Alseenio Asep, seorang pemuda yang malang yang tidak sengaja bertransmigrasi ke dunia paralel dengan latar belakang yang sama.
Bercita-cita memiliki hubungan dengan banyak wanita, dan menjadi seorang playboy.
Namun, dia terikat oleh sistem yang aneh dan juga sedikit brengsek.
Sistem yang memberinya misi tidak masuk akal dan di luar nalar manusia.
Kekonyolan dan kebaikan harus dia lakukan untuk mendapatkan hadiah misi.
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Tolak Wanita Cantik dan Dapatkan +9 Penampilan!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Meminta Foto Wanita Manis dan Dapatkan + 10 Juta Rupiah!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Membeli Pembalut Wanita dan Dapatkan + 10 cm Panjang Joni!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Menampar Wajah Orang yang Tidak Dikenal dan Dapatkan Mobil Hennessey Venom GT!]
Alseenio Asep: "Apa-apaan ini?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riizer13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Kebetulan Nama yang Sama
Alseenio melaju menuju terowongan Mall Saibu, bukan terowongan lebih tepatnya, tetapi kolong bangunan.
Kolong bangunan yang dihasilkan dari dua gedung yang menyambung satu sama lain, namun jalan raya tetap bisa melewati dua gedung yang saling tersambung itu, dengan cara membuat kolong atau terowongan untuk jalan raya.
Pada kolong tersebut terdapat zebra cross untuk pengunjung pergi dari gedung satu ke gedung yang lainnya melalui penyebrangan jalan, juga bisa melalui lantai atas.
Biasanya orang-orang yang menunggu jemputan atau apapun itu tempatnya menunggu mereka di kolong tersebut.
Orang-orang menyebutnya kolong bukan terowongon.
Sepeda motor R6 Full Carbon dan berwarna hitam sedikit aksen ungu berhenti di Kolong Saibu, banyak orang yang mengalihkan perhatiannya kepada orang yang membawa sepeda motor tersebut, tentu mereka banyak yang berkomentar mengenai hal ini.
“Tukang ojek bawa superbike? Tidak bercanda, kan?“
“Apakah penghasilan ojek online sebesar itu sehingga bisa membeli motor sport?“
“Aku rasa aku salah bekerja selama sepuluh tahun ini.“
“Sepertinya ini orang kaya yang sedang bermain-main atau mencoba kerasnya kehidupan kalangan bawah.“
“….“
“….“
“….“
Telinga Alseenio mendengar banyak sekali komentar dari orang-orang yang berdiri di sini berbicara mengenai dirinya.
Jujur saja, dirinya merasa malu dan terganggu akan hal ini, akan tetapi Alseenio sendiri tidak bisa mengendalikan mereka untuk berhenti membicarakannya.
Daripada mendengar orang-orang berkomentar, lebih baik ia mencari sosok penumpang yang memesan ojeknya.
Tepat ketika tangan Alseenio meraih iPon terbaru yang ada di stang sepeda motornya, sebagian orang langsung berseru terkejut, mereka tidak menduga bahwa pemuda ojek online ini memiliki ponsel pintar yang bernilai mahal, lalu mereka semua kembali bergosip tentangnya.
Alseenio menggelengkan kepalanya, menghembuskan napas berat, dan mengabaikan sekitarnya.
Rasanya menjadi pusat perhatian ternyata tidak seenak apa yang Alseenio bayangkan dahulu, karena perlu ketabahan dan kesabaran serta rasa malu harus kuat menghadapi peristiwa seperti sekarang ini, rasa tidak nyaman atau risih begitu tidak mengenakkan saat melanda, tetapi tidak apa-apa, selagi mereka tidak merugikannya Alseenio tidak peduli.
Membuka kaca helmnya, Alseenio mulai mencari sosok penumpang dengan ciri-ciri yang sudah disebutkan oleh si penumpang.
Sekali lagi sebagian orang ada yang berseru, namun kali ini terdengar berbeda, tampaknya mereka kagum dengan sepasang matanya yang bagus.
