Merupakan seri kelanjutan dari Novel Benua Teratai Biru vol pertama.
👉 bagi yang baru mampir, silakan baca novel pertama dengan judul yang sama.
_____________
Dunia Kultivator. Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga semua orang berusaha untuk menjadi kuat.
Qing Ruo adalah seorang pemuda yang memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah. Kelemahannya itu menjadi bahan ejekan teman sebayanya.
Tiba-tiba keberadaannya yang dipandang sebelah mata mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? simak dan ikuti terus Sang Penguasa Benua Teratai Biru Vol 2. Semoga tetap suka.
👉 Update setiap hari jam 04.00 WIB.
👉 Mohon tinggalkan jejak, like dan komen.
Terima kasih 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Tiba di Kerajaan Xin.
Di atas bilah pedang berwarna biru kemasan tersebut, Qing Ruo dan Zilong terus berbincang-bincang santai.
Di bagian belakang, Qing Ling, Qing Ruyue dan She Mei Lu juga berbincang-bincang dengan santai sambil memperhatikan Zilong yang terlihat sedang bermanja dengan Qing Ruo.
" Ling er, lihat putramu itu!" sambil tersenyum kecil.
" Aku yakin mereka sedang berbincang-bincang melalui telepati."
" Benar, tapi sifat manjanya itu," ucap Qing Ruyue.
" Nenek, dia baru dua belas tahun, walaupun fisiknya yang sudah besar, tetap saja dia masih anak-anak," jawab Qing Ling sambil tersenyum kecil.
" Walaupun demikian, kadang-kadang pemikirannya terlihat begitu dewasa," She Mei Lu menimpal.
Di depan mereka.
Zilong sesekali menyandarkan kepalanya pada bahu Qing Ruo.
" Ayah, aku tidak ingin menjadi besar," ucapnya tiba-tiba.
" Wah, mengapa bisa demikian?"
" Kalau aku sudah besar, aku tidak bisa jalan bersama ayah lagi, tidak bisa bermanja lagi."
" Hais..., kamu ini. Tidak ada yang bisa melawan waktu, walaupun kamu tidak mau, kamu akan tetap menjadi besar. Lihat saja fisikmu ini, hampir seperti orang dewasa. Lagi pula, apakah kamu tidak malu jika terus bermanja-manja?"
" Hehhe.... Ayah benar juga, tapi ayah, aku selalu ingin bersama ayah."
" Hm... Apakah kamu tidak ingin kuat seperti ayah?"
" Tengu saja aku ingin. Aku juga ingin memiliki kekuatan seperti bibi Youyu," jawabnya tegas.
" Nah.... Jika kamu ingin kuat, kamu harus giat berlatih dan mandiri."
" Baik ayah. Ayah...." dengan wajah ragu.
" Katakanlah!"
" Ayah, jika aku boleh tahu, apa jurus yang ayah gunakan untuk menahanku di istana nenek buyut sebelumnya?" dengan wajah penasaran.
Qing Ruo tersenyum kecil sambil menatap wajah yang terlihat penasaran tersebut.
" Adikmu Jun er, telah berlatih jurus itu, dan telah menguasainya. Namanya teknik pengendalian waktu. Tenanglah, bibimu akan mengajarimu."
" Apakah benar ayah?"
" Tentu saja. Jun er telah memintanya dan bibimu juga telah berjanji."
Wajahnya begitu senang lalu menoleh pada She Mei Lu dengan senyum bahagia.
" Zilong er, sepertinya kamu sedang membicarakan bibi?"
" Ti-tidak bibi," jawabnya gelagapan.
" Nah, benarkan?"
Zilong lalu mengangguk jujur.
" Tapi rahasia," ucapnya singkat.
" Ayah apakah tidak ada hadiah untukku?"
Qing Ruo dengan tenang menunjukan tangan kanannya yang tiba-tiba ditumbuhi sisik emas.
" Ini adalah jurus Tapak Naga Emas Ilahi dari kitab Gerbang Sembilan Naga. Ada waktu, ayah akan mengajarimu." sambil memberikan sebuah kotak giok kecil berwarna hitam.
" Ayah, apa ini?" sambil membuka kotak giok itu.
" Ayah ini...?"
" Itu adalah inti jiwa Naga Api Merah, hewan tingkat dewa surga yang merupakan salah satu hewan pelindung kekaisaran di wilayah timur, setelah itu sang tuannya menjadi pelayan ayah." sambil tersenyum kecil.
Zilong menatap Qing Ruo dengan mata berbinar-binar bahagia. " Ayah benar-benar hebat."
" Ayah ini apa lagi?" sambil membuka kotak giok lainnya.
" Ini adalah buah rumput roh yang sudah berevolusi."
" Ayah terima kasih. Ayah benar-benar hebat." sambil memeluk tangan Qing Ruo.
" Hm... Ayah masih kalah dari bibimu."
" Ayah..." dengan wajah kecut.
" Kan kamu sendiri yang bilang ayah kalah kuat dari bibimu."
" Ayah maaf, aku sayang ayah." ucapnya merayu.
" Hm... Sebenarnya ayah juga punya sesuatu yang luar biasa, tapi ayah akan memberikannya nanti."
" Ayah..., ayah..., katakanlah." merengek-rengek.
Qing Ruo tetap tak bergeming dan pura-pura tidak mendengar, Sambil tertawa di dalam hati.
" Ayah akan memberikannya, tetapi setelah kamu bertarung melawan kakek buyut Xin Moshu."
" Ayah, aku siap." lalu berdiri dan menghampiri Xin Moshu.
" Akhirnya," Qing Ruo membatin saat Zilong mau berbicara dengan Xin Moshu.
Di depan Qing Ruo. Zilong menghampiri Xin Moshu dan duduk di sisinya.
