Bidadari Tak Bersayap Dari Kakek

Setelah sarapan bersama Ardiyan pun mengantar Anisah ke pondok tempat ia mengabdikan dirinya. Di dalam perjalanan.

"Nisah?"

"Yaa"

"Nanti aku nggak bisa menjemput mu karena sepulang kerja aku hendak ke pondok bang Fahmi nggak papa ya ?" Ucap Ardiyan.

"Iya by nggak papa kok" bales Anisah.

"Tapi kamu jangan khawatir nanti pak Yadi akan menjemput mu dia yang akan menjaga mu"

"Pak Yadi? Siapa dia by?"

"Supir baru dia yang akan mengantarkan mu kemana aja sekalian dia akan menjagamu selagi aku nggak ada" jelas Ardiyan

"Oh " Balesnya hanya ber oh saja

"Oh iya tadi hubby bilang mau ke pondok bang Ami ada apa by?" Tanya Anisah

"Aku ingin belajar menjadi Imam terbaik untuk mu Nisah" ucapnya lembut sambil memandang Anisah sebentar lalu ia kembali fokus menyetir lagi.

"Alhamdulillah.. Nisah senang mendengarnya by" ucapnya penuh kebahagiaan.

"Semangat ya zauji in syaa Allah.. Allah akan mempermudah hubby mencari ilmu-Nya"

بسم الله..

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalannya menuju syurga "

( H.R Tirmidzi)

Tambahnya lagi membuat Ardiyan kagum dan mengelus kepala Anisah yang tertutup hijab.

"Aamiin doakan terus ya sayang" ucap Ardiyan lembut.

"In syaa Allah.. in syaa Allah Nisah do'a terbaik untukmu zauji" Balesnya membuat Ardiyan terharu ia pun meraih tangan Anisah dan menciumnya.

"Terimakasih kasih sayang.." dan hanya di anggukkan Anisah

Tak lama mobil pun sampai di depan pondok pesantren dan Anisah meminta di turunkan di depan gerbang saja, sebelum turun ia menyalami tangan Ardiyan dan menciumnya.

" Ya sudah Nisah turun ya..Hubby Hati-hati di jalan ya Assalamu'alaikum" ucapnya

"Iya kamu juga ya.. wa'alaikumus salam" Bales Ardiyan dan setelah Anisah turun mobilnya melaju kembali menuju ke Pramana grup tempat ia bekerja.

Sesampainya di sana ia sudah di tunggu Dimas.

"Wah cerah banget tuh wajah.. kayaknya sudah dapat tuh harta Karun iyakan?" goda Dimas pada Ardiyan. Ya sebelum ardiyan berbaikan pada Anisah. Ia terkenal pria yang dingin dan kejam. Berbeda dengan hari ini ia sering tersenyum membuat orang yang melihatnya heran.

"Apaan sih Lo bukannya salam dulu kek ini malah ngomong nggak jelas gitu" bales Ardiyan kesal.

"Eh maaf lupa kalau teman gue ini suaminya seorang ustadzah. Assalamualaikum suaminya ustadzah" ucap Dimas sambil mengatupkan kedua tangannya dan sedikit membujuk.

"Wa'alaikum salam!.. Lo nih!" Balasnya ketus sambil melempar tas yang ia bawa kepada Dimas.

"Aduh!.. aiish Suaminya ustadzah Sangat kejam marah-marah mulu" ucapnya sambil mengelus dadanya yang terkena lemparan tas Ardiyan.

"Suaminya ustadzah? hmm lucu" batin Ardiyan tersenyum sedikit karena ia tak mau Dimas melihatnya kalau sebenarnya ia senang dengan sebutan itu.

"eh tapi benarkan Lo dah dapatkan harta Karun nya?" tanya Dimas lagi sebenarnya Ardiyan paham yang di maksud sahabatnya itu tapi ia malas menanggapinya.

"kalau diam berarti benar tuh dah dapet.. gimana bro rasanya" goda Dimas lagi.

"Apaan sih Lo harta Karun lagi banjir" ucap Ardiyan asal.

"Waduh banjir? haiis nganggur dong Kasiman Ardiyan junior hahaha" ucap Dimas di sambung tertawa. karena kesal pun melempar kunci mobilnya dan kenak jidatnya Dimas.

"Aduh! tega banget Suaminya ustadzah" ucap Dimas dan mengusap-usap jidatnya yang mulai benjol

"mampus Lo!!"

____________

Aduh kasihan bang Dimas 😁 babang Ardiyan kejam yaa

Jangan lupa ya tinggalkan jejak biar Author semangat nih nyambungnya😉💚