Menghiraukan reaksi orang-orang, tatapan Alseenio terus menyapu orang-orang di sekitar.
Tiba-tiba ia menangkap sesosok wanita dengan baju putih dan rok merah hitam yang sesuai dengan ciri-ciri penumpang yang sudah disebutkan.
Wanita ini pun melihatnya, namun belum tahu bahwa Alseenio adalah tukang ojek yang dia pesan.
Posisi wanita itu terlalu jauh, jadi Alseenio tak mungkin berteriak memanggilnya.
Memikirkan hal ini, Alseenio langsung mengetuk layar ponselnya dan mengetik pesan, Alseenio mengirim sebuah pesan kepada wanita itu melalui halaman obrolan.
|Alseenio: “Saya sudah sampai. Mbak ada di mana, ya? Saya yang membawa motor besar warna hitam.“|
Tak lama setelah mengirim pesan kepada wanita tersebut, sebuah pesan balasan diterima oleh Alseenio, dan segera membukanya.
|Hani Kiara: “Ya, saya melihatnya, tunggu sebentar saya akan ke sana.“|
Wanita tersebut berinisiatif untuk mendatangi Alseenio yang menunggu di sisi trotoar di dalam kolong Mall.
Ketika melihat informasi dari pesan ini, Alseenio meletakkan kembali ponselnya di alat pemegang ponsel, menoleh ke sekitar untuk melihat penumpang tersebut datang.
Di kejauhan, sosok yang dicurigai sebagai penumpang oleh Alseenio sedang berjalan menuju ke arahnya.
Alseenio terus memperhatikan wanita ini yang berjalan mendekatinya sehingga penampilannya secara perlahan terlihat jelas.
Seorang wanita muda berambut hitam yang dikuncir bergaya messy bun dan dengan pakaian t-shirt putih dengan jaket merah terbuka dan rok panjang melebihi lutut berwarna merah hitam, tampak cantik dan halus.
Wajah wanita ini begitu cantik, bentuk wajah oval yang lembut dengan mata besar yang imut, bulu mata panjang, bibir kecil berwarna pink, dan riasan tipis, kelihatan sederhana dan imut bersama dengan pakaiannya.
Alseenio dapat menilai bahwa wanita ini memiliki kecantikan yang nilainya tidak jauh dari 90 poin.
“Ini dengan mas Alseenio, kan?“ Wanita berdiri di dekat Alseenio dan bertanya.
“Iya, saya ojek yang akan mengantarkan mbak ke tempat tujuan.“ Alseenio menjawab dengan ringan sambil menatap mata wanita tersebut.
Tiba-tiba saja wanita yang bernama Hani Kiara ini terdiam dengan tatapan kosongnya mengarah pada sepasang mata Alseenio yang sedang menatapnya.
Tubuhnya seketika membeku setelah mendengar suara Alseenio, hal ini membuat Alseenio terheran dan bingung.
'Su–suara ini terlalu indah bagaikan iringan musik yang membuat diriku melayang, aku akan jatuh cinta jika seperti ini,' batin Hani Kiara.
Rona merah timbul secara bertahap di pipinya yang halus saat membatin dalam hatinya.
Ekspresi sedikit nympho hampir tercetak dalam wajahnya, akan tetapi itu digagalkan oleh Alseenio yang melambaikan tangannya di depan wajah Hani Kiara.
“Halo, mbak? Kamu tidak apa-apa, kan?“
“Eh?“
Suara Alseenio langsung menarik kesadaran Hani Kiara kembali ke dunia nyata.
Segera rasa malu mendominasi tubuh Hani Kiara setelah pulih dari imajinasinya, entah apa yang dibayangkan oleh wanita ini.
“Eh, aku tidak apa-apa, hanya saja tiba-tiba aku memikirkan sesuatu yang penting.“ Hani Kiara berkata dengan wajahnya yang memerah sambil menggelengkan kepalanya, tidak tahu memerah karena malu atau tersipu oleh suara Alseenio.
