.

Tentu saja mereka kaget, karena Ardan saat ini sudah mengatakan hal yang sebenarnya, apakah itu artinya Ardan sudah benar-benar mencintai Kiara? Dan itu membuat kedua maid itu merasa bahagia karena akhirnya Ardan mengakui Kiara sebagai istri nya.

"Aku yakin seperti nya ini akhir dari penderita nyonya."Ucap maid B dengan girang.

"Kau benar, orang baik akan mendapatkan hasil dari kebaikan nya."Jawab maid A.

Sementara Ardan hanya menatap wajah istri nya yang saat ini benar-benar pucat.

"Aku mohon, bangun lah, maaf kan aku."Lirih Ardan merasa sangat bersalah.

Beberapa jam berlalu.

Kiara mulai membuka matanya, namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepala nya.

"Ahhh, sakit sekali."Erang Kiara pelan sambil membuka mata.

Ia melihat sekeliling nya namun tidak menemukan siapa-siapa.

Bersambung ....