Akila Citra Kirana seorang Guru cantik Sekolah Dasar terpaksa harus menikah dengan seorang Pengusaha muda yang tampan namun sangat angkuh dan kejam.
Raffael Abraham seorang Pengusaha muda yang mempunyai prinsip tidak ingin menikah setelah calon istrinya meninggal akibat kecelakaan.
Akankah kehidupan Akila bahagia ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
📚
📚
📚
📚
📚
Keesokan harinya...
Aqila pergi ke kantor Pak Boni selaku Pengacaranya.
"Maaf Mbak, mai bertemu dengan siapa?" tanya seorang wanita.
"Saya mau bertemu dengan Pak Boni, saya sudah janjian dengan beliau."
"Baiklah, mari ikut dengan saya."
Wanita itu membawa Aqila ke ruangan Pak Boni.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Maaf Pak, ada seorang wanita mencari Bapak katanya sudah membuat janji."
"Oh iya, suruh dia masuk."
"Silakan Mbak."
"Terima kasih."
Wanita itu pun pamit undur diri.
"Silakan duduk Aqila."
"Terima kasih Pak, langsung saja ke intinya Pak saya cuma ingin menanyakan perihal surat gugatan cerai saya, apa Mas Raffa sudah menandatanganinya apa belum?" tanya Aqila.
"Maaf Aqila, sepertinya Tuan Raffa tidak menandatangani surat itu, dulu saya sempat menanyakan perihal itu langsung kepada Tuan Raffa dan Tuan Raffa mengatakan bahwa sampai kapan pun dia tidak mau menandatangani surat perceraian itu dan artinya Tuan Raffa menolak bercerai denganmu Aqila," jelas Pak Boni.
Deg.....
Tubuh Aqila langsung lemas, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Saya sudah beberapa kali mencoba menghubungi kamu Aqila, tapi nomor kamu susah di hubungi."
"Maaf Pak, memang disana susah signal."
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu terima kasih Pak atas informasinya."
Aqila pun pamit dan pergi meninggalkan kantor Pak Boni. Aqila mengendarai motornya dengan pikiran yang kacau, entah apa yang sedang Aqila rasakan, perasaan bersalah mulai membayangi pikiran Aqila.
Aqila merasa bersalah karena sudah menerima cinta Fathir sementara dirinya masih status sebagai istri Raffa. Saking tidak fokusnya mengendarai motor, Aqila tidak sadar kalau di depannya ada mobil yang sedang berhenti karena lampu merah.
Brugggghhhh...
Aqila oleng tidak bisa menyeimbangi motornya dan akhirnya jatuh ke bahu jalan, kakinya tertimpa motornya sendiri.
"Apaan itu Rey?" tanya Raffa yang terkejut.
"Sepertinya ada motor yang menabrak mobil kita dari belakang Tuan," sahut Rey.
"Astaga, kamu urus Rey."
"Baik Tuan."
Rey pun turun dari mobilnya dan menghampiri Aqila yang masih meringis kesakitan karena tidak bisa mengangkat motornya yang menimpa kakinya.
"Kamu ini bisa mengendarai motor tidak sih? mobilnya jadi lecet kan," sentak Rey.
Aqila yang merasa kenal dengan suara itu, kemudian mendongakkan kepalanya. Betapa terkejutnya Rey dan Aqila saat mereka berdua sama-sama saling bertatapan.
"Mas Rey."
"Nyonya Aqila."
Tapi tiba-tiba saja lampu berubah menjadi hijau, suara klakson terdengar nyaring memberi peringatan supaya mobil Raffa segera melaju.
"Aduh bagaimana ini?" gumam Rey.
Rey membantu dulu Aqila mengangkat motornya dan setelah itu kembali masuk kedalam mobilnya.
"Kamu lama banget sih Rey, kamu tidak melihat kalau lampu sudah berubah menjadi hijau," sentak Raffa.
Rey tidak menjawab ucapan Raffa dan kemudian menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Lho, kok malah berhenti sih Rey?" bentak Raffa dengan kesalnya.
"Maaf Tuan, tapi motor yang tadi menabrak mobil kita itu adalah Nyonya Aqila."
Raffa langsung melotot dan melihat kearah belakang, disana Aqila dengan kaki yang terpincang mencoba untuk melajukan motornya.
