Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Pasrah
"Kamu gila, Lul? ngapain kamu nyulik Moza?" pekik Wulan.
Seketika Lula menutup mulut Wulan dengan tangannya. "Jangan keras-keras nanti ada yang dengar," kesal Lula.
"Seriusan kamu nyulik Moza?" tanya Wulan kembali dengan suara berbisik.
"Iya, habisnya aku kesal dia sudah mempermalukan kita di acara reunian waktu itu. Terus, dia juga yang sudah membuat Bagas menolak aku," sahut Lula dengan geramnya.
"Terus, tujuan kamu nyulik dia untuk apa?" tanya Wulan kembali.
"Aku hanya ingin kasih dia pelajaran saja, aku bakalan siksa dia secara perlahan syukur-syukur dia mati," sahut Lula dengan senyumannya.
"Gila kamu, kalau ketahuan sama polisi bagaimana? kamu bisa dipenjara," ucap Wulan mulai khawatir.
"Gak usah khawatir, ada Papa kok yang akan nolongin aku," sahut Lula dengan percaya dirinya.
Bagas mengepalkan tangannya. "Kurang ajar, dia sudah berani nyulik Moza," geram Bagas.
"Kita samperin saja dia Gas, dan suruh dia kasih tahu di mana Moza berada," ucap Delon.
"Tunggu dulu, kalau begitu dia gak bakalan ngaku lebih baik sekarang kita ikuti dia saja, aku yakin habis ini dia bakalan nemuin Moza lagi," sahut Bagas.
Akhirnya Bagas dan Delon memutuskan untuk menunggu dan mengikuti Lula. Satu jam berlalu, Lula dan Wulan pun berpisah. "Pakai mobil kamu saja, soalnya kalau pakai motor dia bakalan tahu," ucap Bagas.
"Ok."
Bagas pun menitipkan motornya ke pihak restoran nanti akan ada anak buahnya yang mengambil motor itu. Bagas yang membawa mobil, dia fokus mengikuti mobil Lula. "Si Lula memang sudah gila ngapain dia melakukan hal yang berbahaya seperti ini," seru Delon.
"Ini sudah termasuk kriminal, dia harus dipenjara," sahut Bagas.
Sementara itu, orang suruhan Rico pun sudah mengikuti Lula. Entah dari mana orang-orang itu tahu jika Lula pelakunya. Tapi tidak heran lagi karena mereka memang orang-orang yang jago dalam mencari orang hilang maka dari itu Rico berani bayar mereka mahal dan ternyata insting mereka memang tidak main-main.
Terlihat Lula menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kosong. "Kurang ajar, berani sekali dia menculik Moza," geram Bagas.
Bagas hendak membuka pintu mobil tapi Delon menahannya. "Tunggu Gas, bagaimana kalau di dalam itu banyak orangnya dan bawa senjata kamu bisa celaka," ucap Delon.
"Aku gak peduli, yang jelas aku harus nolongin Moza jangan sampai Moza kembali trauma. Moza baru saja sembuh dari trauma itu meskipun belum sepenuhnya jangan sampai kejadian ini kembali membuat Moza trauma," sahut Bagas.
Dikarenakan Bagas saat itu sedang istirahat dari tugas, dia masih membawa pistol di pinggangnya. Bagas tanpa rasa takut pun langsung keluar dari dalam mobil dan mendekati rumah kosong itu. Delon lebih penakut dan memilih untuk menunggu di dalam mobil.
"Oh, jadi begini kelakuan kamu, Lula!" seru Bagas.
Lula terkejut. "Bagas, tahu dari mana kamu?" tanya Lula.
Bagas melihat jika Moza pingsan. "Keterlaluan kamu Lula!" bentak Bagas.
"Kamu yang keterlaluan, kamu kenapa menolak aku? apa karena sekarang dia lebih cantik dari aku?" teriak Lula dengan deraian air matanya.
"Semenjak aku tahu kamu selingkuh dan meminta putus, dari situ aku sudah tidak ada perasaan apa pun kepadamu. Memangnya kamu tidak malu, sudah menyakitiku dan sekarang datang meminta balikan dan memaksa untuk menikahimu, otak kamu di mana?" bentak Bagas.
