Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Wanita Hebat
Tibalah saatnya Reynold, Lucy, dan Hugo berangkat ke Singapura. Reynold sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Cinta, entah kenapa mungkin saat ini Reynold sudah mulai tumbuh benih-benih cinta kepada dokter cantik itu. Walaupun dia tahu status ekonomi Reynold dan Cinta bagaikan bumi dan langit, tapi Reynold tidak mau menyerah sebelum mencoba.
"Kalian jangan bilang sama Cinta kalau aku ikut ke sana," ucap Reynold.
"Baik, Kapten," sahut Lucy dan Hugo bersamaan.
Hanya beberapa jam saja, mereka pun sampai di Singapura. Mereka langsung menuju rumah sakit tempat di mana Cinta dirawat. Jantung Reynold mulai berdetak tak karuan, antara bahagia dan juga takut Cinta membencinya dan malah mengusirnya.
"Tante, Om, apa kabar!" seru Lucy.
"Lucy, akhirnya kalian datang juga," sahut Mami Dewi.
Dewi dan Alan saat ini sedang berada di kasir untuk membayar administrasi operasi Cinta yang akan dilakukan besok siang itu. Lucy dan Hugo menyalami kedua orang tua Cinta begitu pun dengan Reynold.
"Ini siapa? dokter barukah? kok, Om tidak tahu," tanya Papi Alan.
"Bukan Om, ini Kapten Reynold. Tentara yang kemarin ada di perbatasan, dan tim Kapten Reynold juga yang kemarin menolong Cinta," sahut Hugo.
"Owalah, terima kasih ya Pak sudah menolong putri kami," ucap Papi Alan.
"Panggil Reynold saja Om, lagi pula aku datang ke sini juga mau minta maaf karena aku telat menolong Cinta sehingga Cinta harus mengalami kebutaan seperti sekarang ini," ucap Reynold dengan tatapan sedihnya.
Alan menepuk pundak Reynold. "Jangan menyalahkan diri sendiri, ini sudah takdir kalian pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong Cinta," sahut Papi Alan.
"Iya, Nak. Lagi pula Cinta masih beruntung karena tidak mengalami kebutaan secara permanen dan setelah besok di operasi, kami yakin Cinta akan kembali normal dan bisa melihat lagi," sambung Mami Dewi dengan senyumannya.
Reynold sampai melongo mendengar jawaban bijak kedua orang tua Cinta. Awalnya Reynold takut kedua orang tua Cinta akan menyalahkannya dan memarahinya dan Reynold sudah menyiapkan diri untuk itu. Tapi ternyata ketakutan Reynold tidak terbukti justru kedua orang tua Cinta mengucapkan terima kasih kepadanya.
"Sekarang aku tahu kenapa Cinta mempunyai sifat yang baik hati dan ramah itu," batin Reynold dengan senyumannya.
"Cinta sekarang lagi apa?" tanya Lucy.
"Ada di ruangannya, kalian ke sana saja sepertinya dia sedang berdiam diri kalau jam segini," sahut Mami Dewi.
"Baiklah, kalau begitu kami menemui Cinta dulu ya, Tante, Om," pamit Hugo.
"Iya, silakan," sahut Papi Alan.
Ketiganya berjalan menuju ruangan rawat Cinta, hingga tidak membutuhkan waktu lama akhirnya ketiganya sampai di depan ruangan rawat Cinta. Lucy dan Hugo langsung masuk, sedangkan Reynold tampak ragu-ragu untuk masuk.
"Cinta!" teriak Lucy.
Cinta yang sedang duduk termenung merasa kaget mendengar teriakan Lucy.
"Lucy," seru Cinta dengan senyumannya.
Lucy memeluk Cinta, begitu pun dengan Hugo yang ikut memeluk sahabatnya itu.
"Cinta, kamu sehat 'kan?" tanya Hugo.
"Sehat dong," sahut Cinta penuh dengan keceriaan.
Cinta dan kedua sahabatnya bercerita satu sama lain sembari tertawa. Sedangkan Reynold berdiri mematung melihat Cinta, tidak terasa air matanya menetes tapi dia dengan cepat menghapusnya. Entah kenapa hatinya begitu sakit melihat keadaan Cinta padahal Cinta sendiri malah tertawa dengan bahagianya tanpa ada kesedihan sama sekali.
"Cinta, kamu sudah makan?" tanya Lucy.
