Anak kuliahan itu bervariasi dan selama gue kuliah. Gue udah menemukan bahkan bertemu langsung sama tipe-tipe Mahasiswa dan Mahasiswi yang menghiasi kehidupan kampus tercinta. Mulai dari Mahasiswa/i kurang tidur, Mahasiswa/i Stylish, Mahasiswa/i Casual, Mahasiswa Aktivis, Mahasiswi Online Seller dan terakhir yang paling sering gua temui adalah Mahasiswa tak kasat mata. Itu baru tipenya aja, belum lagi para dosen serta penderitaan yang gue dan Mahasiswa/i alami selama kuliah. Penasaran nggak sama kehidupan gue selama dikampus? Kalau penasaran silahkan dibaca dari awal sampai akhir tapi sebagai syarat pendaftaran, kalian cukup bilang 'Hanung Ganteng' karena tingkat kegantengan gue diatas ambang batas, intinya muka gue gantengnya kebangetan melebihi pacar-pacar kalian semua (Bagi yang mau muntah silahkan jangan sungkan-sungkan).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bluerianzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghuni Baru di Kosan
Saat ini gue lagi angkatin kardus yang isinya tumpukan buku-buku, ke dalam indekos mungkin lebih tepatnya sih bawa si kardus ke dalam kamar yang bakalan di tempatin sama penghuni baru kosan.
Dan gue bisa tahu kardus itu isinya buku karena diujungnya ada tulisannya. Omong-omong kalian tahu siapa pemilik kardus yang gue bawa ini? Ya, sang pemilik siapa lagi kalau bukan manusia setengah ayam alias Yohan.
Hayo, pasti pada bingung kan kenapa barangnya Yohan gue masukin ke kamar? Itu karena mulai detik ini Yohan Septa Jouhari telah resmi jadi penghuni baru di indekos yang sama kayak gue.
Dan alasan kenapa dia ngekos, itu karena di kampus dia lagi sibuk-sibuknya. Mulai dari sibuk sama himpunannya sampai tugas-tugas kuliah yang bisa bikin gue, dia, dan mahasiswa yang lain mengibarkan bendera putih karena udah muak ngerjain tugas mulu.
Akibat terlalu sibuk sama urusannya di kampus, Yohan sampai pulang malem terus, waktu istirahatnya jadi berkurang, lupa makan juga, tapi nggak sampai lupa sama pacar.
Mungkin karena mamanya kasian liat anak sulungnya terus-terusan pulang malem dan jarak antara rumahnya sama kampus lumayan jauh, makanya mamanya Yohan nyuruh dia buat cari kos-kosan yang jaraknya dekat sama kampus. Dan berhubung kos-kosan gue ada kamar yang kosong maka gue rekomendasiin dia buat jadi penghuni baru di kosan, terus juga kayaknya Yohan udah akrab sama teman-teman gue di kosan.
Buktinya aja kayak sekarang ini, bukannya bantuin gue sama bapak-bapak yang bawa mobil bak buat angkatin barang-barangnya. Tuh bocah malah asik-asikkan ngobrol sama bang Wildan, emang kampret banget tuh bocah satu.
"Permisi, Mas. Barang-barangnya udah saya turunin semua dari mobil," ucapan dari bapak-bapak yang bawa mobil bak bikin obrolan antara Yohan sama bang Wildan jadi kepotong.
"Oh, udah selesai. Makasih banyak, ya. Pak." Yohan berujar sambil tersenyum ramah.
"Iya, Mas. Sama-sama. Kalau begitu saya pamit dulu."
"Iya, Pak. Hati-hati di jalan."
Terus bapak-bapak itu pergi sama mobil yang dia bawa, si Yohan yang sempat lihat beberapa barang-barangnya yang ada di teras kosan, langsung natap bang Wildan.
"Bang, ngobrolnya dilanjutin nanti aja ya. Gue mau beres-beres dulu."
Bang Wildan ngangguk. "Iya, mau gue bantuin nggak?"
"Boleh, kalau bang Wildan nggak keberatan." Di akhir kata manusia setengah ayam itu malah cengengesan.
Barang-barang punya Yohan yang tadi ada di teras kosan, udah dipindahin semua ke kamarnya berkat bantuan gue sama bang Wildan. Oiya, ngomong-ngomong kamar yang bakal ditempatin sama Yohan cuma beda dua kamar dari gue dan di sana dia tidur sendiri, beda sama gue yang tidur sekamar sama bang Yuvin.
Dan di saat Yohan lagi bawa barang terakhirnya yang gue rasa nggak berat, di ujung tangan ada Jeri yang lagi berdiri ngeliatin dia.
"Wih, ada penghuni baru. Selamat datang, Bro. Semoga lo betah tinggal di sini," kata Jeri sambil nepuk-nepuk pundak Yohan sok akrab.
Sebagai balasan Yohan senyum ramah. "Makasih, Bro." Terus pas dengar sahut dari Yohan, si Jeri langsung pergi turunin tangga, enggak tahu deh tuh bocah mau ke mana.