Lula mengepalkan kedua tangannya. "Habisi orang itu, jangan sampai biarkan orang itu selamat," ucap Lula penuh amarah.
Anak buah Lula pun langsung menyerang Bagas. Bagas harus bekerja keras melawan orang-orang Lula. Sementara itu, Delon kaget kala melihat beberapa mobil datang.
"Busyet, siapa mereka? teman si Lula atau bala bantuan?" gumam Delon.
Delon membungkukan tubuhnya, dia takut jika mereka anak buah Lula. Orang-orang itu ternyata orang suruhan Laras dan Rico tidak lupa Dimas dan Una pun ikut di sana. "Jangan bergerak kalian!" teriak salah satu dari mereka dengan menodongkan senjata.
Bagas jatuh lemas karena terkena pukulan sana-sini. Dimas dan Una sempat kaget melihat Bagas sudah ada di sana. Lula hendak kabur, tapi Una dengan cepat menangkap Lula dan memiting leher Lula.
"Mau ke mana kamu?" seru Una.
"Lepaskan aku!" teriak Lula panik.
Orang-orang suruhan Rico langsung menangkap semua anak buah Lula. Terlihat Moza mulai sadarkan diri, Dimas langsung menghampiri Moza. "Sayang, kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Dimas khawatir.
"Di--mas, kamu yang nyelamatin aku?" lirih Moza.
Dimas menoleh ke arah Una dan juga Bagas yang masih terduduk lemas penuh luka. "I--iya," dusta Dimas.
Dimas pun segera melepaskan ikatan pada tubuh Moza. Lalu Dimas pun mengangkat tubuh Moza dan membawanya keluar dari rumah kosong itu. Disusul oleh Una, sedangkan Bagas hanya bisa melihat semuanya dengan hati yang sakit.
Moza tidak sempat melihat Bagas, sehingga dia berpikir kalau Dimas yang sudah menyelamatkan dirinya. "Gas, kamu gak apa-apa 'kan?" seru Delon yang baru saja masuk.
Delon hendak membantu Bagas untuk bangun, tapi Bagas menghempaskan tangan Delon. Bagas bangkit secara perlahan, dia berjalan dengan langkah gontai. Hati Bagas benar-benar ngilu, saat Moza berpikir kalau yang menolongnya adalah Dimas.
Dimas segera membawa Moza ke rumah sakit, sedangkan Lula dan anak buahnya dibawa ke kantor polisi. Selama dalam perjalanan Dimas merasa bersalah karena lagi-lagi dia berbohong, tapi jika tidak berbohong maka Moza akan menganggapnya pria yang lemah dan tidak bisa menolongnya.
***
1 minggu kemudian....
Semenjak kejadian penculikan itu, Bagas sudah tidak bertemu dengan Moza lagi. Dia berpikir kalau dia harus melupakan Moza dan tidak boleh mengharapkan Moza lagi. Berbeda dengan Moza yang semakin hari semakin mesra dengan Dimas.
Malam ini, Bagas sedang duduk sendirian di sebuah club malam. Entah kenapa dia ingin masuk club, bahkan dia memesan minum minuman beralkohol juga. Ternyata malam itu Moza dan Dimas ada undangan perform di sana.
"Moza, jika kamu bahagia dengan dia maka aku akan melepaskanmu," batin Bagas.
Malam ini Bagas sudah sedikit mabuk, bahkan dia terus minum kala melihat Moza dan Dimas bermesraan di atas stage. Bagas mengepalkan kedua tangannya, dimulut dia bilang ikhlas tapi hatinya tetap saja tidak ikhlas dan merasa sakit. Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, waktu sudah menunjukan tengah malam.
"Sayang, kamu tunggu dulu di sini aku mau ke toilet sebentar," ucap Dimas.
"Ok, jangan lama-lama," sahut Moza.
Moza tidak sadar jika dari tadi Bagas sudah mengikuti dirinya. Bagas sudah mulai mabuk tapi dia masih sadar. Perlahan dia mendekati Moza yang posisinya membelakangi dirinya.
Sebenarnya apa yang akan Bagas lakukan?