Zavier Gottardo begitu terkejut saat menghadiri pernikahan sepupunya. Bagaimana tidak, jika ternyata mempelai wanita yang dia lihat, adalah kekasihnya yang dia pacari selama 6 tahun.
Zavier yang sakit hati memutuskan meninggalkan acara, dan dirinya justru pergi ke klub malam dan mabuk-mabukan hingga mengalami sebuah insiden.
5 tahun berlalu, tanpa sengaja Zavier bertemu dengan Kakak perempuan mantan kekasihnya yang dia klaim bahwa dialah awal yang membuat hubungan dengan sang kekasih runyam. Hingga Zavier memutuskan untuk membalaskan dendamnya pada wanita yang bernama Cyara Lavenia, dengan cara yang tidak terduga yaitu justru dengan menikahi wanita itu.
Hingga suatu hari, apa yang disembunyikan wanita itu terungkap membuat Zavier tidak menyesali keputusannya.
Kebenaran apa yang terungkap?
Apa yang membuat Zavier tidak menyesali keputusannya?
Simak yuk ceritanya di Love Revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1PM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Rey...Rey dibawa ke rumah sakit," jawab Cyara disisa isak tangisnya.
"Di rumah sakit mana? Kamu kirim lokasinya," ucap Vier yang segera memutuskan panggilan dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
Vier pun segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang dikirimkan oleh Cyara.
Sementara itu, di rumah sakit Cyara masih saja menangis, entah kenapa dia masih merasa khawatir terhadap kondisi putranya. Baru kali ini putranya sakit sampai dibawa ke rumah sakit.
"Ara, bagaimana keadaan Rey?" Tanya seorang pria yang datang menghampiri Cyara.
"Rayyan," Cyara yang tadinya menunduk, mengangkat kepalanya begitu mendengar suara seseorang yang dikenalnya.
"Dokter belum juga keluar, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Rey? Rayyan, Rey jarang sakit, tapi sekarang dia…"
Pria bernama Rayyan itu langsung membawa Cyara ke pelukannya. "Ara kamu tenang ya, aku yakin Rey baik-baik saja, anak-anak pasti kuat seperti ibunya," ucap pria itu mengelus punggung Cyara, mencoba menenangkan wanita itu.
Sebelumnya, Rayyan yang awalnya penasaran ingin mendengarkan penjelasan Cyara atas apa yang Vier ucapkan, akhirnya memutuskan untuk menemui wanita yang dicintainya.
Rayyan melajukan mobilnya ke alamat rumah Cyara yang dia dapatkan dari orang suruhannya. Tapi begitu sampai di depan rumah Cyara, Rayyan dibuat terkejut saat Cyara menggendong Rey dan menggandeng tangan Rain sambil berlari-lari keluar dari rumahnya.
Rayyan langsung turun dari mobil dan berlari menghampiri Cyara.
"Ara ada apa? Kenapa dengan Rey?" Tanya Rayyan cemas.
"Rey demam tinggi Yan, aku…"
Rayyan segera merebut Rey dari gendongan Cyara, "Kita bawa ke rumah sakit sekarang!" Ucap Rayyan dan Cyara dengan cepat menyetujuinya.
Rayyan melangkah lebih dulu, sementara Cyara menoleh ke arah putrinya yang terlihat mengantuk. Cyara segera berjongkok dan menggendong Rain.
"Ayo Mami gendong!" Ucap Cyara dan putrinya mengangguk lemah.
Cyara pun menyusul Rayyan dan masuk ke dalam mobil pria itu.
"Bagaimana dengan Rain?" Rayyan menoleh ke belakang ke arah dimana Cyara duduk dan putrinya tidur di pelukannya.
"Rain baik-baik saja, dia hanya masih mengantuk, aku tadi membangunkannya," jawab Cyara.
"Rayyan, bisakah kamu mempercepat lajunya?" Cyara rasanya tidak sabar ingin segera memeriksakan keadaan putranya.
Dan disinilah mereka sekarang, Rayyan bersama Cyara tengah duduk di ruang tunggu, menunggu dokter yang sedang memeriksa Rey.
"Dokter, bagaimana keadaan putra saya? Dia baik-baik saja kan?" Cyara langsung berdiri dan menghampiri seorang dokter yang baru saja keluar.
"Putra Ibu baik-baik saja, sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat," jawab sang dokter.
"Terima kasih dokter," kata Cyara dan hanya diangguki oleh sang dokter.
Rayyan merangkul Cyara, "Benar apa yang aku katakan, bahwa Rey pasti akan baik-baik saja."
Seseorang yang baru saja datang mengepalkan kedua tangannya erat, melihat apa yang terjadi. Vier mendekat, tapi Cyara sama sekali tidak menyadarinya. Kemudian arah pandangnya kini tertuju kepada sosok mungil anak perempuan yang tertidur di bangku tunggu.
Vier segera menghempaskan tangan Rayyan dari lengan Cyara, membuat keduanya terkejut dan langsung menoleh siapa pelakunya.
"Anda,"
"Vier"
"Apa yang kau lakukan? Anakmu sedang sakit kalian justru bermesraan dan lihatlah Rain sampai tidur seperti itu! Ibu macam apa kau?"
Tangan Cyara mengepal, rasanya Cyara ingin memukul mulut lancang pria yang selalu mengusik hidupnya akhir-akhir ini.