"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi," bentak Raffa.
Dengan cepat-cepat Raffa turun dari dalam mobilnya dan berlari menghampiri Aqila. Sedangkan Aqila berusaha menyalakan motornya karena Aqila masih belum siap untuk bertemu dengan Raffa.
"Astaga kenapa susah sekali nyala motornya," gumam Aqila dengan gelisah.
Belum juga Aqila pergi, Raffa sudah menggenggam tangan Aqila.
"Tunggu Aqila."
Sesaat Aqila diam mematung, lidahnya begitu kelu bahkan saat ini tidak tahu kenapa airmatanya sudah menetes dan mengalir dipipi Aqila yang mulus.
"Ma--maaf, lepaskan aku Mas aku harus segera pergi," sahut Aqila gugup.
Dengan cepat Raffa mengambil kunci motor Aqila dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Aqila turun dari motornya dan berniat ingin mengambil kunci motornya.
"Kembalikan kunci motor aku Mas."
"Tidak."
"Mas, aku mohon."
Aqila berjingkrak-jingkrak berusaha menggapai kunci yang di pegang oleh Raffa, tapi Aqila lupa kalau kakinya terluka dan sepertinya terkilir.
"Aww..." Aqila terduduk di trotoar karena kakinya sakit.
"Ya ampun kaki kamu terluka dan sepertinya terkilir," seru Raffa dengan memegang kaki Aqila.
"Jangan pegang-pegang, sakit tahu," ketus Aqila dengan menepis tangan Raffa.
Raffa malah mengulum senyumnya saat melihat Aqila cemberut seperti itu, Raffa baru menyadari kalau Aqila bertambah cantik dan semakin menggemaskan.
"Kenapa senyum-senyum? puas sudah melihat aku terluka seperti ini, dulu aku selalu diam saat kamu menindasku tapi sekarang jangan harap aku akan diam dan lemah dengan semua perlakuanmu, ingat itu," ketus Aqila dengan menatap tajam kearah Raffa.
"Sudah selesai marah-marahnya?" tanya Raffa dengan santainya.
Aqila mengerutkan keningnya, tanpa menunggu persetujuan Aqila, Raffa langsung mengangkat tubuh Aqila. Aqila yang kaget reflex mengalungkan tangannya ke leher Raffa, sesaat Aqila dan Raffa saling bertatapan, hingga akhirnya Aqila tersadar.
"Hai, turunkan aku Mas."
"Tidak, aku akan membawamu ke rumah sakit kakimu terluka dan harus segera diobati," seru Raffa.
"Aku bisa sendiri, turunin aku," teriak Aqila sembari memberontak didalam gendongan Raffa.
"Diam, atau aku cium kamu," goda Raffa.
Seketika Aqila menutup mulutnya dengan tangannya, Raffa hanya bisa menahan senyumnya dengan kelakuan Aqila yang semakin menggemaskan buat Raffa.
Rey tersenyum melihat kelakuan Bos kejamnya itu, Rey tidak menyangka kalau sikap Raffa akan berubah menjadi seperti itu dikala berhadapan dengan Aqila. Dengan sigap Rey membukakan pintu mobil, dan Raffa mendudukan Aqila di mobilnya.
"Mas, itu motor aku bagaimana?" rengek Aqila.
"Rey, kamu urus motor butut itu suruh orang untuk mengambilnya," seru Raffa.
Aqila langsung menatap tajam kearah Raffa...
"Jangan menatapku seperti itu, aku tahu kalau aku itu tampan," seru Raffa dengan bangganya.
"Cih, kamu memang tidak berubah ya Mas, apa kamu mau menghancurkan motorku lagi? Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan pernah memaafkanmu Mas," bentak Aqila.
Raffa tidak memperdulikan ocehan Aqila, dia kembali fokus ke ponselnya dan itu membuat Aqila semakin dongkol dan kesal kepada Raffa.
Aqila membuang pandangannya ke arah luar jendela dengan wajah yang di tekuk. Sedangkan Raffa diam-diam memperhatikan Aqila dan bibirnya terangkat menyunggingkan senyuman.
"Aku sangat merindukanmu Aqila, kamu semakin cantik dan dewasa, aku janji mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dariku," batin Raffa dengan senyumannya.
