Tita Martin Bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Besar di kota B. Dirinya memiliki kekasih seorang dokter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di suapi Ibu
Lima hari sudah Tita dan Ken berada di pulau. Hari ini Mereka berdua di jemput oleh Anton di bandara. Tita tampak begitu pucat. Ken merasa tak tega melihatnya. Anton dengan sigap membawakan koper-koper milik Tuannya sementara Ken menggandeng Tita.
"Apa masih kuat berjalan sayang?" Ken.
"Hm.. Ya." Jawab Tita lirih.
Sampai di mobil Tita merebahkan tubuhnya di sandaran kursi. Karena tak tega Ken membawanya kedalam pelukannya. Ken terua mengusap lembut lengan Tita.
"Apa kita mampir ke rumah sakit Tuan? Sepertinya Nona begitu pucat." Anton.
"Tidak. Saya ingin pulang saja Kak." Tita.
"Benar kata Anton sayang. Sebaiknya kita mampir ke rumah sakit kamu semakin pucat sejak kemarin." Ken.
"Tidak Mas. Tita mau pulang saja." Tita.
"Baiklah. Kita pulang saja Ton." Ken.
"Baik Tuan." Anton.
Anton pun melajukan mobilnya menuju kediaman Ito. Sampai di rumah Nyonya dan Tuan Ito menyambut kedatangan mereka namun Tita begitu tak bersemangat. Setelah menyapa kedua mertuanya Tita berpamitan masuk ke dalam kamar.
"Ada apa Ken? Apa Tita sakit?" Nyonya Laura.
"Iya Bu. Kemarin Tita demam dan tidak mau makan. Ken suapi dengan berbagai bujukan hanya masuk dua tiga sendok. Wajahnya pucat dan hari ini memaksa pulang katanya mau tidur di tempat tidur yang ada di rumah." Jelas Ken panjang lebar.
"Hah! Pantas saja kalian memajukan kepulangan kalian." Nyonya Laura.
"Kamu sudah memeriksakannya ke dokter Ken?" Tuan Ito.
"Belum Yah. Tita selalu menolak jika Ken ajak ke rumah sakit. Tadi saja Anton menyarankan mampir ke rumah sakit tapi Tita menolak dia ingin segera tidur di kasur katanya." Ken.
"Bagaimana sekarang?" Tuan Ito.
"Tidur Yah. Seperti yang dia inginkan." Ken.
"Sudah biarkan saja jangan ganggu dia." Nyonya Laura.
"Iya Bu." Ken.
Tita pun tertidur hingga sore. Ken pun tak tega membangunkannya. Setelah mandi Ken mendekati Tita yang masih tertidur di bawah selimut. Ken mengusap lembut pipi Tita.
"Sayang, bangun yuk. Mandi dulu." Ken.
"Hm... Mas. Bentar lagi ya." Tita.
"Sudah mau magrib sayang. Bangun dulu yuk. Mandi dan makan dulu." Ken.
"Mm... Mau mandi di kamar Ibu Mas. Sama makan nasi pecel." Tita.
"Mandi di kamar ibu?" Ken.
"Iya. Ga boleh?" Tita.
"Boleh sayang. Tapi nasi pecel di mana?" Ken.
"Tita ga tau tapi Tita mau makan nasi pecel." Rengek Tita.
"Ya sudah Mas carikan. Sekarang kita mandi dulu ya." Ajak Ken.
Ken dan Tita keluar dari kamar menuju kamar Tuan dan Nyonya Ito. Ken mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama munculah Nyonya Ito dari balik pintu kamarnya. Dan heran melihat Ken membawa handuk dan pakaian.
"Ada apa?" Nyonya Laura.
"Tita mau mandi di kamar Ibu boleh?" Tanya Tita sumringah.
"Hah! Bo..boleh sayang. Masuklah." Nyonya Laura.
"Ada apa?" Tanya Tuan Ito yang melihat istri, anak dan menantunya masuk kedalam kamar.
"Tita mau mandi di sini Yah." Nyonya Laura mengedipkan matanya.
"Owh! Boleh Nak. Masuklah." Tuan Ito.
"Kalo begitu Ken keluar dulu mencari nasi pecel." Pamit Ken.
"Nasi pecel?" Ucap Tuan dan Nyonya Ito bersamaan.
"Iya Yah, Bu. Tita mau makan nasi pecel." Ken.
Tita tak menghiraukan keanehan Tuan dan Nyonya Ito. Dirinya melenggang masuk kedalam kamar mandi. Ken keluar dari kamar orang tuanya dan melenggang ke belakang mencari maid untuk menanyakan dimana ada penjual nasi pecel.