“Oh, oke kalau begitu.“
Alseenio kira wanita ini mendadak sakit setelah berbicara kepadanya, sebab wajah wanita ini memerah seperti orang yang demam.
“Jangan pikirkan itu, ayo kita berangkat.“ Mengalihkan topik pembicaraan, wanita tersebut meminta untuk segera berangkat menuju lokasi tujuan.
Tepat ketika Alseenio melihat rok panjang selutut yang dikenakan wanita ini, ekspresi wajahnya menjadi rumit, pasalnya rok akan sulit untuk duduk di jok belakang sepeda motornya, karena tidak bisa duduk menyamping seperti motor bebek atau selain motor besar, takut wanita ini akan terjatuh kalau duduk dengan postur miring.
Memperhatikan perubahan mata Alseenio yang menatap roknya, Hania Kiara langsung mengerti apa masalahnya.
“Aku memakai celana dalaman untuk rok, tenang saja.“ Hani Kiara berkata pada Alseenio dengan senyuman.
“Oke, pegang tanganku untuk naik.“
Jawaban Hani Kiara membuat Alseenio menjadi lega dan santai, lalu ia memberi arahan kepada Hani.
“Emm … iya.“
Tangan Hani terulur dan memegang tangan Alseenio yang dibungkus sarung tangan, dan kemudian ia berhasil duduk di jok sepeda motor Alseenio.
“Pakai helmnya.“ Alseenio menyerahkan helm kepada Hani.
Hani merespon dengan anggukkan lalu memakai helm yang diberikan Alseenio, pipinya samar-samar terlihat merona, agaknya suara Alseenio masih berefek pada wanita ini.
“Sudah siap?“
“Iya.“
“Oke, kita berangkat.“
Mereka berdua pergi dari kolong mall dan meninggalkan orang-orang yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.
….
Di jalan K.H. Mas Mansyur, Tanah Abang.
Alseenio bersama penumpang bernama Hani Kiara terjebak macet di jalan ini, hanya bisa sedikit demi sedikit melaju ke depan.
Beruntungnya ini bukan macet total yang membuat aliran lalu lintas mati tidak bisa berjalan selama beberapa jam, meski demikian Alseenio tetap terlambat mengantarkan Hani ke tujuannya, yaitu Wahid Apartemen.
Hari sudah memasuki sore hari, tidak akan lama lagi malam tiba.
“Omong-omong, aku memiliki teman yang memiliki nama yang sama denganmu.“ Hani membuka percakapan di tengah jalanan yang macet ini, kelihatannya ia bosan memandangi dan mendengarkan klakson yang berbunyi.
“Teman? Namanya juga Alseenio?“
“Iya, suaranya pun sama denganmu.“ Ketika mengatakan ini, pipi Hani sedikit merona.
Mendengar perkataan Hani, Alseenio langsung terheran dan berpikir serius, apakah ada orang yang memiliki suara magnetis yang sama dengannya, apakah bukan hanya ia yang memiliki sistem, jika itu benar ini bukan sesuatu hal yang baik.
Mungkinkah itu kebetulan?
Alseenio menjadi penasaran dengan ini.
“Teman sekolah atau bagaimana?“
Alseenio bertanya sembari mengendalikan sepeda motornya untuk melewati berbagai mobil yang di depannya, kemahirannya dalam mengemudi sepeda motor ditampilkan di sini.
Mencubit jaket Alseenio, Hani berusaha untuk menjawab di tengah Alseenio yang fokus dalam mengemudi.
“Aku bertemu dengannya di sosmed, aku baru berteman dengannya. Oh iya, tadi pagi aku mengirim pesan ke dia, tapi aku belum membuka lagi kotak obrolannya, sepertinya dia sudah membalas pesanku.“
Setelah mendengar jawaban Hani, Alseenio tersentak kecil dan sadar akan sesuatu.
Apakah itu aku?
Pertanyaan itu terlintas di benaknya, sebabnya apa yang dikatakan oleh Hani seperti bersangkutan dengannya.