"Mas Raffa kenapa sih, kok kelakuannya jadi seperti itu? padahal dulu dia begitu kejam dan angkuh, kenapa sekarang jadi banyak senyum seperti itu?" batin Aqila.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Aqila ingin turun tapi di cegah oleh Raffa.
"Tunggu."
Raffa segera keluar dari dalam mobil dan langsung berlari kesisi yang lainnya dan membukakan pintu untuk Aqila, lagi-lagi Aqila merasa terkesima dengan perlakuan Raffa hingga tidak sadar Raffa sudah menggendong Aqila menuju ruang Dokter.
"Ishh..kamu ini, kenapa aku di gendong lagi? cepat turunin sekarang, aku malu dilihat banyak orang," rengek Aqila.
Raffa lagi-lagi tidak mendengarkan rengekan Aqila, dia terus saja menuju ruangan Dokter yang sudah menunggunya dari tadi.
"Selamat pagi Tuan Raffa," seru Dr.Hasan yang terkejut dengan kedatangan Raffa sembari menggendong seorang wanita.
"Dokter, tolong periksa kaki istri saya," ucap Raffa yang membuat Aqila dan Dr.Hasan membulatkan matanya.
"Kenapa kamu melotot? memang kenyataannya kamu masih istri aku karena kita belum bercerai," seru Raffa dengan santainya.
Seketika Aqila bungkam, rasa bersalah pun langsung menyelimuti hati Aqila. Aqila lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya. Dokter mengobati dan memasang perban di kaki Aqila.
"Kaki Nona ini terkilir, jadi saya mohon anda jangan dulu kemana-mana harus bedrest dulu selama tiga hari, untung kakinya tidak terlalu parah, Tuan Raffa sudah sangat benar langsung membawa anda ke sini kalau sampai telat di obati Kaki anda bisa tambah sakit dan bengkak," jelas Dr.Hasan.
"Terima kasih Dokter, tapi saya sudah bisa pulang kan Dokter?" tanya Aqila.
"Bisa, anda hanya tinggal menebus antibiotik dan harus meminumnya tiga kali sehari."
"Baik Dokter terima kasih."
Raffa kembali menghampiri Aqila, kali ini Aqila dengan sigap menahannya.
"Stop...jangan gendong aku lagi, aku bisa jalan sendiri," seru Aqila.
"Tapi kan kaki kamu masih sakit."
"Tidak, sekarang sudah mendingan."
Perlahan Aqila turun dari ranjang pasien dan dengan langkah yang terpincang-pincang Aqila melangkah meninggalkan ruangan Dr.Hasan, sementara Raffa mengikutinya dari belakang.
Dengan santainya Raffa mengikuti Aqila dengan kedua tangannya dia masukkan kedalam saku membuat semua Suster dan Dokter muda tidak berkedip memandang Raffa.
Tiba-tiba ponsel Aqila berbunyi, Aqila melihat ponselnya ternyata nama Fathir yang ada disana, Aqila sebenarnya merasa malas mengangkat telpon dari Fathir selain disana juga ada Raffa yang sedang memperhatikannya.
📞 "Hallo."
📞 "Kamu ada dimana?"
📞 "Aku lagi diluar, ada apa?" tanya Aqila.
📞 "Oh, tadinya aku mau mengajak kamu jalan-jalan."
📞 "Maaf Fathir, aku lagi ada keperluan sebentar lain kali saja ya."
📞 "Ya sudah, kamu hati-hati ya."
Aqila langsung menutup sambungan telponnya, sedangkan Raffa yang berada tepat di belakang Aqila merasa cemburu saat mendengar Fathir yang menghubungi Aqila, Raffa merasa cemburu.
Sesampainya di Apotek rumah sakit, Aqila langsung menebus obatnya tapi baru saja Aqila ingin membayarnya, Raffa langsung mengambil obat itu dan memberikan sejumlah uang.
"Sudah, ayo kita pulang aku antar kamu pulang."
"Apaan sih Mas, aku bisa pulang sendiri," ketus Aqila.
"Tidak bisa, aku harus mengantarkan kamu pulang."
"Dasar pemaksa."
Raffa menyuruh Rey untuk mengantarkan dulu ke rumah Aqila.