Cinta menggeleng. "Mana bisa aku makan, aku gak tahu di mana tempat makanannya," sahut Cinta dengan masih menyunggingkan senyuman.
"Aku suapin ya," ucap Lucy.
"Tidak usah, aku bisa makan sendiri cuma aku minta tolong makanannya ke siniin," sahut Cinta.
"Sudah, biar aku suapin aja," ucap Lucy.
"Tapi----"
"Jangan menolak, pokoknya aku mau nyuapin kamu," keukeuh Lucy.
"Ya, sudah kalau tidak menyusahkan," sahut Cinta.
Lucy mengambil makanannya tapi Reynold menahannya. Dia memberi isyarat biar dia yang suapin Cinta dan Lucy pun menganggukkan kepalanya. Reynold duduk di hadapan Cinta, dan memperhatikan wajah cantik Cinta yang tanpa make-up itu.
"Aaaaa... mana makanannya?" seru Cinta sembari membuka mulutnya sendiri.
Dengan tangan yang bergetar, Reynold mulai menyuapi Cinta. Lucy dan Hugo saling tatap satu sama lain. "Cinta, aku boleh tanya sesuatu gak?" tanya Lucy.
"Tanya apa?"
"Kamu benci gak sama Kapten Reynold?" tanya Lucy melirik ke arah Reynold.
Cinta langsung terdiam membuat Reynold yakin jika Cinta memang saat ini membenci dirinya. Setelah beberapa saat terdiam, Cinta pun menyunggingkan senyumannya lalu menggelengkan kepalanya.
"Kenapa aku harus benci kepada dia?" sahut Cinta.
"Waktu itu 'kan Kapten lebih memilih menolong Patricia duluan dibandingkan kamu dan akhirnya kamu harus kehilangan penglihatan kamu," ucap Lucy.
"Ini bukan salah dia kok, aku tidak pernah membenci dia. Keputusan dia menolong Patricia duluan itu memang keputusan yang benar karena jika dia menolong aku duluan, belum tentu Patricia bisa bertahan, dia 'kan anak manja. Kamu tahulah rengekan dia kaya gimana, bisa-bisa orang-orang itu langsung membunuh Patricia dan kalau sampai itu terjadi, dia akan merasa lebih bersalah lagi," sahut Cinta.
Reynold lagi-lagi kagum kepada sosok Cinta yang sangat rendah hati itu. Hugo menepuk pundak Reynold dan tersenyum begitu pun dengan Lucy.
"Cinta itu wanita kuat, mana ada wanita sekuat dia," puji Hugo.
"Jangan memuji, aku tidak butuh pujian dari kamu," canda Cinta.
Cinta melayangkan tangannya berniat ingin memukul Hugo tapi dia justru malah memukul lengan Reynold membuat Reynold kaget. Cinta meraba-raba lengan itu sembari mengerutkan keningnya.
"Wih, lengan kamu kok jadi berotot kaya gini Hugo," seru Cinta.
"Ah, iya dong aku 'kan akhir-akhir ini rajin ke gym," sahut Hugo gugup.
"Gila, baguslah. Aku jadi ingin cepat-cepat bisa melihat lagi supaya bisa melihat badan kamu segede apa," ledek Cinta.
Cinta meraba ke bagian bawah dan menggenggam tangan Reynold membuat Reynold salting dan jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. "Ih, kok tangan kamu jadi kasar kaya gini sih? pasti kebanyakan pegang alat-alat gym ya, makanya jadi kasar begini," ucap Cinta.
Hugo dan Lucy menahan tawa mereka, melihat wajah Reynold yang bagaikan udang rebus itu. "Go, katanya Kapten Reynold suka deh sama Cinta," bisik Lucy.
"Bisa jadi," sahut Hugo.
Setelah menyuapi Cinta sampai habis, Cinta pun langsung tertidur. Kedua orang tua Cinta menyuruh ketiganya untuk makan terlebih dahulu dan mereka pun memutuskan untuk makan di sebuah restoran di depan rumah sakit. Tiba-tiba ponsel Reynold berdering dan tertera nama Dean.
Reynold segera mengangkatnya, tapi seketika raut wajah Reynold berubah. Lucy dan Hugo hanya bisa saling lirik satu sama lain, mereka yakin ada sesuatu yang telah terjadi karena raut wajah Reynold terlihat kaget.
kalo tentara bukannya tegas dan keras