" Kakek Buyut, boleh aku menemanimu?" dengan sopan.
" Tentu saja boleh, kemarilah!"
" Kakek buyut, bagaimana kakek buyut bisa mengetahui nama samaranku sebelumnya?"
" Hm... Saat itu, kakek juga ada di gunung makam pedang. jadi aku tahu semua yang terjadi saat itu."
" Kakek buyut, saat itu Ma Kong ini sangat arogan, karena merasa memilikiku kultivasi tingkat tinggi, dan ingin menindas orang lain. Tentu saja aku memberinya pelajaran."
" Hais..., dasar bocah. Yang sombong dan arogan itu kamu," ucap Xin Moshu sambil menggelengkan kepalanya. Teringat dengan jelas dalam ingatannya, saat itu Zilong yang hanya merupakan pendekar tingkat pertapa suci, berani menantang Ma Kong, putra patriark Ma Chung, yang merupakan pendekar tingkat dewa dalam pertempuran hidup dan mati.
" Kakek Buyut, aku sudah lama tidak bertarung. Maukah kakek buyut berlatih bersamaku?"
" Hm.... Mengapa kamu terus menantangku?"
" Kakek, di Sekte tidak ada orang yang mau berlatih tanding denganku, karena mereka selalu takut dengan nama ayahku." Dengan wajah sedih.
" Mana ada murid sekte yang ingin menyinggungmu, apalagi dengan tingkat kultivasimu sebagai pendekar dewa tingkat menengah." sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
" Kakek buyut, mau ya. Aku ingin mencoba melawan pendekar dewa tingkat langit."
" Hais... Kamu ini. Baiklah."
" Haha, terima kasih kakek buyut. Ini untukmu." sambil memberikan satu buah rumput roh yang sudah berevolusi.
" Zilong er, ini?" dengan tatapan ragu.
" Ambilah, aku masih punya," ucapnya sambil menunjukkan dua buah rumput roh yang dimilikinya.
Dengan perlahan namun pasti, keakraban mereka berdua mulai terjalin. Dibelakangnya, Qing Ruo begitu senang.
Tanpa terasa, dua hari telah berlalu. Dari jauh agar dapat melihat sebuah kota berbenteng yang sangat megah dan kuat.
" Nenek," ucap Qing Ling sambil menggenggam erat tangan Qing Ruyue.
Qing Ruyue mengangguk kecil sambil menatap Qing Ling dengan tersenyum.
" Kakek Moshu, kita langsung saja ke wilayah terlarang Klan," ucap Qing Ruo.
" Baik," jawab Xin Moshu sambil terus mengarahkan pedang Xue Luo menuju wilayah terlarang klan Xin.
*****
Di dalam istana terlarang klan Xin.
Duduk seorang pria tua yang sedang mempelajari sebuah kitab kuno yang ada di tangannya.
Rambut dan janggutnya yang telah memutih membuatnya tampak begitu senja. Walaupun demikian, tubuhnya terlihat kekar dan bertenaga, dengan aura pendekar Dewa Langit tingkat menengah terus merembes dari tubuhnya.
Tiba-tiba dirinya merasakan kumpukan aura muncul di tengah ruangan.
Mata tuanya yang tajam, yang sedang membaca kitab kuno tersebut menengadah.
Tiba-tiba bibirnya bergetar. Kitab kuno yang ada di tangannya bahkan terjatuh.
" Oh putriku," ucapnya sambil berdiri lalu menghampiri Qing Ruyue dan memeluknya dengan hangat.
" Maafkan ayah, maafkan ayah...." ucapnya berulang kali.
Qing Ruyue yang berada dalam pelukannya masih terdiam, sambil membalas pelukan hangat itu.
" Ayah..., aku sangat merindukanmu!" ucap Qing Ruyue pelan.
" Ayah juga nak, ayah juga sangat merindukanmu." Dengan mata memerah menahan haru.
" Ayah, maafkan putrimu yang telah membuatmu bersedih dan terluka. Aku..., Aku benar-benar Putri yang tidak berbakti. Ampuni aku ayah," ucap Qing Ruyue mulai tersedu.
" Nak, Ayah yang salah. Ayah terlalu egois. Saat itu ayah benar-benar telah gagal menjadi seorang ayah."
Xin Yang membiarkan putrinya menangis dalam pelukannya, sambil menatap Qing Ruo dan yang lainnya dengan tatapan hangat dan bahagia.
" Putriku, kamu telah mendapat restu dariku."
Tiba-tiba Qing Ruyue yang sudah mulai tenang itu kembali terisak, dan memeluk Xin Yang dengan erat. Dia terlihat begitu rapuh dan lemah. Hatinya benar-benar hancur setelah mendengar kalimat itu.
Di dalam ruangan itu, Qing Ruo, Qing Ling, She Mei Lu dan Zilong tidak mampu menahan air matanya. Walaupun mereka tidak menangis tersedu. tetapi mata mereka yang memerah menandakan bahwa mereka begitu bersedih dengan kalimat yang baru diucapkan oleh Xin Yang tersebut.
Xin Moshu hanya bisa terdiam tanpa dapat berkata apa-apa.
" Putriku, apakah kata-kataku salah, nak?"
Qing Ruyue yang tidak mampu berkata-kata itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, sehingga membuat Xin Yang begitu heran dan penasaran.
" Aku bahkan tidak menemukan jasadnya," ucap Qing Ruyue dengan hati pedih.
" Oh putriku, maafkan aku," ucapnya pelan. Hatinya begitu remuk saat mendengar kenyataan bahwa menantunya tersebut telah tiada.
" Terlambat, aku terlambat," ucapnya menyesali diri sambil memeluk sang putri yang sangat dirindukannya tersebut. Tanpa terasa air mata menetes.