"Mas Rey, motor aku dimana?" tanya Aqila.
"Aku suruh orang anterin ke rumah Tuan Raffa, Nyonya."
"Apa? kenapa tidak di antarkan ke rumah aku saja sih Mas? bisa tidak Mas suruh orang itu antarkan lagi ke rumah aku," pinta Aqila.
"Maaf Nyonya, aku pikir Nyonya akan kembali ke rumah Tuan."
"Jangan panggil aku Nyonya, aku bukan Nyonya lagi sekarang, pokoknya aku tidak mau tahu, Mas Rey harus mengantarkan motor aku ke rumah," ketus Aqila.
"Jangan Rey, biarkan motor itu di rumah aku kalau mau motor itu, kamu ambil sendiri ke rumah," seru Raffa.
"Tidak mau, kenapa sih sekarang Mas Raffa begitu menyebalkan selalu saja bertindak sesuka hati Mas tanpa memikirkan perasaan aku," seru Aqila.
"Jangan cemberut, kamu semakin menggemaskan kalau marah seperti itu," goda Raffa.
"Fix, nih orang salah minum obat kali ya, dari tadi kelakuannya aneh banget sangat berbanding terbalik dengan Mas Raffa yang dulu aku kenal," batin Aqila.
Tidak lama kemudian, mereka pun samapai di rumah Aqila. Tatapan Raffa menjadi sangat tajam saat melihat seorang pria yang dia kenal sedang menunggu kedatangan Aqila. Raffa tampak mengepalkan tangannya dan rahangnya pun mulai mengeras.
"Astaga, Fathir ngapain sih ada disini?" batin Aqila.
Aqila turun dari mobil dengan di papah oleh Raffa, Fathir yang melihat itu merasa vbutu dam langsung menghampiri Aqila.
"Ya ampun Sayang, kaki kamu kenapa?" tanya Fathir.
Wajah Raffa sangat merah menahan amarah saat Fathir memanggil Aqila dengan sebutan sayang.
"Aku tidak apa-apa kok Fathir."
"Sini, biar aku bantu kamu masuk kedalam rumah," seru Fathir hendak membantu Aqila tapi Raffa langsung menahannya.
"Kamu siapa? kenapa berani-berani memanggil istriku dengan sebutan sayang?" ucap Raffa dengan dinginnya.
"Istri? sejak kapan kamu menganggap Aqila sebagai istri kamu? bukannya kamu menikahi Aqila hanya karena ingin membalaskan dendam kamu, saat ini Aqila adalah calon istriku seharusnya aku yang marah sama kamu karena sudah membawa calon istriku tanpa seizinku," sentak Fathir.
"Kurang ajar," ucap Raffa.
Bugh..bugh..bugh..
Bogem Raffa mendarat di wajah Fathir, sehingga Fathir tersungkur ke tanah.
"Astaga, Mas Raffa apa-apaan sih?" seru Aqila.
"Aqila, kamu masih menjadi istriku karena aku belum menandatangani surat gugatan cerai itu, kalau kamu dekat dengan dia berarti kamu sudah selingkuh," sentak Raffa.
"Apa peduli Mas kepadaku? bukannya selama kita menikah, Mas tidak pernah menganggapku ada dan selalu mengabaikanku bahkan Mas terang-terangan bermesraan dengan wanita lain sehingga membuat Ibu syok dan akhirnya meninggal, kenapa Mas belum menandatangani surat gugatan cerai dari aku? apa Mas masih belum puas menyiksaku dan menyakitiku," bentak Aqila dengan deraian airmata.
Raffa menggelengkan kepalanya...
"Tidak Aqila, aku----"
"Sudahlah Mas, aku sudah tidak mau mendengar alasan apapun lagi dari Mas jadi lebih baik sekarang kamu pergi dari rumahku dan terima kasih karena sudah membawaku ke rumah sakit," seru Aqila.
Dengan langkah terpincang-pincang, Aqila membantu Fathir berdiri dan masuk kedalam rumahnya. Sedangkan Raffa merasa sangat sakit melihat Aqila lebih membela Fathir dibandingkan dirinya.
📚
📚
📚
📚
📚
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
sabar Aqila...ada saatnya nannti ketika semua terbongkar maka Rafa yg akan berbalim mengejarmu ....😭😭😭