"Bik," Panggil Ken.
"Ya Tuan." Jawab Maid.
"Apa bibi tau dimana penjual nasi pecel sore begini?" Ken.
"Nasi pecel?" Maid.
"Iya. Tita mau makan nasi pecel." Ken.
"Biasanya ada di dekat pasar Tuan." Maid.
"Minta tolong Asep membelikannya Bi." Ken.
"Baik Tuan." Maid.
Bibi pun segera kedepan mencari Asep supir pribadi Ken untuk memintanya membelikan nasi pecel untuk Tita.
Tak lama Asep datang dengan membawa nasi pecel pesanan Tita. Asep memberikannya pada Bibi. Bibi pun menghidangkannya dan memberikannya pada Ken.
Setelah selesai mandi Tita keluar bersama dengan Nyonya Laura. Ken menunjukkan nasi pecel kepada Tita dan memintanya untuk makan. Mata Tita pun berbinar melihat nasi pecel di tangan Ken.
"Bu, Tita mau di suapi Ibu." Rengek Tita.
"Hm.. Baiklah. Ayo duduk sini biar Ibu suapi." Nyonya Laura.
Tita pun duduk dengan tenang dan menerima suapan demi suapan nasi pecel langsung dari tangan Nyonya Laura. Karena Tita menolak di suapi menggunakan sendok. Ken senang melihatnya karena sejak kemarin Tita tak mau makan.
"Mas," Panggil Tita ketika Ken melangkah menjauhi meja makan.
"Kenapa?" Ken.
"Mau kemana?" Tita.
"Di sini menemani Ayah." Ken.
"Mau peluk." Rengek Tita.
Ken pun mendekati Tita kembali dan memeluk istri tercintanya yang masih makan di suapi Nyonya Laura. Ken mendaratkan ciuman di puncak kepala Tita.
"Makan yang banyak ya. Mas duduk sama Ayah di sana." Tunjuk Ken pada Ayahnya.
"Udah makannya. Mau gendong." Ucap Tita manja.
Tanpa berkata lagi Ken segera menggendong Tita. Nyonya Laura pun menghentikan suapannya untuk Tita dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangannya.
"Makasih Bu." Ucap Tita dalam gendongan Ken.
"Sama-sama sayang." Ucap Nyonya Laura lembut.
Mereka semua berkumpul di ruang keluarga menonton acara tv sambil menunggu bibik menyiapkan makan malam. Tita masih setia dalam gendongan Ken.
Namun, tak disangka ternyata Tita tertidur dalam dekapan Ken. Dengan sangat hati-hati Ken pun membawa Tita masuk kedalam kamarnya dengan di bantu maid untuk membukakan pintu kamarnya.
Ken meletakkan Tita dengan sangat hati-hati dan menyelimutinya. Setelah Tita nyaman Ken pun kembali turun untuk makan malam.
"Ken, kapan Tita terakhir datang bulan?" Nyonya Laura.
"Hah! Datang bulan Bu?" Ken.
"Iya. Apa kamu tidak pernah tau? Atau jangan-jangan sejak kalian menikah kalian tak pernah libur melakukannya?" Nyonya Laura.
Ken pun hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Nyonya Laura.
"Astaga! Kau yakin?" Nyonya Laura.
"Tentu saja." Ken.
"Sebaiknya kamu aja istimu memeriksakannya ke dokter." Nyonya Laura.
"Nanti Ken tanyakan Bu. Karena Tita selalu menolak di ajak ke rumah sakit. Katanya dengan hanya membayangkannya saja dia mual." Ken.
"Hah! Lalu bagaimana dia bekerja besok?" Tuan Ito.
"Entahlah Yah. Ken pun bingung. Besok lusa Tita sudah mulai bekerja sementara membayangkan rumah sakit membuatnya mual." Ken.
"Biarlah kita lihat saja bagaimana besok." Tuan Ito.
"Tapi, setidaknya kamu tetap bujuk dia perlahan untuk memeriksakannya ke dokter." Nyonya Laura.
"Iya Bu. Ken akan mencobanya terus." Ken.
Mereka pun makan malam hanya bertiga tanpa Tita karena Tita telah makan terlebih dahulu. Tuan dan Nyonya Laura begitupun dengan Ken tak mempermasalahkannya. Yang penting Tita mau makan.
🌻🌻🌻
Jangan lupa like dan komennya ya sahabat 🙏🙏🙏