Niara juga mengirimkan pesan padanya di pagi hari, tapi Alseenio tunggu pesannya belum juga dibalas sampai sekarang, lalu nama dan suara orang yang dibicarakan oleh Hani pun sama dengannya, juga bertemu di sosmed bukan secara langsung.
Memikirkan hal ini, rasa penasaran Alseenio menjadi lebih kuat, ia tidak bisa menahan untuk tidak bertanya.
“Kamu bertemu dengannya di Telegrom?“
“Kok kamu bisa tahu?!“
Hani langsung terkejut mendengar ucapan Alseenio, bagaimana dia bisa tahu dirinya berkenalan dengan teman itu di Telegrom.
Merasakan Hani terkejut, dugaan Alseenio tampaknya mendekati kebenaran, menghela napas dan berkata dengan santai, “Aku hanya menebak saja.“
“Ta–tapi kamu menebaknya dengan benar! Bagaimana kamu bisa tahu?!“
Hani masih tidak percaya, Alseenio menebaknya sangat tepat, padahal ia belum memberitahukan di mana dirinya bertemu dengan temannya tersebut.
Ada puluhan aplikasi media sosial yang tersedia, tetapi bagaimana tebakan Alseenio begitu tepat.
“Itu hanya kebetulan saja,” jawab Alseenio ringan sembari menatap jalan yang sudah tidak begitu padat oleh kendaraan.
“Tapi aku masih bingung, kenapa kamu bisa menebak dengan benar? Atau jangan-jangan kamu adalah te—”
“Sudah sampai.“
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, suara Alseenio langsung memotong perkataannya.
Berhenti di depan sebuah gedung tinggi berpuluh-puluh lantai, Alseenio mengingatkan wanita tersebut bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.
“Ah iya, sebentar aku turun dahulu.“
Hani turun dari motor dibantu dengan tangan Alseenio sebagai topangan.
“Ini helmnya, terima kasih, ya.“
Membuka helm di kepalanya, Hani menyerahkan helm kepada Alseenio.
“Sama-sama, bayar menggunakan gopoy, kan?“
“Iya, sudah aku bayar.“
“Oke.“
Alseenio memeriksa pesanan atas nama Hani Kiara, dan status pesanan telah selesai dan sudah dibayar.
“Oke, pesanan sudah selesai. Aku pergi dahulu, ya.“
“Iya.“ Hani mengangguk dan menatap mata Alseenio dengan wajah yang tersenyum ceria.
Vroom!
Melambaikan tangannya, Alseenio langsung menarik gas dan melesat meninggalkan Hani Kiara.
“Tunggu!“
Tiba-tiba Hani memanggil Alseenio dengan suara yang keras, namun sayangnya Alseenio tidak berhenti dan sudah pergi jauh darinya.
“Sial! Kenapa aku lupa menanyakan nama Telegromnya! Ada-ada saja kamu, Kiara!“
Hani berkata dengan nada yang kesal pada dirinya sendiri, ia hendak menanyakan nama sosmed tukang ojek tersebut, tetapi ia lupa dan telat menanyakan.
“Sudahlah, aku akan menanyakannya lewat aplikasi!
Wajahnya cemberut, Hani kesal dengan dirinya sendiri, lalu berbalik dan berjalan ke dalam gedung apartemen dengan langkah kaki sedikit dihentakkan.
….
Di sisi lain, Alseenio yang telah sampai di rumahnya segera memasukkan sepeda motornya ke dalam rumah, khawatir sepedanya dicuri oleh orang jika ditaruh di luar rumah.
Pada saat ini, wajah Alseenio begitu bersemangat seperti ada sesuatu yang membuatnya bahagia tidak tertahankan.
“Sistem, ini benar, kan? Kau tidak berbohong?“ Alseenio berkata dengan tergesa-gesa, terdapat rasa tidak percaya di dalam kalimatnya.
[Ding! Benar Tuan Rumah!]
[Anda Telah Mendapatkan 10% Saham dari Perusahaan GoTe, Kawasaki Ninja Zx10RR, Penampilan +10, Apartemen Anandamaya senilai 17 Miliar.]