Menceritakan anak remaja bernama Fei Chen yang menjadi korban pembantaian keji dan bertahan hidup di kerasnya dunia persilatan. Disepenggal nafas terakhirnya Fei Chen diselamatkan oleh seekor kucing yang merupakan jelmaan Dewa Naga dan sebuah pedang yang merupakan jelmaan Raja Neraka. Berkat pertemuan itu Fei Chen terjebak dalam takdir yang lebih besar, dia terkena Kutukan Raja Neraka yang dapat dipatahkan dengan menikahi sebelas wanita yang tulus mencintainya. Dari sinilah perjuangan Fei Chen untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan mematahkan kutukan itu dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Ilfar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPFC 34 - Murid
PPFC 34 - Murid
“Senior, junior menerima permintaanmu dan mulai sekarang junior akan memanggilmu Guru.”
Perubahan sikap Fei Chen membuat Feng Lao tersenyum. Entah apa yang membuat Fei Chen seperti ini, tetapi Feng Lao yang mendengar itu tersenyum lebar.
“Chen‘er, sejauh ini aku hanya memiliki Li‘er sebagai seorang murid. Sekarang aku akan mengambil murid kembali. Selamat datang di Lembah Pedang dan mulai sekarang tempat ini adalah rumahmu.”
Feng Lao merasa sangat bahagia karena akhirnya dia memiliki seorang murid yang membuat Harimau Langit tertarik. Bisa dibilang hubungan Feng Lao dan Fang Huo layaknya sahabat karib. Keduanya merupakan teman kecil yang kini memiliki nama besar di dunia persilatan Kekaisaran Yin.
‘Bukankah Kakek Feng pernah memiliki murid bernama Fang An?’ Jia Li pernah mendengar desas-desus jika Feng Lao memiliki trauma mengambil seorang murid dari para perempuan di Lembah Pedang.
____
Kabar Feng Lao yang mengambil murid membuat gempar seisi Lembah Pedang. Anggota Lembah Pedang tentu saja terkejut mendengar kabar ini.
Sudah tiga hari semenjak Fei Chen bergabung dengan Lembah Pedang. Fei Chen membuat kagum Feng Lao saat dia menunjukkan kualitas tulang serta kemampuannya yang sesungguhnya.
Bahkan Jia Li sampai dibuat berdecak kagum dan menatap Fei Chen berbinar-binar. Fei Chen belum memberitahu alasan mengapa dirinya menerima permintaan Feng Lao sebagai muridnya.
“Chen‘er, mengenai perubahan keputusanmu yang secara mendadak itu, bisa kau katakan padaku?” Feng Lao bertanya.
Saat ini Fei Chen sedang berada di teras Paviliun Pedang Langit bersama Feng Lao dan Jia Li menikmati teh hangat dan camilan.
“Guru, sialan itu- maksudku Tetua Qie membuatku kesal. Aku tidak menyukainya, terlebih dia meremehkanmu dan memiliki maksud tersembunyi. Bisa dibilang alasanku menerima permintaanmu karena aku tidak menyukai sikap Tetua Qie.” Fei Chen menjawab jujur seadanya dan itu membuat Feng Lao tertawa.
“Chen‘er, kau sangat unik. Aku memiliki alasan menerimanya di Lembah Pedang. Aku berhutang budi pada kakaknya karena telah menyelamatkan mendiang anakku.” Feng Lao tersenyum kecut saat memberitahu hal ini pada Fei Chen.
“Jadi Chen‘er apa tujuanmu belajar beladiri?” Feng Lao mengalah pembicaraan dan menanyakan tujuan Fei Chen.
Jia Li yang sedang menikmati hidangan melirik Fei Chen yang mendadak serius. Aura disekitar Fei Chen berubah, tatapan bocah itu dingin dan tidak menunjukkan persahabatan sedikitpun.
Baru kali ini Jia Li melihat ekspresi Fei Chen yang seperti ini bahkan Feng Lao dibuat terdiam.
“Tujuanku adalah menjadi lebih kuat dari diriku yang sekarang ini agar bisa menuntaskan ambisi terbesarku.” Fei Chen mengepalkan tangannya erat saat menjawab.
Jia Li menelan ludah dan tanpa sadar bertanya.
“Chenchen, apa kau mempunyai mimpi?”
Fei Chen terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan Jia Li tentang sebuah mimpi.
“Mimpi, aku sama sekali tidak mempunyainya. Yang aku miliki hanyalah sebuah ambisi. Ambisi untuk membunuh mereka semua.”
Seketika Feng Lao dan Jia Li terdiam. Saat ini Fei Chen terlihat seperti orang yang berbeda.
‘Chen, kau membuat suasana di rumah ini menjadi canggung!’ Saat Fei Chen memasang ekspresi serius, Kucing Manis melompat kearah wajahnya membuat Fei Chen kembali seperti biasanya.
‘Lebih baik kau diam.’ Fei Chen menangkap tubuh Kucing Manis dan menaruhnya diatas pangkuannya.
Feng Lao mengelus jenggotnya dan memejamkan matanya memikirkan perkataan Fei Chen.
“Chen‘er, ikut aku sebentar.” Feng Lao mengajak Fei Chen menjauh dari Jia Li.
Fei Chen mengikuti Feng Lao dan kini keduanya berada di halaman depan Paviliun Pedang Langit yang biasa digunakan untuk berlatih Jia Li.
Disitu Feng Lao menanyakan masa lalu Fei Chen dan alasan mengapa Fei Chen bisa berkata demikian. Fei Chen memberitahu Feng Lao walaupun tidak semuanya termasuk mengenai Gunung Menangis.
Feng Lao memahami mengapa Fei Chen bisa tumbuh seperti ini dan berkata demikian. Bisa dibilang melatih Fei Chen membuat Feng Lao tertantang untuk mengasah bakat dan kejeniusan bocah ini.
Namun tetap saja mengetahui kemampuan Fei Chen membuat Feng Lao bertanya-tanya tentang orang yang mengajari bocah itu. Walaupun Fei Chen mengatakan kepada Feng Lao dirinya belajar bela diri secara mandiri, namun Feng Lao tidak mempercayainya.
“Chen‘er, suatu saat katakan padaku yang sejujurnya,” ucap Feng Lao sembari mengelus kepala Fei Chen.
“Guru...” Fei Chen merasa tidak enak karena tidak bisa mengatakan yang sejujurnya dan belum bisa mempercayai Feng Lao sepenuhnya untuk berbagi keluh kesah dengannya.
“Mari kembali, mulai besok kita akan memulai latihannya. Aku harap kau tidak mengecewakanku Chen‘er.” Feng Lao mengeledek Fei Chen.
“Murid tidak akan mengecewakan Guru.” Fei Chen tersenyum tipis dan menatap Jia Li yang sedang memangku Kucing Manis.
ceritanya gak logis.. masih berada tingkatan dasar sudah mau balas sendam
dasar murid tidak tau diuntung