"Bagaimana kau menjaga mereka? Sebenarnya kau becus atau tidak, jika tidak biar aku yang akan menjaga mereka," ucap Vier kemudian berjalan ke kursi tunggu dimana Cyara tadi menidurkan Rain yang masih sangat mengantuk, dan begitu melihat dokter keluar, Cyara langsung menghampiri sang dokter untuk menanyakan kondisi Rey.
"Apa yang kau lakukan? Jangan ambil Rain! Kau tidak berhak membawanya, aku ibunya!" Cyara mencoba menahan Vier yang akan membawa pergi putrinya.
"Hah ibunya? Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya tidur seperti itu dan justru bermesra-mesraan bersama seorang pria yang sudah bukan siapa-siapanya," kata Vier tersenyum meremehkan.
"Kau tidak tahu apa-apa, kau tidak berhak menilaiku seperti itu! Kau hanya orang asing yang kebetulan singgah di tengah-tengah keluargaku, kau tidak ada hak sama sekali untuk memisahkan aku dan anakku!" Teriak Cyara dengan mata yang sudah memerah.
"Kemarikan Rain!" Pinta Rayyan yang kini menghadang jalan Vier.
"Kau sudah meninggalkannya, jadi kau tidak ada hak sama sekali untuk mengambil apa yang dulu pernah kau sia-siakan, Vier menyenggol bahu Rayyan yang tiba-tiba terdiam dan segera berlalu.
"Vier berhenti! Kau tidak berhak berbuat seperti itu kepadaku! Kau tidak berhak mengambil anakku," kata Cyara benar-benar merasa marah.
"Rain! Vier lepaskan Rain!" Teriak Cyara membuat mereka jadi perhatian beberapa orang yang ada disana.
"Maaf Nyonya ini rumah sakit, harap Anda tidak membuat kegaduhan. Jika Anda tidak berhenti sekarang juga, lebih baik Anda keluar!" Kata seorang petugas keamanan yang tiba-tiba datang.
Tubuh Cyara meluruh saat dirinya hanya bisa menatap kepergian Vier yang membawa putrinya.
"Ara," Rayyan yang baru tersadar dari lamunannya bergegas menghampiri Cyara dan membantu wanita itu bangun.
"Rayyan aku harus mengejarnya, aku harus membawa Rain kembali," ucap Cyara dengan wajah yang basah penuh air mata.
Dengan cepat Rayyan menahan tangan Cyara. "Biarkan dia membawa Rain, kasihan Rain jika harus terus berada di rumah sakit, nanti malah jadinya dia yang akan sakit, pikirkan jika disini masih ada Rey, dan Rey pasti butuh kamu, setidaknya kamu tahu bahwa Rain berada di tempat yang aman" ucapnya kemudian.
Cyara terdiam memikirkan apa yang Rayyan katakan, begitu Rey bangun, orang yang pertama dibutuhkannya adalah dirinya, dan bagaimanapun Cyara harus siaga untuk menjaga putranya, ya benar kata Rayyan, setidaknya dia tidak perlu terlalu khawatir, karena sekarang, Rain ada di tempat yang aman, nanti setelah kondisinya memungkinkan, Cyara baru akan memikirkan cara untuk mengambil Rain kembali.
*
*
Perlahan kelopak mata Rain berkedut, gadis kecil itu tampak mengerjapkan matanya.
"Om Pir?" Ucap Rain yang terbangun dari tidurnya.
"Rain sudah bangun?" Tanya Vier yang masih menggendong gadis kecil itu.
Rain hanya mengangguk, Vier membuka pintu mobil kemudian membawa Rain masuk.
"Lihatlah sekarang! Wanita itu bahkan tidak datang mengejar," kesal Vier karena tidak mendapati Cyara menyusulnya, Vier seakan lupa jika saat ini Cyara ada di rumah sakit karena putra wanita itu sedang dirawat.
"Mami mana?" Tanya gadis kecil itu ketika Vier sudah masuk ke dalam mobil.
"Rain ikut Om saja ya! Kita ke rumah Oma," setelah mengatakan itu, Vier segera melajukan mobilnya.
Rain menggeleng, "Rain tidak mau, Rain mau sama Mami, Rain mau lihat Kak Rey juga, Kak Rey tidak apa-apa kan Om?"
Vier mendadak menghentikan mobilnya mendengar ucapan Rain.
"Sial, kenapa aku lupa jika kedatanganku kemari karena mengkhawatirkan Rey, ini semua gara-gara keberadaan pria itu," ucap Vier dalam hati.
Vier kemudian menatap Rain yang sepertinya masih terkejut karena mobil yang berhenti mendadak.
"Om, Rain mau sama Mami, Rain mau menemani Mami."
"Tidak sayang, Rain ikut Om ke rumah Oma ya, nanti biar Om yang temani Mami sama Kak Rey, terlalu lama di rumah sakit tidak baik untuk Rain. Jangan sampai Rain juga ikut sakit nantinya, Rain tidak ingin Mami sedih kan?"
Rain dengan cepat mengangguk, "Iya Om, Rain tidak mau Mami sedih."
"Jadi Rain mau ya ke rumah Oma?" Tanya Vier dan dijawab kembali dengan anggukan oleh gadis kecil itu.