Berhubung bang Wildan udah selesai bantuin dan katanya dia lagi ada urusan, jadi yang ada di kamarnya Yohan cuma ada gue sama dia doang.
Gue sih masih ada di sini itu, karena gue mau kasih tahu aja tentang peraturan-peraturan yang harus dia taati selama tinggal di sini. "Sebagai penghuni terlama di kosan ini, gue cuma mau kasih tau peraturan-peraturan yang ada di kosan ini."
Yohan yang lagi masukin baju-bajunya ke dalam lemari kecil, langsung noleh ke arah gue dengan alias yang terangkat sebelah. "Peraturan? Gue pikir di sini nggak ada peraturan."
"Kalau di sini nggak ada peraturan, nggak mungkin kosan ini bisa tertib dan bersih, Toillllllllll!"
Selesai dengerin ucapan gue, dia malah cengengesan.
"Jadi peraturan apa aja yang harus gue patuhi?"
Sebelum menjawab gue sempat berdeham tujuannya biar terkesan lebih berwibawa gitu, wkwkwk.
"Pertama kalau ngerokok harus diluar."
"Gue udah berhenti ngerokok, coi."
"Oh, baguslah. Berarti lo nggak perlu taatin peraturan itu." Gue berkata sambil garukin pipi sebelah kanan karena gatel.
"Gue ulangin ya? Di sini lo nggak boleh berisik apalagi nyetel musik malem-malem pake speaker, kalau abis makan atau minum piring sama gelasnya harus langsung dicuci, wajib jaga kebersihan, harus piket sesuai jadwal, kalau abis pake kamar mandi jangan lupa keran airnya ditutup, kalau pulang terlalu malem jangan lupa bawa kunci gerbang soalnya gerbang selalu digembok jam sembilan malem, boleh bawa pacar tapi harus tau batasannya, dan terakhir dilarang ikut gibahin tetangga sama ibu-ibu yang biasanya suka ngumpul di depan kosan."
"Heh! Lo kira gue doyan ngegosip?!" Yohan protes, mungkin karena peraturan yang terakhir nggak bermanfaat dan nggak penting.
"Ya, kali aja gitu. Waktu lo keluar dari kosan terus nggak sengaja ketemu ibu-ibu lagi gibahin tetangganya, terus lo penasaran siapa yang digibahin mereka jadinya lo ikut-ikutan." Gue menyengir usai menjelaskan mengenai peraturan terakhir.
Yohan mendengus sambil memutar bola matanya. "Gue lebih milih maen sama bocah bangor daripada ikut ngegosip."
"Jawaban yang bagus," kata gue sambil acungin dua jempol buat dia.
"Oiya, ngomong-ngomong lo udah kenal sama penghuni di kosan?"
Mendapat pertanyaan dari gue, Yohan malah diem kalau dilihat dari tampangnya sih, dia kayak lagi mikir gitu.
"Hm, yang gue inget nama sama mukanya cuma bang Wildan sama bang Yuvin doang. Sisanya cuma namanya aja." Di penghujung kata dia cengengesan.
Ternyata dari sekian banyaknya manusia yang tinggal di kosan, yang dia inget cuma dua orang doang. Jadi gue akan bercerita sedikit kenapa Yohan bisa kenal bang Wildan sama bang Yuvin.
Jadi waktu itu, si Yohan pernah gue ajak ke kosan sebanyak dua kali. Dia juga sempat kenalan sama anak-anak kos, dan bang Wildan lah orang yang lebih dominan ajakin dia ngobrol makanya dia inget mukanya bang Wildan.
Nah, kalau bang Yuvin itu karena. Waktu dia lagi dirawat di rumah sakit karena kaki kirinya cedera. Bang Yuvin beberapa kali sering dateng ke rumah sakit karena mau ketemu sama papanya yang kerja di sana dan kebetulan juga rumah sakit itu milik keluarganya, karena dia yang sering dateng ke rumah sakit dan mereka berdua sempat gue kenalin, akhirnya mereka jadi sering ngobrol dan cukup akrab.
"Lo inget sama orang yang ngomong semoga betah di kosan nggak?"
Yohan ngangguk. "Masihlah."
"Dia namanya Jeri."
"Terus yang lagi baca komik di dapur namanya Juna, kalau yang lagi tidur telengan di karpet ruang tamu namanya Rian."
Yohan manggut-manggut setelah dengerin ucapan gue, mengenai nama-nama serta wujud penghuni di kosan.
"Penghuninya cuma segitu aja?"
"Masih ada lagi kok, cuma yang lain lagi pada pergi."
Dan beberapa detik kemudian, gue yang baru sadar kalau kebanyakan barang-barangnya belum diberesin karena keasikan ngobrol, gue memilih buat pergi dari sini tujuannya sih biar dia lebih khusyuk beresin barang-barang.
"Gue pergi ya, biar lo cepet beres-beresnya," tutur gue yang mendapat anggukan singkat dari Yohan, dan setelah itu gue langsung pergi dari kamarnya.
kangen sama Hanung dan Wati 🤩🤩🤩🤩🤩
SEMANGAT KAK! FIGHTING!
😍
Realitanya : Gustiii T_T Hanung aja kalah ganteng.